KOMPAS.com - Kementerian Pertanian (Kementan) mengenalkan teknologi mekanisasi dengan dukungan dekomposer yang mampu bekerja cepat untuk mengurai tanah, tanpa harus melakukan pembakaran hutan.
Pakar Khusus Modernisasi Pertanian dari IPB yang juga Tenaga Ahli Menteri, Kementan, Sam Herodian mengatakan, pengenalan itu dilakukan karena Menteri Pertanian prihatin dengan kebakaran lahan dan hutan (karhutla) yang terjadi akhir-akhir ini.
"Alhamdulilah, mekanisasi dan teknologi dekomposer berjalan efektif karena sangat ramah lingkungan," ujar Sam yang hadir mewakili Menteri Pertanian (Menhan) Amran Sulaiman saat mengunjungi kampung Desa Eko Wisata di Kecamatan Palas, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau Senen, (23/9/2019),
Dalam kunjungan kerja itu, Sam dan rombongan melihat secara langsung proses olah tanah dengan mekanisasi pertanian dan pembuatan embung untuk irigasi.
Baca juga: Maksimalkan Pemanfaatan Embung, Kementan Latih Petani
Menurut Sam, mekanisasi dan teknologi dekomposer yang dimaksud mampu mengerjakan pembajakan lahan secara terukur.
Ini karena pola tanamnya sudah menggunakan piringan dan mesin pencacah tanah. Selanjutnya, proses tersebut dimaksimalkan dengan biokomposer dan benih unggul yang cocok dengan tanah garapan
"Nah, sisa kayu yang ada juga kami berikan Biocat untuk menahan air. Sebab di bagian belakang, kami sudah membangun embung. Intinya adalah, kalau petani di sini memiliki semangat, maka kami dari pemerintah pusat juga akan lebih semangat dalam memberikan berbagai bantuan," katanya.
Sam memastikan jika pola tanam ini berjalan dengan baik, maka ke depan, pemerintah akan mengembangkan program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) untuk membuka lahan sekitar 20.000 hektar (ha) di Propinsi Riau.
"Insya Allah ke depan alsintan ekskavator, drone dan mesin pertanian lain akan dialokasikan di lokasi pertanian bapak dan ibu para petani di sini," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Pertanian (PPSDMP), Dedy Nursyamsi yang juga datang di kunker tersebut mengatakan, pemerintah meminta penyuluh pertanian terus memberikan edukasi olah lahan tanpa bakar.
"Metode ini sangat ramah lingkungan karena mempertahankan bahan organik tanah dan sejumlah hara tanah serta mengurangi emisi Gas Rumah Kaca," kata Dedy, seperti dalam keterangan tertulisnya.
Selain itu kata dia, mekanisasi dan dekomposer, turut juga mempertahankan keanekaragaman hayati, menghindari masalah hukum yang merugikan.
Kementan berharap hal ini akan membantu mengurangi polusi udara akibat kebakaran, kabut asap (haze) yang mengganggu kesehatan, transportasi dan berbagai aktivitas ekonomi, dan Mengurangi risiko kebakaran.
Kata dia, dukungan tersebut sangat membantu para petani dalam upaya pembukaan lahan secara cepat dan terukur.
"Alhamdulillah kami diberi kepercayaan untuk mengelola lahan pertanian dengan alat mesin canggih. Walaupun sesungguhnya kami masih mengharapkan bantuan lain yang lebih banyak lagi. Kami ingin provinsi kami ikut bagian pada program ketahanan pangan nasional," katanya.
Sementara itu, Petani di Desa Agro Wisata, Awaldi Hasibuan mengaku tertantang dengan masuknya mesin canggih yang diperkenalkan pemerintah pusat.
Baca juga: Kementan Minta Pemda Validasi Luas Baku Lahan Pertanian
Setidaknya, tantangan itu telah ia buktikan dengan produksi tanaman hortikultura seperti melon, pepaya, cabai, tomat dan sayur mayur.
"Alhamdulillah buahnya bagus, sayurnya juga bagus. Produksi berjalan cepat karena pengolahan tanah sudah menggunakan mesin canggih. Kami tertantang untuk memproduksi lebih banyak lagi," tukasnya.
Sekedar informasi, Provinsi Riau sendiri terus mendorong para petani untuk menyiapkan lahan tanpa pembakaran (zero burning). Dorongan ini sejalan dengan terbitnya Undang-undang perkebunan nomor 18 tahun 2004.
Direktur Alsintan Ditjen PSP, Andi Nur Alam mengatakan pihaknya telah mengerahkan puluhan unit alsintan di desa Ekowisata untuk membantu percepatan olah tanah dan pembuatan embung.
Menurutnya alsintan ini dapat digunakan petani secara maksimal dan meningkatkan produksinya.