KOMPAS.com - Sejumlah area tanam di berbagai daerah di Indonesia mengalami dampak kekeringan pada musim kemarau 2019.
Untuk mengantisipasi hal yang lebih buruk terjadi, Kementerian Pertanian ( Kementan) menggandeng 200 personel TNI.
“Kami (TNI) menjalin kerja sama dengan Kementan untuk melakukan pendampingan ke petani untuk menghadapi kekeringan,” ujar Waster Kasad Brigjen TNI Gathut Setyo Utomo.
Gatut mengatakan itu saat rapat koordinasi (Rakor) Kementan dengan 200 personel TNI membahas dampak kekeringan dan solusi yang mungkin bisa dilakukan.
Baca juga: Hadapi Kekeringan di Indramayu, Kementan Siagakan Ratusan Pompa
Mereka datang mewakili tiap daerah untuk mengawal dan mendampingi petani dalam menghadapi dampak kekeringan.
Lebih lanjut Gatut mengatakan TNI sendiri selama empat tahun terkakhir sudah melibatkan diri pada penanganan dampak kekeringan.
Pengalaman itu, menjadi bekal bahwa pemetaan wilayah dan pompanisasi menjadi penting dan harus dikerjakan bersama-sama.
“Soal mitigasi, tentu kami sudah memiliki pengalaman banyak karena beberapa kali kami turun ke lapangan bersama Kementan. Jadi, menanggulangi kekeringan itu tidak bisa sendirian, harus ada sinergitas,” katanya.
Baca juga: 100 Kabupaten dan Kota Alami Kekeringan, Kementan Lakukan Mitigasi
Gathut menambahkan, dukungan lain yang juga sedang dikerjakan TNI adalah mendirikan posko mitigasi kekeringan di daerah-daerah yang terkena dampak.
Beberapa di antaranya ada di kawasan Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan provinsi lain di luar Pulau Jawa.
“Selama ini kami sudah melakukan pendampingan Upsus (Upaya Khusus) yang diinisiasi para Babinsa. Di sana, mereka juga mengawal pembagian air supaya tidak rebutan dan menjebol titik air,” tutupnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Sarwo Edhy di Jakarta mengatakan, dampak kekeringan telah mampu diatasi secara baik dengan mekanisasi pompa.
Sebagai informasi, saat ini pemerintah sudah mendistribusikan ribuan unit alat pompa air yang berdiameter 3 inci, 4 inci, dan 6 inci.
“Beberapa teknologi itu mendukung varietas unggul seperti padi impara yang sangat cocok di lahan rawa. Ini sudah cukup berkembang di beberapa provinsi yang pernah terendam. Kita juga punya padi gogo yang tahan di lahan kering,” kata Sarwo Edhy, sesuai rilis yang Kompas.com terima, Selasa (9/7/2019).
Baca juga: Hadapi Kekeringan di Indramayu, Kementan Siagakan Ratusan Pompa
Sarwo Edhy menjelaskan, dengan berbagai alat yang dimiliki, serta kerja sama yang intens antar instansi, diharapkan mampu menjadikan semua lahan kering menghasilkan tanaman produktif.
“Tentu kami berharap dengan berbagai bantuan ini semua pemanfaatan sumber air yang ada bisa kita atasi dengan mudah,” ujarnya.
Asal tahu saja, penggunaan pompa merupakan salah satu pemanfaatan teknologi yang mampu menumbuhkan luas lahan baru dan mengompensasi lahan busuk menjadi produktif.
Selain itu, panen yang dihasilkan juga lebih bermutu karena optik organisme pengganggu tanaman relatif lebih kecil.