KOMPAS.com – Indonesia mencetak sejarah baru dalam sektor ketahanan pangan nasional. Hingga awal Mei 2025, serapan beras oleh Perum Bulog mencapai 1,8 juta ton. Capaian ini seluruhnya berasal dari hasil produksi dalam negeri, tanpa mengandalkan impor.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebut keberhasilan tersebut sebagai hasil sinergi antara kebijakan yang tepat, semangat petani, dan dukungan lintas sektor.
“Saat negara lain menghadapi krisis pangan, Indonesia justru surplus beras. Ini bukti komitmen pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional, meningkatkan kesejahteraan petani, dan membangun fondasi pertanian yang berkelanjutan,” ujarnya melalui siaran pers, Selasa (6/5/2025).
Dengan capaian itu, Indonesia semakin mantap melangkah menuju kemandirian pangan dan memperkuat posisinya sebagai negara agraris yang tangguh di tengah tantangan global.
Baca juga: Prabowo Sebut Stok Beras RI Tertinggi Sepanjang Sejarah
Sebelumnya, Amran menyampaikan, stok cadangan beras pemerintah kini mencapai 3,5 juta ton per 4 Mei 2025, sebuah capaian tertinggi dalam kurun waktu 57 tahun sejak Bulog berdiri pada 1969.
“Ini pertama kalinya dalam 57 tahun terakhir. Stok cadangan beras pemerintah menembus lebih dari 3,5 juta ton dalam periode Januari hingga Mei. Kita patut bersyukur dan bangga,” katanya.
Lonjakan stok tersebut terjadi berkat program intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian yang masif dilakukan pemerintah sejak awal 2024.
Hasilnya, stok beras yang semula 1,7 juta ton pada Januari 2025, melonjak drastis menjadi 3,5 juta ton hanya dalam empat bulan.
Baca juga: Pemerintah Bakal Bangun Gudang Darurat Bulog di Aceh dan NTB
“Seluruh beras yang diserap Bulog merupakan hasil produksi petani lokal. Angka serapan ini melampaui rata-rata serapan tahunan Bulog selama 57 tahun,” tegas Amran.
Lonjakan serapan ini bahkan membuat Bulog harus menyewa tambahan gudang berkapasitas 1,1 juta ton untuk menampung stok beras hasil panen dalam negeri.