KOMPAS.com – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian ( Kementan) terus berupaya mendongkrak peningkatan produksi pangan secara signifikan.
Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy mengatakan salah satu upayanya adalah dengan merehabilitasi saluran irigasi untuk menghadapi musim kemarau.
"Saat ini penyediaan sarana dan prasarana pertanian yang lebih memadai menjadi fokus dalam peningkatan produksi pangan. Di antaranya melalui pembangunan atau rehabilitasi jaringan irigasi, perluasan atau pencetakan sawah baru, dan penyediaan alat mesin pertanian (Alsintan)," ungkap Sarwo Edhy melalui rilis tertulis, Kamis (22/8/2019).
Baca juga: Kementan Terus Dorong Petani Ikut Asuransi Usaha Tani Padi
Dari penyediaan sarana dan prasarana tersebut, jelas Sarwo Edhy, secara kuantitas mengalami peningkatan.
Begitu pula dengan pembangunan atau rehabilitasi jaringan irigasi yang sudah dilaksanakan mampu memberikan kontribusi perluasan coverage area tanaman yang terairi.
"Namun, saat ini yang perlu ditingkatkan dalam penyediaan dan pengelolaan air irigasi adalah bagaimana pengelolaan, pemanfaatan serta pemeliharaan jaringan irigasi berjalan secara berkelanjutan," ujar Sarwo Edhy.
Sarwo Edhy pun mencontohkan petani di Lampung Timur (Lamtim) yang memanfaatkan irigasi dengan pasokan air cukup untuk menggarap lahan sawah saat musim kemarau.
"Namun, petani harus mengelola airnya dengan bijak secara bergilir. Bila perlu dibentuk Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)," kata Sarwo Edhy.
P3A mengelola atau memelihara jaringan irigasi tersier dan mencari solusi secara lebih mandiri terhadap persoalan-persoalan menyangkut air irigasi yang muncul di tingkat usaha tani.
Salah satu warga Desa Jukio, Kecamatan Gunung Pelindung, Basir menyebut irigasi digunakan secara bergilir.
Baca juga: 4 Manfaat Petani Memiliki Kartu Tani
Saluran irigasi atau siring bahkan baru digunakan usai diubah dari saluran alami menjadi permanen.
Ratusan hektar (ha) lahan untuk penanaman padi sawah di wilayah tersebut diakuinya mengandalkan air irigasi.
Usai pengolahan lahan (labuh) sebagian petani menebar benih (ngurid) bahkan sebagian mulai menanam padi (tandur). Masa tanam musim gadu yang dilakukan petani dengan adanya pasokan air lancar sebagian memakai padi varietas IR64 yang tahan kekeringan.
Peningkatan saluran irigasi dari siring alam menjadi siring permenan memudahkan petani membagi air agar bisa digunakan untuk menanam padi, sayuran, dan buah.
“Pembangunan siring permanen sengaja dikebut karena ada sumber air pada bagian atas lalu dibuat menjadi bendungan dialirkan melalui siring permanen yang selesai dibuat,” papar Basir.
Saat kemarau, sebagian petani diakuinya bahkan melakukan proses perbaikan sejumlah saluran air yang kering.
Pasalnya, pada sejumlah saluran tersier proyek irigasi di wilayah tersebut sebagian bocor. Seusai irigasi mulai diperbaiki dan kering, petani bisa memanfaatkan air untuk melakukan penanaman padi.
Bagi sebagian petani di wilayah Lamtim, keberadaan embung pada lokasi bekas galian pasir bisa menjadi cadangan air.
Baca juga: Kementan dan Kominfo Dilibatkan dalam Penanggulangan Karhutla
Salah satu petani di Kecamatan Pasir Sakti, Isti mengungkapkan petani masih bisa menanam sayuran. Selama kemarau melanda, pasokan air bisa diambil dari embung bekas galian pasir di wilayah tersebut.
Meski kemarau, dengan memanfaatkan lahan yang ada sebagian petani bisa mendapatkan penghasilan dari menanam sayuran.
“Selain menanam sayuran jenis sawi, kangkung, kacang panjang kami bisa menanam pepaya calina di bagian tegalan sawah yang kami miliki,” ungkap Isti.