KOMPAS.com – Investasi perusahaan multinasional di bidang manufaktur di Indonesia terus tumbuh dan bertahan meski dalam situasi global yang penuh tekanan.
Salah satu merek besar alas kaki, yakni Nike Inc., membuktikan komitmen investasinya dengan mengekspor sepatu merek Converse yang diproduksi industri alas kaki di Batang, Jawa Tengah.
Ekspor sepatu dari PT Yih Quan senilai 100.000 dollar Amerika Serikat (AS) ke Amerika Serikat dan 60.000 dollar AS ke Australia dilepas oleh Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Kawasan Industri Terpadu Batang, Kamis (21/8/2025).
“Ekspor ini merupakan momentum yang menjadi bukti nyata kekuatan ekosistem industri alas kaki Indonesia, yang didukung oleh kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, kawasan industri Batang, asosiasi Aprisindo, dan buyer global seperti Nike,” tegas Agus dalam rilis persnya, Jumat (22/8/2025).
Ia menambahkan, sinergi ini memastikan bahwa industri alas kaki Indonesia tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja berkualitas, memperkuat inklusi sosial, serta menjawab tuntutan keberlanjutan pasar global.
Baca juga: Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Industri alas kaki merupakan salah satu subsektor unggulan yang berperan besar dalam penyediaan lapangan kerja dan devisa.
Pada triwulan II-2025, industri kulit dan alas kaki tumbuh 8,31 persen (year on year/yoy), jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12 persen.
Hingga Februari 2025, industri ini telah menyerap 921.000 tenaga kerja, meningkat 35 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sepanjang Januari-Agustus 2025, tercatat investasi 18 perusahaan skala besar di sektor alas kaki dengan nilai Rp 10 triliun.
Investasi tersebut menambah kapasitas produksi sebesar 73,4 juta pasang sepatu dan hampir 250 juta pasang komponen alas kaki, sekaligus menciptakan lebih dari 100.000 lapangan kerja baru.
“Ekspor industri alas kaki juga menunjukkan tren positif, mencapai 3,77 miliar dollar AS pada Januari-Juni 2025, atau tumbuh 13,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Saat ini, kita juga menempati posisi keenam eksportir alas kaki dunia dengan pangsa pasar hampir 4 persen global,” jelas Agus.
Baca juga: India Geser China, Jadi Eksportir Ponsel Pintar Terbesar ke AS
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melepas ekspor sepatu dari PT Yih Quan ke Amerika Serikat dan Australia di Kawasan Industri Terpadu Batang, Kamis (21/8/2025).Meski menghadapi tantangan tarif dan non-tarif, Amerika Serikat masih menjadi tujuan ekspor terbesar industri alas kaki Indonesia, disusul Uni Eropa serta sejumlah negara non-tradisional yang terus berkembang.
Keberhasilan pemerintah menurunkan tarif resiprokal ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Serikat dari 32 persen menjadi 19 persen—terendah dibandingkan beberapa negara ASEAN lain—membuka peluang strategis untuk memperkuat daya saing produk Indonesia.
Saat ini, Kemenperin juga tengah melakukan perundingan dengan Uni Eropa dan Peru untuk memperluas pasar bagi sektor padat karya, termasuk industri alas kaki.
Ekspor sepatu Converse ke Amerika Serikat juga menjadi simbol penting dari keberlanjutan ekspor ke pasar tersebut, yang pada 2024 mencapai 1,03 miliar dollar AS atau hampir 50 persen dari total ekspor alas kaki Indonesia ke AS.
Ekspor kali ini dilakukan oleh Nike Inc. sebagai pemegang merek yang bekerja sama dengan 50 pabrik di Indonesia, 20 di antaranya pabrik alas kaki. Pada 2024, Nike Inc. mengekspor lebih dari 200 juta pasang sepatu Nike, Converse, dan Jordan ke pasar global.
“Atas nama pemerintah Republik Indonesia, saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada manajemen PT Yih Quan Footwear Indonesia serta Nike Inc., yang selama lebih dari tiga dekade telah menjadi mitra strategis industri alas kaki Indonesia,” ujar Agus.
Baca juga: Jajaki Pasar Global, UKM Binaan Pertamina asal Mojokerto Lepas Ekspor Perdana Produk Alas Kaki
Ia berharap capaian ini dapat menginspirasi pelaku industri alas kaki lainnya untuk terus berinovasi, menjaga kualitas, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat produksi dan ekspor alas kaki dunia.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendukung pengembangan industri alas kaki nasional melalui langkah strategis, mulai dari penciptaan iklim usaha yang kondusif, dukungan investasi, penguatan kawasan industri, hingga perluasan akses pasar non-tradisional.
“Kami juga mendorong negosiasi perjanjian perdagangan yang berkeadilan serta mendukung peningkatan standar keberlanjutan dan green industry,” jelas Agus.
Selain itu, pengembangan industri alas kaki memerlukan dukungan lintas kementerian. Saat ini, industri alas kaki dapat memanfaatkan program Kredit Industri Padat Karya (KIPK) yang ditujukan bagi sektor padat karya, seperti pakaian jadi, tekstil, furnitur, kulit dan alas kaki, makanan dan minuman, serta mainan anak.
Skema KIPK menawarkan kredit dengan plafon di atas Rp 500 juta hingga Rp 10 miliar untuk mendukung kebutuhan pembiayaan revitalisasi mesin, meningkatkan produktivitas, dan memperkuat daya saing industri. Pemerintah juga memberikan subsidi bunga atau marjin sebesar 5 persen.
Untuk mendukung implementasi program ini, Kemenperin telah menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) Nomor 34 Tahun 2025 tentang Kriteria Penerima KIPK.
Baca juga: Indonesia Airlines Belum Dapat Izin Terbang Meski Punya NIB, Kenapa?
Persyaratannya antara lain memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), akun Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), dan mempekerjakan minimal 50 tenaga kerja selama satu tahun terakhir.
“Saat ini, berdasarkan data SIINas, terdapat 3.796 pelaku industri yang memenuhi syarat memanfaatkan skema KIPK. Kami berharap pelaku industri padat karya, termasuk industri alas kaki, dapat mengoptimalkan subsidi pemerintah ini untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas,” ucap Agus.
Ia optimistis industri alas kaki Indonesia akan semakin berdaya saing, mampu menembus pasar premium dunia, serta memberikan kontribusi signifikan bagi penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kemenperin mendorong ekspansi pasar produk alas kaki Indonesia ke berbagai kawasan seperti Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin, serta terus berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan ekspor, dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif,” tegas Agus.