Indonesia Dukung Industri Berkelanjutan melalui Deklarasi BRICS

Kompas.com - 22/05/2025, 21:11 WIB
Dwinh,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Masuknya Indonesia sebagai anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) menunjukkan komitmen nyata pemerintah dalam memperkuat ekonomi nasional melalui diversifikasi mitra strategis global. 

Keanggotaan tersebut juga membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing industri serta memperluas akses pasar ekspor.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri BRICS yang mengangkat tema "Strengthening Global South Cooperation for More Inclusive and Sustainable Governance" di Brasil, Rabu (21/5/2025).

"Dalam pertemuan tersebut, negara-negara anggota BRICS mendeklarasikan pentingnya inovasi dan teknologi digital dalam pengembangan sektor industri manufaktur yang berkelanjutan," ujarnya melalui siaran pers, Kamis 22/5/2025).

“Beberapa poin utama dalam deklarasi telah disepakati sebagai langkah penting menuju pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan," sambung Agus.

Baca juga: Satgas Hilirisasi Harus Dorong Pembangunan Industri Baterai dan Kendaraan Listrik

Ia menjelaskan bahwa poin-poin deklarasi BRICS sejalan dengan peta jalan Making Indonesia 4.0, yakni memperkuat inovasi teknologi di sektor industri manufaktur dan rantai pasok yang inklusif serta tangguh. 

Langkah tersebut mendorong percepatan pengembangan industri hijau yang berkelanjutan.

Beberapa poin utama deklarasi yang disetujui mencakup dukungan terhadap inovasi dan teknologi digital dalam menghadapi tantangan global, seperti penciptaan lapangan kerja, inklusi sosial, penguatan rantai pasok, ketahanan pangan dan energi, serta mitigasi perubahan iklim. 

Negara-negara anggota BRICS juga mengakui bahwa mereka mewakili 45 persen populasi dunia dan menyumbang sepertiga produk domestik bruto (PDB) global, serta berkomitmen mendorong ekonomi global yang berkelanjutan, inovatif, dan kompetitif.

"Kesepakatan ini menegaskan peran penting negara-negara anggota dalam perekonomian global. Kami berkomitmen menciptakan hubungan yang stabil, saling menguntungkan, serta mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif," tegas Agus.

Baca juga: Menko Airlangga Dorong ASEAN Bersinergi Perkuat Industri Besi dan Baja yang Hijau dan Berkelanjutan

Dalam rangka mendukung pengembangan industri, inovasi, dan kerja sama teknologi, negara anggota BRICS turut berpartisipasi dalam Partnership for the New Industrial Revolution (PartNIR). 

Melalui PartNIR, kerja sama industri antarnegara anggota berlangsung dalam kerangka yang terstruktur.

Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita (kanan) bertukar cendera mata dengan Wakil Menteri Industri dan Perdagangan Federasi Rusia Aleksei Vladimirovich Gruzdev (kiri) di sela-sela kegiatan BRICS Ministers of Industry Meeting di Brasil, Selasa (20/5/2025) waktu setempat.DOK. Kemenperin Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita (kanan) bertukar cendera mata dengan Wakil Menteri Industri dan Perdagangan Federasi Rusia Aleksei Vladimirovich Gruzdev (kiri) di sela-sela kegiatan BRICS Ministers of Industry Meeting di Brasil, Selasa (20/5/2025) waktu setempat.

Agus juga menyampaikan dukungannya terhadap pengembangan poin-poin Deklarasi Utama dan Rencana Aksi Kelompok Kerja UKM 2025–2030, serta pengesahan terms of reference (ToR) untuk berbagai bidang.

Bidang yang dimaksud, antara lain ToR untuk Kelompok Kerja UKM BRICS, ToR Transformasi Digital Industri, ToR Kecerdasan Buatan Berdaulat untuk Industrialisasi Digital, dan ToR Manufaktur Cerdas serta Robotika. 

"Kami optimistis, dokumen acuan ini akan menciptakan kolaborasi yang efisien dan mampu menjawab tantangan yang dihadapi negara anggota BRICS," imbuh Agus.

Baca juga: Diskusi Ilmiah Paramadina dan FSI: Menjawab Tantangan dan Peluang TKA dalam Hubungan RI-China

Ia juga mengapresiasi Pertemuan Tingkat Menteri BRICS sebagai forum promosi dan kerja sama yang proaktif, pragmatis, terbuka, dan transparan. 

Dalam forum tersebut, pemerintah Indonesia mendorong kolaborasi transformasi industri dengan negara anggota BRICS lainnya.

"BRICS telah menjadi wadah penting yang memfasilitasi Indonesia untuk memperkuat kerja sama dengan negara-negara anggota lainnya dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan global," ungkap Agus. 

Ia menyatakan, Indonesia berkomitmen untuk terus berpartisipasi aktif dalam BRICS dengan mendorong pengembangan industri berkelanjutan dan ekonomi sirkular.

Baca juga: TKDN: Buah Simalakama Pengembangan Industri Nasional (Bagian II-Habis)

Pemerintah dorong kerja sama dengan Brasil

Indonesia dan Brasil memiliki karakteristik yang serupa, seperti jumlah populasi dan kekayaan sumber daya alam. 

Kesamaan tersebut menjadi landasan kuat dalam menjalin hubungan diplomatik yang telah terbangun sejak 1953. 

Kedua negara secara konsisten menjalankan berbagai kesepakatan kerja sama, terutama di sektor ekonomi dan industri.

