KOMPAS.com – Menteri Pertanian ( Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta berbagai pihak dan seluruh jajarannya untuk memperkuat ketahanan pangan dengan merespons berbagai tantangan global, terutama di sektor industri kelapa sawit Indonesia.
Menurutnya, industri kelapa sawit harus didukung karena merupakan komoditas strategis yang menjadi penyumbang besar untuk devisa negara.
“Diharapkan, semua (pelaku) industri sawit Indonesia serta pihak terkait dapat berkolaborasi untuk meningkatkan kesejahteraan petani sawit. Sebab, kelapa sawit memiliki peran penting untuk kesejahteraan masyarakat, termasuk pekebun yang mengelola lahan perkebunan sawit," ujarnya dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Minggu (5/11/2023).
Seperti diketahui, Indonesia merupakan produsen dan pemasok kebutuhan minyak nabati terbesar dunia serta memiliki penting dalam pasar minyak nabati global. Bersama Malaysia, kedua negara ini mendominasi 85 persen pangsa pasar minyak sawit dunia.
Baca juga: Tanpa Peremajaan, Produksi Minyak Kelapa Sawit Bakal Menyusut
Meskipun pada 2023 harga minyak sawit berangsur normal, kata Amran, terdapat tantangan lain. Salah satunya adalah tingginya stok minyak nabati yang dimiliki India. Hal ini terjadi karena stok minyak bunga matahari dari Rusia dan Ukraina yang memasuki India serta meningkatnya produksi minyak nabati lain di pasar global.
Berdasarkan data Oil World, stok minyak nabati di India saat ini merupakan tertinggi sepanjang sejarah di tengah pemulihan produksi minyak sawit di Malaysia. Sebagai informasi, India merupakan salah satu negara importir terbesar minyak kelapa sawit di dunia.
Selain itu, kata Amran, sertifikasi perkebunan kelapa sawit, seperti Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) serta Malaysia Sustainable Palm Oil (MSPO) yang menjadi tolok ukur tata kelola kelapa sawit yang berkelanjutan hingga saat ini belum diakui oleh Uni Eropa.
Oleh karena itu, menurutnya, langkah-langkah khusus untuk mengintegrasikan petani kecil ke dalam rantai pasokan penting dalam meminimalkan dampak European Union Regulation on Deforestation-free Products (EUDR) terhadap petani kelapa sawit.
Baca juga: Model Hilirisasi Industri Kelapa Sawit Mampu Dorong Ekspor Produk Bernilai Tambah
Merespons tantangan tersebut, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menggelar acara 19th Indonesian Palm Oil Conference and 2024 Price Outlook (IPOC 2023) di Bali, mulai Rabu (1/11/2023) hingga Jumat (3/11/2023).
Acara bertema “Enhancing Resiliency Amid Market Uncertainty” itu, diselenggarakan untuk membantu sektor kelapa sawit Indonesia dalam menghadapi situasi pasar yang tidak menentu.
Untuk diketahui, IPOC 2023 dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto, serta dihadiri oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan.
Pada kesempatan tersebut, Mendag menyampaikan pembahasan khusus terkait kebijakan dan strategi pemerintah dalam meningkatkan daya saing industri kelapa sawit yang berkelanjutan.
Acara tersebut turut dihadiri Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Heru Tri Widarto, Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Kementan Ardi Praptono, serta Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementan Prayudi Syamsuri.
Heru mengatakan, IPOC merupakan wadah para pemangku kepentingan, baik tingkat nasional maupun internasional, untuk bersama-sama membahas isu-isu strategis seputar industri kelapa sawit.
Baca juga: Minyak Kelapa Sawit Makin Dibutuhkan pada 2050
Selain konferensi, pada acara tersebut juga diselenggarakan pameran untuk memberikan informasi mengenai perkembangan terkini teknologi, produk, dan layanan di industri kelapa sawit.
"Semoga kegiatan ini dapat menyinergikan atau menyelaraskan langkah kolaborasi semua pihak terkait, memperkuat upaya strategis, dan menemukan solusi jitu untuk menghadapi tantangan industri kelapa sawit kedepannya. Selain itu, juga meningkatkan kesejahteraan pekebun sawit dan insan perkebunan lain," katanya.
Adapun IPOC 2023 memberikan analisis situasi pasar minyak nabati dunia terkait peraturan global terkini dan dampaknya terhadap industri minyak sawit, serta kebijakan minyak sawit Indonesia dan perspektif pasar dari negara-negara importir minyak sawit.
Dibahas pula situasi pasokan dan permintaan minyak sawit di dunia, juga prospek harga untuk tahun mendatang untuk menguak tren harga. Berbagai paparan tersebut dibawakan oleh para pembicara ahli minyak nabati senior dunia, seperti Thomas Mielke (Oil World), Nagaraj Meda (Transgraph), dan Dorab Mistry (Godrej International Ltd).