KOMPAS.com - Co-Founder dan General Manager Minang Kakao Arsil mengatakan, Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) memiliki peran dalam branding dan memasarkan produknya hingga meraih omzet Rp 1,1 miliar per tahun.
“Kami berterima kasih banyak kepada Kementerian Pertanian (Kementan), khususnya Ditjenbun karena selama ini kami sangat didukung. Ditjenbun membantu branding dan pemasaran produk Minang Kakao, baik untuk pemasaran lokal melalui beraneka event lokal maupun ekspor,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (11/8/2023).
Arsil berharap, Minang Kakao dapat berpartisipasi di berbagai event lokal maupun internasional ke depannya. Sebab, proses branding sangat penting untuk meningkatkan usahanya.
Senada dengan Arsil, Direktur Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Andi Nur Alam Syah mengatakan bahwa membangun citra, keyakinan, jaminan kualitas, dan prestise sangat penting dilakukan terhadap produk turunan perkebunan.
Baca juga: Warga Temukan Kerangka Manusia di Lahan Bekas Perkebunan Tanjungpinang
Pasalnya, kata dia, potensi produk turunan perkebunan sangat besar di pasar global.
“Branding produk yang kuat akan membuat produk perkebunan kita menjadi mudah diingat, dikenal, dan pastinya akan melejit di pasaran,” imbuh Andi.
Sesuai arahan Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi), komoditas perkebunan Indonesia harus didorong agar memiliki nilai tambah dan berdaya saing.
Dengan begitu, komoditas perkebunan dapat meningkatkan daya tawar pekebun Indonesia, dan produk turunannya bisa bersaing dengan berbagai produk dari mancanegara di pasar Internasional.
Baca juga: Kemenhub Evaluasi 34 Bandara Internasional, Ini Daftarnya
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) sendiri terus menggiatkan komoditas perkebunan agar tidak hanya dikerjakan pada aktivitas on farm, tetapi juga harus dikembangkan off farm melalui hilirisasi produk perkebunan.
Salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan potensi pasar hingga ekspor adalah kakao.
Minang Kakao merupakan produk olahan kakao milik PT Pengelola Aset Islami Indonesia yang bermitra dengan Kelompok Tani (Poktan) Saiyo, Selayo Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar).
Arsil mengungkapkan bahwa produk Minang Kakao dibuat menggunakan bahan baku premium.
Baca juga: Kulawarga Bali, Tempat Makan Ayam Betutu Halal Bercita Rasa Autentik
“Selain organik yang bersertifikasi halal dan sudah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), bahan baku biji kakao yang digunakan merupakan bahan baku terbaik,” ucapnya.
Lebih lanjut, Arsil menjelaskan, biji kakao yang digunakan pihaknya sudah difermentasi supaya rasa dan wangi cokelat yang dihasilkan lebih kuat.
Minang Kakao, kata dia, juga menyortir biji kakao dalam pengolahan hingga menjadi cokelat.
Adapun bahan baku yang digunakan berasal dari kakao asli tanpa menggunakan bahan kimia tambahan.
Arsil menceritakan, dirinya telah menekuni pengembangan kakao sejak 2017 hingga kini berhasil mengeluarkan beragam produk olahan kakao.
Baca juga: Panen dan Pasca-Panen Kakao yang Benar agar Mutunya Terjaga
Dari luas kebun garapan sendiri seluas 120 hektar (ha), ia bisa memproduksi sebanyak 500 kilogram (kg) hingga 1 ton per ha.
“Kami juga melakukan pelatihan kepada para pekebun di sekitar kebun sendiri,” ujar Arsil.
Arsil mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara terbesar penghasil kakao dan Sumatera Barat (Sumbar) menjadi salah satu daerah potensial untuk budi daya kakao.
Pasalnya, kata dia, kakao Sumbar dikenal mempunyai cita rasa khas tersendiri.
“Kami memperoleh bahan baku kakao dari kebun sendiri dan penyerapan dari poktan mitra.
Produk turunan yang kami hasilkan ada Cocoa Mass (Massa Kakao), Cocoa Nibs, Cocoa Butter, Cocoa Powder, Cocoa Liquor, hingga Aneka Varian Chocolate,” ucap Arsil.
Baca juga: UMKM Biji Cocoa Ini Tembus Ekspor ke India hingga Turki
Ia mengungkapkan bahwa produknya sudah terjual melalui online store, reseller, toko-toko organik, ranch market, fresh market, dan food hall.
Arsil yakin, prospek kakao ke depannya sangat menjanjikan. Kakao Indonesia pun bisa menjadi lebih besar setidaknya setara kopi yang sudah mendunia dan terkenal.
“(Dengan begitu) pada akhirnya seluruh pemangku kepentingan dari kakao, mulai dari pekebun sampai produsen bisa mendapatkan manfaat yang bagus dari kakao,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Arsil branding diversifikasi produk turunan perlu dilakukan agar menghasilkan kesan atau imej positif terhadap produk hasil tanaman perkebunan.
Baca juga: Kawanan Gajah Masuk Perkebunan di Lampung, 6 Hektar Tanaman Rusak
Ia menjelaskan bahwa manfaat kesehatan dari cokelat merupakan branding yang dilakukan Minang Kakako dalam diversifikasi produk cokelat.
“Salah satu konsep utama dalam membuat produk di Minang Kakao adalah menghasilkan produk yang baik untuk kesehatan,” ujar Arsil.