KOMPAS.com - Kementerian Pertanian ( Kementan) terus mendorong peningkatan produksi pangan dalam negeri. Salah satunya melalui program Upaya Khusus Padi, Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale).
Untuk mendukung program tersebut, pemerintah memberikan berbagai bantuan ke petani.
Dari mulai perbaikan infrastruktur pertanian yakni irigasi, bantuan alat mesin pertanian ( Alsintan), hingga subsidi sarana produksi seperti pupuk dan pestisida.
Data Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) sejak 2015-2019, jaringan irigasi yang telah terbangun yang dapat mengairi lahan sawah seluas 3,129 juta hektar (ha).
Baca juga: Ini Rencana Aksi Kementan untuk Tambah LTT Padi di Sumatera Utara
Sedangkan irigasi perpompaan untuk mendukung produksi pangan telah dibangun sebanyak 2.358 unit.
Kemudian, bangunan embung yang telah terbangun sebanyak 2.962 unit dengan estimasi luas layanan dari embung, dam parit, long storage seluas 25 ha.
Berbagai bantuan tersebut telah berdampak positif bagi petani. Terlihat dari hasil survei Mahasiwa Pertanian se-Indonesia dalam Ekspedisi Padi Nusantara.
Berdasarkan hasil survei dan evaluasi yang dilakukan mahasiswa pertanian seluruh Indonesia, sebagian besar petani merasa puas dengan akses pengairan untuk lahan sawah, karena saluran irigasinya diperbaiki dan diatur pembagiannya.
Baca juga: Kementan Dukung Toli-Toli sebagai Lumbung Pangan di Sulteng
Perwakilan mahasiswa pertanian seluruh Indonesia, Birawa Anindtya Witjaksana mengatakan, respons petani merasa puas dengan perbaikan irigasi sebanyak 46 persen. Sisanya petani mengaku biasa saja, tidak setuju dan tidak menjawab.
“Kalau kami lihat dari sebagian besar petani sudah puas dengan adanya perbaikan irigasi. Begitu juga dengan pembuatan embung, sebagian besar petani puas dan merasa tepat sasaran,” ungkapnya melalui rilis tertulis, Senin (14/10/2019).
Dengan respons yang cukup positif dari petani, ada dua rekomendasi mahasiswa pertanian yang diberikan untuk Kementan.
Pertama, mendorong pemerintah untuk menambah kuantitas cetak lahan irigasi sehingga seluruh petani di Indonesia dapat merasakannya.
Kedua, lanjutnya, mendorong pemerintah meningkatkan kualitas cetak irigasi. Maksudnya adalah dari irigasi semi teknis menjadi irigasi teknis sehingga dapat mengoptimalkan peningkatan produktivitas.
“Dengan ini tentu akan membantu petani dalam mengurangi kemungkinan gagal panen ketika musim kemarau,” kata Birawa.
Baca juga: Lahan di Ponorogo Kekeringan, Kementan Sarankan Pompanisasi
Untuk menggerakan pertanian modern, bantuan Alsintan menjadi prioritas utama. Kementan hingga 2018 sudah mengirimkan bantuan Alsintan sebanyak 385.170 unit.
Beberapa di antaranya terdiri dari traktor roda dua, traktor roda empat, pompa air, rice transplanter, chopper, cultivator, excavator, hand sprayer, implemen alat tanam jagung, dan alat tanam jagung semi manual.
Pada 2015, Alsintan yang disalurkan sebanyak 54.083 unit. Tahun 2016 sebanyak 148.832 unit, 2017 sebanyak 84.356 unit, dan 2018 bertambah menjadi 115.435 unit (per Oktober 2018).
Alsintan tersebut telah diberikan kepada kelompok tani/gabungan kelompok tani, Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), dan Brigade Alsintan.
Hasil survei Mahasiwa Pertanian se-Indonesia dalam Ekspedisi Padi Nusantara menunjukkan bahwa petani mendapatkan bantuan Alsintan jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu.
“Walaupun respons petani terhadap bantuan Alsintan ini sangat baik, ada rekomendasi dari kami agar ke depannya lebih baik,” kata Birawa.
Menurutnya, pemerintah harus meningkatkan kuantitas dan kualitas Alsintan yang disalurkan ke petani.
Pemerintah juga harus memberikan bimbingan kepada petani terkait pengoperasiannya. Kemudian, harus ada survei lapangan dahulu agar Alsintan yang diberikan sesuai untuk daerahnya.
Baca juga: Menilik Manfaat Besar Air dan Alsintan dalam Pertanian...
Dengan pemberian bantuan Alsintan yang cukup besar tentu ada dampak positifnya. Bukan sebatas lebih efisien dan hemat tenaga serta biaya, melainkan petani menjadi lebih mudah menemukan Alsintan sehingga dapat memudahkan kerja sama untuk saling pinjam antar petani.
Bukan hanya itu, di petani jadi ada usaha baru, yakni jasa peminjaman alat pertanian berula UPJA.
“Tetapi ini butuh ada bimbingan yang lebih intens dari penyuluh karena ada beberapa petani tidak bisa mengoperasikan. Selain itu, perlu adanya survei lapangan untuk pemberian bantuan agar tepat sasaran, wilayah, dan waktu,” saran Birawa.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy mengapresiasi hasil survei mahasiswa itu. Dirinya menegaskan pemerintah pasti mendengarkan semua masukan.
"Semua masukan positif pasti kami dengarkan. Kementan hingga saat ini terus meningkatkan mekanisasi pertanian, yang ditingkatkan tentu tidak hanya kuantitas saja, tetapi juga kualitasnya," kata Sarwo Edhy.
Mekanisasi pertanian di Indonesia terus meningkat sejak lima tahun terakhir. Ke depan, mekanisasi pertanian akan terus didorong untuk meningkatkan efisiensi usaha tani serta meningkatkan gairah anak muda untuk terjun ke sektor pertanian.
Baca juga: Genjot Percepatan Investasi, Kementan Luncurkan Program Inovasi
Berdasarkan data Food and Agriculture Organisation (FAO), mekanisasi pertanian nasional hanya 0,04 horsepower (HP).
Sementara pada 2019, mekanisasi mencapai angka 2,15 HP. Semakin tinggi horsepower, maka semakin tinggi pula keterlibatan kerja sebuah mesin dalam kegiatan produksi, termasuk pertanian.
"Mekanisasi pertanian memberikan manfaat bagi kesejahteraan petani. Hal itu pula yang bakal menjadi daya tarik bagi generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian dan mengembangkan komoditas yang ada," tutup Sarwo Edhy.