KOMPAS.com – Salah satu komoditas ekspor perkebunan Indonesia yang selalu berhasil menarik perhatian pasar global adalah kakao. Tuntutan pasar yang semakin rigid membuat posisi tawar kakao perlu diakselerasi.
Oleh karenanya, Kementerian Pertanian ( Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) terus menggenjot produksi maupun produktivitas kakao.
Kementan juga memperkuat produk turunan kakao agar semakin bernilai tambah dan mampu bersaing dengan para kompetitor dari negara lain.
Untuk memperkuat produksi kakao, Ditjenbun bersinergi dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) serta Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung.
Baca juga: Lewat Indonesia International Cocoa Conference, Jembrana Kenalkan Potensi Kakao yang Juara
Sinergi itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Akselerasi Pengembangan Kakao, bersamaan dengan kegiatan Orientasi Lapang Bimbingan Teknis Intensifikasi dan Pengembangan Komoditas Perkebunan, yang dihadiri 94 Ketua Poktan di Puslitkoka Jember.
Hal itu sejalan dengan arahan Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertanian (Mentan) Arief Prasetyo Adi yang meminta semua pihak sigap memperkokoh komoditas perkebunan, termasuk kakao.
Dia juga meminta komoditas kakao diprioritaskan pengembangannya agar menjadi yang nomor satu di dunia.
“Perkebunan itu komoditasnya berlimpah, tetapi harus bernilai tambah dan berdaya saing, termasuk kakao kita harus bisa bersaing dengan kakao dari negara lain. Kakao Indonesia harus bisa terus melejit tembus pasar global,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (20/10/2023).
Penandatanganan MoU itu diharapkan mendukungan akselerasi pengelolaan kebun berbasis big data, pengoptimalan penerapan GAP, pengembangan agribisnis terpadu hulu-hilir, pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan kelembagaan, kemitraan usaha, serta fasilitasi dukungan investasi dan kerja sama.
Baca juga: Raih Omzet Rp 1,1 Miliar Per Tahun, Co-Founder Minang Kakao: Ditjenbun Bantu Branding dan Pemasaran
Direktur Tanaman Semusim dan Tahunan Muhammad Rizal Ismail menambahkan, perlu ada kolaborasi dan komitmen dari semua pihak, termasuk pekebun, untuk mendukung pengembangan kopi dan kakao.
“Peran pemerintah daerah dan lembaga riset sangat vital dalam bentuk komitmen dukungan program," ujarnya pada kegiatan tersebut (19/10/2023).
Rizal berharap, adanya minat dan konsistensi pekebun di area Badung dapat mendukung optimalisasi pengembangan kawasan sentra hulu kopi dan kakao di Badung.
Kemudian, hal itu diharapkan akan diikuti dengan akselerasi pendataan pekebun melalui Surat Tanda Daftar Perkebunan (STDB) untuk memenuhi traceability.
Lebih lanjut, Rizal mengatakan, Puslitkoka sebagai lembaga riset dapat memaksimalkan peran dalam memberikan asistensi kepada petani, baik berupa bimbingan teknis, transfer teknologi, maupun diseminasi.
Baca juga: Aturan Anti Deforestasi Uni Eropa Rugikan RI, Kopi hingga Kakao Jadi Sasaran
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana menyambut baik komitmen bersama dengan Ditjenbun dan Puslitkoka.
Dia berharap, kerja sama itu dapat mengembangkan kopi dan kakao di Kabupaten Badung yang memiliki potensi cukup besar.
“Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung tentu akan terus memberikan dukungan, baik dari hulu hingga ke hilir, yang disinergikan dengan sektor pariwisata karena potensi kopi dan kakao disini cukup besar,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Kepala Puslitkoka sebagai lembaga riset mengatakan, pihaknya akan terus memberikan dukungan dalam diseminasi teknologi dan pendampingan penuh agar seluruh program dapat terlaksana dengan baik.
Dia mengatakan, Puslitkoka dan Dinas Pertanian dan Pangan Badung pada 2022 telah banyak melakukan kerja sama, di antaranya sektor penguatan hulu kakao dengan melakukan pembangunan demplot kakao sebagai salah satu center of excellence kakao di Badung.
Baca juga: Kementan Perjuangkan Sawit Berkelanjutan agar Diterima di Pasar Uni Eropa
“Ada juga kerja sama mapping clone di delapan area yang akan mendukung kebutuhan informasi kesesuaian klon unggul dan cita rasa unik di Badung. Kemudian, ada penguatan sektor pascapanen dari produk hasil perkebunan kopi dan kakao.” jelasnya.
Pada kesempatan yang berbeda, Direktur Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Andi Nur Alam Syah mengapresiasi adanya Nota Komitmen tripartit antara Ditjenbun, Puslitkoka, dan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung yang disertai dukungan, kinerja, dan komitmen yang sinergis.
“Ini akan menghasilkan lompatan dampak yang luar biasa bagi komoditas kakao dan komoditas perkebunan lainnya di Kabupaten Badung. Linieritas program akan semakin diperkuat, dan fokus kerja akan semakin terbentuk,” ujarnya.