KOMPAS.com - Industri kelapa sawit menjadi role model dalam mewujudkan akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals ( SDGs) yang ditargetkan harus bisa tercapai pada 2030.
SDGs meruapakan bentuk kesepakatan pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan hak asasi manusia, kesetaraan, berprinsip universal, integrasi, dan inklusif.
Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi mengatakan, pengembangan kelapa sawit dari hulu ke hilir hingga produk turunannya harus terus digenjot dan dilakukan inovasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dengan demikian, jalannya pembangunan berkelanjutan dapat terukur secara detail, cepat, dan tepat sasaran.
"Pergerakan harus segera dilakukan mulai dari sekarang untuk memberikan hasil yang optimal kedepannya," ujarnya dalam siaran pers, Selasa (24/10/2023).
Baca juga: Kementan Siapkan SDM Unggul untuk Perbaiki Tata Kelola Usaha Perkebunan
Sejalan dengan arahan Plt Mentan, Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) berkolaborasi dengan Riset Perkebunan Nusantara (RPN) membahas kajian pengembangan perkebunan.
Salah satunya adalah mendorong riset inisiatif Kementerian Pertanian ( Kementan) melalui pengayaan SDGs dan pengenalan serangga penyerbuk kelapa sawit.
Informasi dari Ditjen Perkebunan menyebutkan, total varietas tanaman perkebunan yang telah dilepas saat ini sebanyak 512 varietas.
Direktur Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Andi Nur Alam Syah mengatakan, pengayaan SDGs bertujuan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengintroduksi plasma nutfah baru guna pengayaan SDGs Nasional.
“Pengayaan itu untuk memanfaatkan material introduksi yang diperoleh untuk mendukung riset pengembangan bahan tanaman unggul guna meningkatkan produktivitas kelapa sawit nasional," jelasnya.
Andi menyebutkan, jika kolaborasi itu dijalankan dengan baik, kontribusi bahan tanaman terhadap peningkatan produktivitas relatif signifikan, yakni bisa mencapai 11 ton per hektar (ha) per tahun.
Lebih lanjut, Andi menjelaskan, SDGs yang ingin dicapai melalui penguatan kelapa sawit bertujuan mengurangi kemiskinan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi, sekaligus menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan dengan pertanian yang berkelanjutan.
Salah satu upaya untuk mendukung pertanian berkelanjutan, dia menjelaskan adalah lewat program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
“Kami berharap, kelapa sawit bisa diproduksi dengan baik dan mencukupi ketersediaan pangan hingga 2025 dan seterusnya,” katanya.
Dengan demikian, kata dia, komoditas ini memberikan pasokan yang cukup bagi industri makanan, termasuk minyak goreng dan makanan berbasis sawit.
Baca juga: Kementan Gandeng Perpadi Kejar Target Produksi Beras 35 Juta Ton, Plt Mentan: Supaya Tak Impor Lagi
Selain itu, kelapa sawit memiliki peranan penting dalam pengembangan energi berkelanjutan, pengurangan emisi. Selain itu, kelapa sawit juga membantu mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan serta menciptakan lapangan pekerjaan yang layak untuk semua.
“ Kelapa sawit juga dapat memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan SDGs, khususnya terkait kemitraan global demi pembangunan perkebunan berkelanjutan," ujarnya.
Andi berharap, Indonesia tetap menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar dan nomor satu di dunia.
Pada kesempatan itu, dibahas pula introduksi serangga penyerbuk kelapa sawit sebagai penopang keberlangsungan industri kelapa sawit di Indonesia.
Baca juga: Kementan Bakal Batasi Penerbitan Rekomendasi Impor Bawang Putih
Direktur RPN Iman Yani Harahap menjelaskan, pembahasan penyerbuk itu untuk mengenalkan kembali E kamerunicus yang memiliki karakteristik morfologi dan molekuler berbeda dengan di Indonesia.
“Pentingnya mencari dan menentukan satu atau dua spesies serangga yang hanya bersifat sebagai polinator kelapa sawit di Afrika, atau bukan sebagai hama maupun vektor penyakit,” jelasnya.
Dia mengatakan, sifat itu sesuai untuk melengkapi E kamerunicus di Indonesia dan mengenalkannya ke Indonesia, serta mengatasi permasalahan fruit set.
“Dengan demikian, produktivitas dan rendemen minyak kelapa sawit di Indonesia dapat meningkat. Sebab, produksi minyak sawit dipengaruhi keberhasilan penyerbukan," jelas Iman.
Sebagai informasi, Ditjenbun mendukung usulan Riset Pengembangan Bahan Tanam yang disampaikan research and development dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melalui usulan inisiatif Kementan dengan pendanaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Baca juga: Tangani Kebakaran Lahan Perkebunan, Kementan Gaungkan Metode Pengendalian Ramah Lingkungan
Hal itu dilakukan demi memajukan perkebunan Indonesia pada masa depan.