KOMPAS.com - Kementerian Pertanian (Kementan) merealisasikan program Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) di Kota Serang, Provinsi Banten, guna meningkatkan produksi padi dan meredam dampak El Nino.
Kegiatan RJIT tersebut dilakukan di dua lokasi, yaitu Kelurahan Kilasah dan Kelurahan Sawah Luhur, Kecamatan Kasemen dengan luas lahan masing-masing 50 hektar (ha). Adapun bantuan ini diberikan kepada Kelompok Tani (Poktan) Masyarakat Guyub 1 dan Poktan Subur Makmur 1.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, keberhasilan peningkatan produksi pangan ditentukan oleh pasokan air irigasi yang lancar dan berfungsi dengan baik.
“Dengan melakukan perbaikan dan peningkatan fungsi jaringan irigasi maka layanan irigasi ini diharapkan mampu menambah luas areal tanam, sehingga produktivitas pertanian pun meningkat,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (25/9/2023).
Baca juga: Pakai Pompa karena Saluran Irigasi Surut, Petani di Mustikajaya Bekasi Rogoh Rp 400.000 Seminggu
Lebih lanjut, SYL menjelaskan, pengelolaan air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan prasarana (sarpras) irigasi yang memadai.
"Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa bendungan, bendung, saluran primer, saluran sekunder, boks bagi, dan saluran tersier serta saluran tingkat usaha tani," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Ali Jamil menjelaskan, realisasi program RJIT memprioritaskan pada lokasi yang telah melalui survei investigasi desain (SID) pada tahun sebelumnya.
Realisasi tersebut, kata dia, mengutamakan pada daerah irigasi dengan saluran primer dan sekunder dalam kondisi baik. Adapun tujuannya untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP) padi sebesar 0,5.
Baca juga: Antisipasi Kemarau Panjang Akibat El Nino, Kementan Siapkan Berbagai Strategi, dari RJIT hingga AUTP
"Kegiatan RJIT ini diarahkan pada jaringan irigasi tersier yang mengalami kerusakan dan terhubung dengan jaringan utama (primer dan sekunder). (Kegiatan ini) juga untuk yang memerlukan peningkatan fungsi jaringan irigasi untuk mengembalikan atau meningkatkan fungsi dan layanan irigasi, serta untuk jaringan irigasi desa," tutur Ali.
Ia menjelaskan, dimensi saluran seperti lebar, tebal dan tinggi disesuaikan dengan spesifik teknis di lapangan.
Luas lahan terdampak, kata Ali, minimal berukuran 50 ha. Apabila luasan Poktan atau Perkumpulan Petani Pengelola Pemakai Air (P3A) kurang dari 50 ha, dapat menggunakan potensi luasan gabungan kelompok tani (Gapoktan)/Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A).
"Untuk memenuhi luasan minimal 50 ha, poktan dapat bergabung dalam satu Unit Pengelola Keuangan dan Kegiatan (UPKK), penetapan nama UPKK menggunakan Surat Keputusan (SK) Kepala Dinas Kabupaten,” ucapnya.
Baca juga: Petani Bisa Pinjam Alsintan dengan Mudah Melalui Gapoktan
Sementara itu, lanjut Ali, Poktan atau P3A dan Gapoktan atau GP3A yang memiliki potensi luas lebih dari 50 ha, diperbolehkan mengalokasikan kegiatan lebih dari satu unit sesuai dengan ketentuan.
Ia berharap, realisasi program RJIT menjadi langkah untuk peningkatan daerah layanan irigasi dan dapat meningkatkan efisiensi saluran irigasi sehingga lebih hemat air dan mencukupi kebutuhan air irigasi hingga ke hilir saluran.
Dengan tercukupinya air hingga hilir saluran ke depannya akan berdampak meningkatkan IP dan tanam serentak.
"Dari segi ekonomi secara keseluruhan dampak dari dilaksanakannya RJIT dapat meningkatkan kesejahteraan petani, khususnya pada poktan yang mendapat alokasi kegiatan RJIT di Kota Serang, Provinsi Banten," imbuh Ali.
Baca juga: Tingkatkan Produktivitas Pertanian, Kementan Lakukan Normalisasi Irigasi di Kabupaten Bekasi
Pada kesempatan yang sama, Ketua Poktan Masyarakat Guyub 1 Andi Kamal mengungkapkan, selama ini kelompoknya memanfaatkan sumber air irigasi Margaluyu Sekunder.
Saluran irigasi yang direhabilitasi, kata dia, meliputi panjang 155 meter (m), lebar 1,2 m, tinggi 0,5 m, tinggi pondasi 0,2 m, tebal atas 0,3 m, dan tebal bawah 0,4 m.
"Pada saat musim hujan, air meluap ke kanan dan kiri saluran (bagian hulu saluran) sehingga pengairan tidak sampai ke titik akhir saluran. Sekarang pengaliran air lancar, dapat teraliri sampai ke hilir saluran. Sebelumnya IP 200 dengan produktivitas 5,5 ton per ha, kini menjadi IP 250 (ditanami padi-padi-palawija) dengan produktivitas 7 sampai 9 ton per ha," jelas Andi Kamal.
Baca juga: Mengenal Bahan Pangan Lokal Gunungkidul dari Beras dan Tanaman Palawija
Sementara itu, Ketua Poktan Subur Makmur 1 Nurmala menjelaskan, rehabilitasi saluran irigasi di wilayahnya memiliki panjang 155 m, lebar 1,5 m, tinggi 0,5 m, tinggi pondasi 0,2 m, tebal atas 0,3 m, dan tebal bawah 0,4 m.
"Sebelumnya saluran air tersumbat pada bangunan persilangan (siphon) akibat rusaknya bangunan di hilir siphon dan belum ada perkuatan saluran tersier," ujarnya.
Setelah direhabilitasi, lanjut Nurmala, pengaliran air lancar dan dapat teraliri sampai ke hilir saluran dengan luas layanan kurang lebih 50 ha.
“IP dan produksi juga meningkat, dari IP 200 (ditanami padi-padi-bero) menjadi IP 300 (ditanami padi-padi-padi) dan produksi 5 ton per ha menjadi 7 sampai 8 ton per ha," tuturnya.