KOMPAS.com – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menegaskan bahwa peningkatan produktivitas nasional menjadi faktor utama dalam memperkuat daya saing Indonesia di tengah ketatnya persaingan global.
Hal itu ia sampaikan dalam acara Buka Puasa Bersama dan Sharing Session yang diselenggarakan oleh Gerakan Nasional Indonesia Kompeten (GNIK) di Jakarta, Jumat (14/3/2025).
“ Produktivitas menjadi tantangan besar kita saat ini. Dalam 10 tahun terakhir, pertumbuhan produktivitas kita hanya mencapai 25 persen, sementara China meningkat hingga 220 persen,” ujar Yassierli dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (15/3/2025).
Ia juga mengungkapkan bahwa tingkat produktivitas Indonesia masih 10 persen di bawah rata-rata negara ASEAN. Bahkan, Total Factor Productivity Indonesia mengalami penurunan.
Baca juga: Tingkatkan Pengawasan, Menaker Ajak Stakeholder Ketenagakerjaan Optimalkan Norma100
Hal itu menunjukkan bahwa efektivitas dan efisiensi dalam menghasilkan produk, jasa, serta layanan di Indonesia masih tertinggal jika dibandingkan negara lain.
“Ini artinya, kita harus segera mengejar ketertinggalan ini,” tegasnya.
Yassierli mengatakan, Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan agar program prioritas pemerintah difokuskan pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan produktivitas nasional. Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) pun berperan aktif dalam memastikan agenda ini berjalan dengan baik.
Menurutnya, pihaknya ingin mengembalikan semangat produktivitas yang pernah menjadi gerakan nasional pada era 70-an. Saat itu, produktivitas menjadi fokus utama melalui Badan Produktivitas Nasional.
"Namun, istilah ini perlahan meredup, tergantikan oleh istilah lain, seperti inovasi, kinerja, dan tata kelola. Padahal, esensinya tetap sama,” jelasnya.
Menaker juga menyoroti kesalahpahaman persepsi bahwa produktivitas hanya berkaitan dengan efisiensi yang berujung pada pengurangan tenaga kerja.
Padahal, produktivitas yang tinggi justru berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Produktivitas bukan berarti pemangkasan tenaga kerja. Justru, ini adalah upaya meningkatkan output dan daya saing. Semakin tinggi produktivitas, semakin besar manfaat yang bisa dirasakan oleh perekonomian,” tambahnya.
Yassierli pun mengajak seluruh pelaku usaha, termasuk perusahaan menengah, untuk segera beradaptasi dengan perkembangan teknologi serta tantangan perdagangan bebas.
Ia menekankan bahwa penggunaan pendekatan business as usual sudah tidak lagi relevan dalam menghadapi era globalisasi.
Baca juga: Menaker Minta Perusahaan Swasta Pertimbangkan WFA Jelang Mudik Lebaran 2025
“Jika kita masih bertahan dengan cara lama, kita akan kalah bersaing,” ujarnya.
Menurutnya, produktivitas tidak hanya harus diterapkan di sektor industri, tetapi juga di sektor publik, termasuk pemerintahan dan pendidikan.
Oleh sebab itu, perubahan pola pikir (mindset) dan budaya kerja menjadi fondasi utama yang harus dibangun agar Indonesia dapat bersaing di tingkat global.
“Produktivitas bukan sekadar penggunaan teknologi canggih, tetapi juga membangun pola pikir dan budaya kerja yang produktif. Kemenaker siap menjadi inisiator dalam gerakan peningkatan produktivitas nasional,” ungkapnya.