KOMPAS.com – Menteri Pertanian ( Mentan) Andi Amran Sulaiman melakukan santap siang bersama dengan para mahasiswa perwakilan BEM Fakultas Pertanian seluruh Indonesia.
Pada kesempatan itu, Mentan sekaligus memberi kesempatan bagi para mahasiswa berdiskusi dan bertanya berbagai topik pertanian, termasuk seputar Rancangan Undang-Undang ( RUU) Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan yang baru disahkan oleh DPR RI.
Mentan menegaskan bahwa RUU tersebut memiliki keberpihakan tinggi pada petani kecil. Justru persoalan isu negatif yang mengiringi pengesahan RUU tersebut menjadi pertanyaan para mahasiswa.
"RUU ini disusun selama 3 tahun dengan mempertimbangkan memberi keuntungan besar bagi petani kecil. Jadi jangan dibalik logikanya", kata Amran.
Baca juga: Kementan Imbau Petani Perhatikan Jadwal Musim Tanam
Amran mengatakan komunitas petani kecil yang dianggap akan susah berkembang dan mudah di pidana adalah logika yang salah.
“Malah sebaliknya, petani kecil tidak perlu lagi mendaftarkan benihnya sepanjang digunakan bagi komunitasnya dalam area satu kabupaten. Bila sudah disebarkan level nasional, maka sudah disebut pengusaha, dan bukan lagi petani kecil,” ujarnya.
Diskusi yang cukup hangat dan menarik ini juga memberikan pemahaman yang cukup bagi para mahasiswa di tengah polemik RUU Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan.
Selain itu, mereka berdiskusi pula seputar produksi ternak, penyakit jagung, hingga cara menangani hama tikus.
Baca juga: Kementan Cabut Anggaran Rehab Kantor untuk Bangun Sarana Pertanian
Ketua Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia, Hasbi Abdullah merasakan komunikasi yang baik dari pemerintah dan senang Amran tidak sulit ditemui mahasiswa.
Ia menegaskan, kontrol yang baik dan konstruktif dari mahasiswa akan terus dilakukan, sebagai identitas mahasiswa dan menjaga kepekaan terhadap kondisi masyarakat petani.
"Forum dialog dan diskusi seputar isu hangat kami minta terus terbuka seperti saat ini", pinta Hasbi mewakili rekan-rekannya.