KOMPAS.com – Kamar Dagang Indonesia ( KADIN) menegaskan ada beberapa usulan kebijakan guna menderaskan investasi khususnya di bidang tanaman pangan.
Salah satunya adalah penyediaan lahan bagi perluasan produksi, menyediakan infrastruktur pendukung, mempercepat perluasan dan peningkatan kapasitas pelabuhan, peningkatan produktivitas, menghapus bea masuk atas impor beberapa produk, dan penguatan kemampuan pemasaran.
KADIN menilai sektor pertanian merupakan penyumbang tertinggi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) selama ini, yakni Rp 7,1 triliun. Populasi 260 juta jiwa dan tingkat konsumsi pangan yang tinggi menjadi pendorong investasi di sektor pangan terkerek.
Baca juga: DPR Apresiasi Kinerja Kementan dalam 5 Tahun Terakhir
Hal itulah yang menjadi tolok ukur KADIN dalam memberikan usulan, seperti yang disampaikan oleh anggota KADIN Suharyo Husein pada Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Investasi Bidang Tanaman Pangan di Depok, Kamis (12/9/2019).
"Contoh konkretnya bentuk Food Estate terutama corn estate sebagai salah satu alternatif. Investasi dengan ekstensifikasi ini bisa dilakukan baik dengan pola inti plasma, maupun kerjasama penuh dengan petani," ujar Suharyo melalui rilis tertulis, Jumat (13/9/2019).
Suharyo menyatakan selama ini terdapat beberapa variabel yang menjadi penghambat investasi, yakni inkonsistensi regulasi, pajak, tenaga kerja, ketersediaan lahan, dan kualitas infrastruktur.
"Hal yang paling signifikan sebenarnya adalah ketersediaan lahan, infrastruktur, teknologi dan akses terhadap teknologi, pembiayaan, serta iklim usaha. Itu yang harus kita cari solusinya,” terangnya.
Sementara itu, Alex, salah satu pengusaha tepung tapioka asal Surabaya menyatakan siap untuk meningkatkan investasi di bidang pasca panen tanaman pangan, seperti menghasilkan beras analog. Hal ini dipastikan dapat meningkatkan pendapatan petani.
"Teknologi pascapanen sangat penting untuk menghasilkan keuntungan petani yang lebih besar. Dengan teknologi budidaya, seperti halnya di lahan kami dari satu hektar (ha) sebanyak 5.400 batang bisa menghasilkan 150 ton singkong. Tepung tapioka ini diolah lebih lanjut menjadi beras analog," jelasnya.
Baca juga: Kementan Siapkan Kaltara Jadi Penopang Kebutuhan Pangan Ibu Kota Baru
Alex pun menargetkan pihaknya bisa menyuplai beras analog untuk diabetes dengan produksi 25 ton per hari.
“Kami siap bekerja sama dan meningkatkan pendapatan petani dengan upaya bersama meningkatkan teknologi pascapanennya,” jelas Alex.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementerian Pertanian ( Kementan) Suwandi menyatakan sesuai arahan Menteri Pertanian ( Mentan) Andi Amran Sulaiman, pihaknya bertekad memperluas investasi di bidang tanaman pangan.
Tercatat, neraca perdagangan sektor pertanian surplus 11 miliar dollar Amerika. Kendati demikian, Kementan tetap mendorong investasi dan ekspor sektor pertanian.
"Petani kalau disuruh membangun usahataninya sendiri pasti kesulitan, maka perlu adanya investasi untuk membangun sektor tanaman pangan. Potensi yang ada di tanaman pangan tidak hanya dari sisi on farm saja tapi juga hilir,” ungkap Suwandi
Suwandi membeberkan ada beberala langkah nyata guna percepatan ekspor dan investasi, salah satunya dengan membangun industri pertanian di desa.
Baca juga: Strategi Kementan Menjaga Penyaluran Pupuk Bersubsidi...
Terobosan itu akan menciptakan keseimbangan kota dan desa. Desa dikembangkan menjadi industrialisasi berbasis agro karena lebih dekat bahan baku, tenaga kerja dan lahan tersedia, plus didukung infrastruktur serta kota menjadi pusat pasarnya.
"Hubungan desa-kota semakin kuat. Demikian juga halnya untuk Jawa dan luar Jawa, wilayah Barat dan Timur, hubungan ekonomi menjadi semakin seimbang,” jelasnya.
Ke depannya, sambung Suwandi, tidak ada lagi remote area, tapi daerah pelosok mulai dikembangkan dengan meilhat potensi sumber daya di masing-masing wilayah.
Suwandi menyebutkan berbagai peluang investasi yang menarik di bidang tanaman pangan adalah industri perbenihan, pupuk organic dan pestisida hayati ramah lingkungan, budidaya jagung skala luas corn estate, dan berbagau jenis industri olahan.
Selain itu, korporasi multi komoditas lengkap hulu hingga hilir seperti kebun jagung beserta industri jagung pakan dan ternak.
"Ini sebagai langkah awal yang lebih baik untuk mengembangkan usaha tanaman pangan. Sama halnya dengan Mentan Amran yang sedang intensif mendorong investasi, kami pun harus mulai dengan mempermudah perizinan," tuturnya.
Baca juga: Ini Cara Kementan Tingkatkan Profesionalitas Pengawas Alsintan...
Dalam Rakor Percepatan Investasi Bidang Tanaman Pangan ini turut hadir Kepala Subdirektorat Fasilitasi Promosi Luar Negeri BKPM, Sri Endang Novitasari. Ia mengungkapkan pentingnya meningkatkan arus investasi langsung yang berorientasi ekspor.
Pasalnya, investasi dapat membuka lapangan kerja sekaligus meningkatkan volume ekspor.
"Tahun 2019 diakui sebagai tahun politik yang mengakibatkan PMA cenderung menurun. Namun sektor primer yang termasuk di dalamnya sektor pertanian menyumbang investasi sebanyak Rp 600 triliun atau sekitar 17,5 persen dari total realisasi investasi," ungkapnya.
Sementara itu, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan Januari sampai Juni 2019 naik 11,7 persen. Capaian ini lebih tinggi dari kenaikan pada 2018 sebesar 9,5 persen.
"Secara total, realisasi investasi 2014 sampai Juni 2019 sebesar Rp 3.372,4 triliun naik 206 persen dari periode 2010-2014 sebesar Rp 1.634 triliun," jelas Sri.