KOMPAS.com – Menteri Pertanian ( Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan bahwa era 4.0 telah dilewati dan Indonesia akan segara memasuki era 5.0.
Pada era baru itu, pertanian akan tetap menjadi sektor penting. Artinya, pemanfaatan teknologi dan mekanisasi di bidang pertanian tidak terhindarkan.
Hal itu Mentan SYL katakan saat Kementerian Pertanian ( Kementan) memberi pelatihan “Pemanfaatan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) untuk Meningkatkan Produktivitas Tanam Padi” kepada ribuan penyuluh dan petani di Indonesia.
Baca juga: Kementan Buka 766 Formasi pada CPNS 2021, Ini Rinciannya
“Menurut saya, bangsa yang maju itu kalau agamanya baik dan pertaniannya bagus. Saat ini, kita ada di era itu. Artinya, kalau mau desanya bagus, kecamatan bagus, kabupaten bagus, provinsi bagus, dan negara bagus, perbaiki agama dan pertanian,” ujar Mentan SYL saat membuka acara di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku, Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), Minggu (4/7/2021).
Pria yang pernah menjadi Gubernur Sulsel tersebut menegaskan bahwa bertani adalah kegiatan yang hebat dan keren.
Bahkan, saat pandemi Covid-19 menghentak dunia dan membuat semua orang tidak berdaya serta melambatkan pertumbuhan perekonomian dunia, pertanian mampu menjadi sektor yang tetap bertahan dan tumbuh.
Baca juga: Dongkrak Pertanian Produktivitas, Kementan Realisasikan Program Pembangunan Jalan
“Kalau kita lihat dari pendapatan domestik bruto (PDB), hanya pertanian yang naik. Sektor lain semua minus. Ekspor pertanian Indonesia juga naik 15,79 persen dengan nilai Rp 451,77 triliun pada 2020,” ujar SYL pada acara yang diselenggarakan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) itu.
Selain itu, lanjutnya, triwulan I 2021 Indonesia sudah menyumbang 39,99 persen pendapatan sektor ekspor pertanian.
Sebagai pelaku utama pembangunan pertanian di Indonesia, kinerja pertanian ditentukan oleh kerja penyuluh dan petani.
Maka dari itu, dirinya medorong BPPSDMP agar mampu memberi pelatihan dan mencetak tenaga-tenaga terlatih untuk terus menggerakan pertanian ke arah yang lebih maju, mandiri dan modern.
“BPPSDMP dengan semua kepala dinas (kadis) harus menyiapkan orang yang harus dilatih untuk menaikkan kualitas pertanian, nilai tukar petani (NTP) dan nilai tukar usaha pertanian (NTUP). Siapkan satu juta orang,” tuturnya.
Baca juga: Berkat RJIT Kementan, Produktivitas Petani di Sukabumi Meningkat Pesat
Penggunaan teknologi, lanjutnya, dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Kualitas sumber daya manusia (SDM) juga punya peran penting dalam penggunaan mekanisasi.
Mentan berharap, agriculture war room (AWR) yang dibangun juga dapat mendukung pembangunan pertanian di segala aspek, mulai dari mempersiapkan SDM terlatih hingga penjualan hasil petani berbasis digital.
“Kita harus hadirkan inovasi untuk mendukung itu. Misalnya, menghadirkan traktor taksi di setiap kabupaten. Negara lain sudah pakai teknologi,” katanya.
Baca juga: Kementan Raih WTP, Mentan SYL: Kami Ada di Jalan yang Benar
Mentan juga mengatakan bahwa pertanian tidak boleh hanya teori. Penyuluh pertanian lapangan (PPL) pun harus senantaisa memegang ponsel dan terhubung dengan AWR.
“Penelitian dan pengembangan (litbang) pertanian harus maksimal. Ciptakan pula varietas baru. Cari tahu mengapa Amerika Serikat dan Jepang bisa unggul. Sebab, kita seharusnya juga bisa seperti mereka,” ujar Mentan.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa pihaknya telah melaksanakan sejumlah pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM pertanian.
“Kami sudah memulai pelatihan pemupukan berimbang, pelatihan kesuburan tanah, pelatihan varites padi jagung kedelai, pelatihan kewirausahaan pertanian, dan pemanfaatan kredit usaha rakyat (KUR). Kali ini, kami melakukan pelatihan pemanfaatan alsintan untuk meningkatkan produktivitas tanaman,” katanya.
Baca juga: Kementan Targetkan Realisasi Serapan Anggaran Capai 40 Persen hingga Akhir Juni
Dedi menjelaskan, pelatihan kali ini diikuti oleh 120 orang secara offline dan 1.000 peserta secara online melalui Zoom.
Selain itu, ada sekitar 11.000 orang yang tegabung melalui YouTube. Adapun terdapat 8.000 penyuluh dan 2.700 petani yang ikut pelatihan, terutama petani milenial.
“Pada pelatihan ini, peserta diberikan materi mengenai teknis operator traktor roda dua dan roda empat, pembuatan pupuk organik seperti kompos, pembuatan pestisida nabati, dan pemanfaatan KUR,” katanya.