KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia memberi perhatian khusus pada ekspor sarang burung walet (SBW) ke berbagai negara, salah satunya China.
Staf Ahli Menteri Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional Kementerian Pertanian ( Kementan) Banun Harpini mengatakan, China memberikan kuota 150 ton sarang walet per tahun.
Namun, Indonesia baru mengirimkan secara langsung sebanyak 70 ton dari 21 perusahaan yang teregistrasi.
"Kami ingin menjadikan sarang burung walet sebagai ikon ekspor Indonesia karena habitat yang cocok ekosistem mereka ada di negeri ini," katanya dalam kegiatan Focus Group Discussion di Hotel Salak Bogor, Jumat (26/7/2019).
Baca juga: Resmi, Indonesia akan Ekspor Buah ke Argentina
Untuk masuk ke Tiongkok, lanjutnya, sarang burung walet harus memenuhi persyaratan yang cukup detail.
Banun berharap, melalui kerja sama yang baik antar lintas sektor, Indonesia akan optimal memenuhi kebutuhan industri dan pengolahan sarang burung walet.
Oleh karena itu, pihaknya akan terus mengajak para pelaku usaha sarang burung walet untuk meningkatkan kualitas produksi dan potensi ekspor nasional.
"Indonesia adalah pemasok terbesar pasar global, bahkan sampai 78 persen," ujar Banun.
Baca juga: Tingkatkan Ekspor Pertanian, Kementan Jajaki Kerja Sama dengan Singapura
Untuk itu, persoalan walet yang selama ini menghambat ekspor dan investasi nasional bisa dipecahkan bersama melalui forum diskusi ini.
Apalagi, pemerintah melalui lintas lembaga dan kementerian terus mendorong terbukanya keran ekspor menuju pasar global.
" Ekspor sarang burung walet Indonesia pada 2018 bisa mencapai Rp 40 triliun. Ini potensi besar kita yang terbukti menghasilkan devisa. Hanya memang tata niaga kita belum berjalan secara baik," katanya.
Kepala Pusat Karantina Hewan Agus Sunanto mengatakan, sebenarnya volume ekspor dan perdagangan Indonesia selama empat setengah tahun terakhir terus mengalami peningkatan yang signifikan.
Kendati demikian, pihaknya terus melakukan upaya pengawasan dan registrasi dokumen bagi pelaku usaha dalam memulai proses pemasaran.
Langkah ini penting mengingat kelengkapan dokumen adalah alur dan akses dalam menumbuhkan perkembangan ekspor.
Baca juga: Genjot Ekspor Tanaman Hias, Kementan Permudah Izin Ekspor
"Kita fokus pengawasan registrasi rumah walet, dokumen dan sertifikat, label, serta proses pemanasan. Paling tidak setahun sekali harus dilakukan verifikasi pada alur produksi sarang burung walet," katanya.
Selain itu, kata Agus, Karantina Pertanian juga rutin melakukan uji laboratorium untuk mendeteksi kandungan nitrit dan mikrobiologi pada produk yang akan dipasarkan.
"Karena kalau nanti ditemukan penyakit di negara tujuan ekspor maka kita akan di-banned. Ini sangat berisiko kalau SBW kotor tetapi tetap diekspor. Apalagi kita sedang mendorong peningatan ekspor dan investasi," ujar dia.
Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Sulistyawati menyampaikan, salah satu upaya pemerintah yang bisa dilakukan dalam membuka keran ekspor sarang burung walet adalah dengan mendirikan kantor perwakilan dagang di sejumlah negara.
"Di antaranya kantor perwakilan dagang Indonesia di Shanghai, China. Melalui kantor ini, pelaku usaha bisa mempromosikan produknya secara luas," katanya.
Apalagi, tahun ini Indonesia akan ikut pameran ekspor-impor terbesar di China yang dibuka pada November mendatang.
"Kita juga kerja sama dengan pihak-pihak lain di China, termasuk dengan Kedutaan Besar (Kedubes) yang siap mengkoordinasi," jelas Sulistyawati.
Baca juga: Ekspor Bawang Merah dan Jahe, Jadi Bukti Terwujudnya Kedaulatan Pangan
Sulistyawati menambahkan, Kemendag juga harus terus mendorong Kedubes lain untuk mempromosikan sarang burung walet ke masing-masing negara tempat ia bertugas.
"Jadi tidak hanya ke China saja, melainkan ke semua negara harus kita promosikan. Makanya ke depan akan kita atur rencana perubahan Permendag supaya aturanya lebih terbuka bagi eksportir yang mau melakukan ekspor dan membenahi tata niaganya," katanya.
Sementara itu, Ketua Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Walet Indonesia (PPSBI), Boedi Mranata menambahkan, perkembangan pasar walet Indonesia memiliki dinamika yang beragam.
Baca juga: Komoditas Hortikultura Meningkat, Indonesia Wajib Kuasai Pasar Ekspor
Salah satunya akses ekspor yang dianggap ilegal. Menurutnya, kebutuhan sarang burung walet di China masih sangat tinggi, yakni 1.500 ton.
Namun demikian, hanya 5 persen di antaranya yang tercatat di Indonesia sebagai produk ekspor langsung ke China. Sisanya dijual secara mentah atau masuk melalui Vietnam dan Hong Kong.
"Kalau buat saya tidak ada walet yang ilegal karena tidak mungkin masuk ke Hongkong atau China tanpa pengecekan yang detail. Oleh karena itu, kami harus fokus dalam meningkatkan kualitas," ujar Boedi.