Agus menilai, Indonesia memiliki peluang untuk memperluas kerja sama dengan Brasil. 

"Kesamaan karakteristik kedua negara dapat dikembangkan melalui kerja sama di berbagai sektor industri, seperti energi, pangan, dan pengembangan industri kemaritiman," jelasnya.

Baca juga: Mengoptimalkan Panas Bumi untuk Akselerasi Energi Terbarukan

Saat ini, Indonesia tengah mengembangkan biodiesel berbasis crude palm oil (CPO), baik B20, B30, maupun B40 sebagai energi terbarukan

Di sisi lain, Brasil telah lebih dahulu mengembangkan etanol sebagai bahan bakar. 

Oleh karena itu, sektor energi terbarukan perlu mendapat dorongan kerja sama, khususnya energi nabati seperti biofuel dan etanol.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi perikanan yang besar. Namun masih kekurangan kapal penangkap ikan berkapasitas besar. 

Agus menyampaikan, kerja sama industri kemaritiman perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kapal tangkap dan memperkuat daya saing industri maritim nasional.

Baca juga: Pelindo Mengajar Bawa Semangat Maritim dan Literasi

Selain itu, pemerintah juga mendorong kerja sama dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) industri melalui program pertukaran pelajar vokasi, magang industri, serta kolaborasi pusat pelatihan industri.

"Melalui BRICS, kami berharap Indonesia dan Brasil dapat menjalin kerja sama yang dapat meningkatkan neraca perdagangan dan daya saing industri bagi kedua negara, serta memperkecil defisit perdagangan nasional," ujar Agus.

Sektor industri dalam negeri pun menunjukkan capaian membanggakan. Nilai manufacturing value added (MVA) Indonesia mencapai 255,96 miliar dollar AS pada 2023, menempatkan Indonesia di peringkat keempat negara BRICS dengan nilai MVA tertinggi, setelah Tiongkok, India, dan Brasil.

Indonesia resmi bergabung sebagai anggota BRICS pada Januari 2025, menjadi anggota ke-11 setelah Arab Saudi. 

Negara-negara yang tergabung dalam BRICS saat ini antara lain Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Indonesia.

Terkini Lainnya
Manufaktur Kembali Lampaui Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Manufaktur Kembali Lampaui Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Kemenperin
Menperin Agus Gumiwang: PMI Standard & Poor Global Jadi Indikator Tambahan

Menperin Agus Gumiwang: PMI Standard & Poor Global Jadi Indikator Tambahan

Kemenperin
Menperin Tekankan Pentingnya Pengawasan dalam Pelaksanaan Industri Nasional

Menperin Tekankan Pentingnya Pengawasan dalam Pelaksanaan Industri Nasional

Kemenperin
Wujudkan Asta Cita, Kemenperin Luncurkan Strategi Baru Industrialisasi Nasional

Wujudkan Asta Cita, Kemenperin Luncurkan Strategi Baru Industrialisasi Nasional

Kemenperin
Menperin Tegaskan Kesiapan Indonesia Jadi Pusat Inovasi dan Pertumbuhan Tekstil Global

Menperin Tegaskan Kesiapan Indonesia Jadi Pusat Inovasi dan Pertumbuhan Tekstil Global

Kemenperin
Menperin: Regulasi Baru TKDN Prioritaskan Produk Lokal dan Pacu Investasi

Menperin: Regulasi Baru TKDN Prioritaskan Produk Lokal dan Pacu Investasi

Kemenperin
Peringati HBN, Menperin Ajak Generasi Muda Jadikan Batik Bagian dari Gaya Hidup

Peringati HBN, Menperin Ajak Generasi Muda Jadikan Batik Bagian dari Gaya Hidup

Kemenperin
Industri Pengolahan Nonmigas Tetap Menjadi Penopang Utama Ekspor Nasional

Industri Pengolahan Nonmigas Tetap Menjadi Penopang Utama Ekspor Nasional

Kemenperin
Angka IKI Agustus 2025 Naik, Cermin Industri Manufaktur Indonesia Menguat

Angka IKI Agustus 2025 Naik, Cermin Industri Manufaktur Indonesia Menguat

Kemenperin
Perusahaan Asal Batang Ekspor Sepatu Converse ke AS, Buktikan Kuatnya Ekosistem Industri Alas Kaki Indonesia

Perusahaan Asal Batang Ekspor Sepatu Converse ke AS, Buktikan Kuatnya Ekosistem Industri Alas Kaki Indonesia

Kemenperin
Perkuat Kemitraan di Sektor Industri, Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Republik Belarus

Perkuat Kemitraan di Sektor Industri, Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Republik Belarus

Kemenperin
Kado HUT Ke-80 RI, Kinerja Sektor Manufaktur Lampaui Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Kado HUT Ke-80 RI, Kinerja Sektor Manufaktur Lampaui Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Kemenperin
Kemenperin: PHK Saat Ini Adalah Residu Kebijakan Relaksasi Impor Sebelumnya

Kemenperin: PHK Saat Ini Adalah Residu Kebijakan Relaksasi Impor Sebelumnya

Kemenperin
Dukung Penegakan Hukum, Kemenperin Jaga Peredaran Gula Rafinasi

Dukung Penegakan Hukum, Kemenperin Jaga Peredaran Gula Rafinasi

Kemenperin
Beri Kuliah Umum di Universitas Hiroshima, Menperin Paparkan Strategi Baru Industrialisasi Nasional

Beri Kuliah Umum di Universitas Hiroshima, Menperin Paparkan Strategi Baru Industrialisasi Nasional

Kemenperin
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com