KOMPAS.com – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebutkan para petani Indonesia telah berhasil menjadi pahlawan bagi negerinya sendiri. Hal ini menyusul keberhasilan Indonesia meningkatkan produksi komoditas-komoditas strategis pertanian.
Menteri yang dikenal berani dan solutif membantu petani ini juga mengatakan dirinya tidak akan kendor hingga akhir periodenya di Kabinet Kerja.
" Petani dan masyarakat kecil harus diperjuangkan. Kami berprinsip kedaulatan pangan dan kemandirian pangan menjadi arah kita ke depan. Jangan malah melemah," jelas Amran di Jakarta, melalui rilis tertulis yang Kompas.com terima, Kamis (4/7/2019).
Menurut Amran, petani sebagai produsen utama perlu mendapat jaminan harga dan margin keuntungan yang layak.
Baca juga: Mentan Amran: Pejabat Kementerian Pertanian Harus Siap Layani Rakyat 24 Jam
Namun, upaya Kementerian Pertanian ( Kementan) dalam meningkatkan kesejahteraan petani tersebut kerap diganggu pihak-pihak tertentu. Keinginan segelintir pihak untuk terus impor pangan dengan dalih harga tinggi dan stok minim kerap dijadikan alasan untuk mengkhianati petani.
"Saya orang terdepan dalam urusan tidak mau impor. Kita (Indonesia) sebenarnya mampu kok. Kita punya sumber dayanya. Petani dan lahan pertanian kita masih mampu memenuhi kebutuhan nasional," ujar Amran.
Stok beras, lanjutnya, saat ini dalam keadaan surplus. Terbukti Gudang Bulog memiliki stok beras sebanyak 2,2 juta ton. Komoditas jagung yang biasa impor hingga 3,6 juta ton di masa lalu pun kini bisa dipenuhi sendiri.
"Prinsipnya, petani harus dimuliakan dan dibahagiakan. Tidak ada pangan lagi bila petani sudah malas ke sawah bila Indonesia hobi impor," tegas Amran.
Baca juga: Ketika Oposisi di DPR, Doakan Mentan Amran Tetap Jadi Menteri
Menurut Amran, dirinya akan terus mendorong produksi komoditas strategis nasional dengan konsep lumbung pangan dunia dan meminta masyarakat juga berperan menjaga gairah petani untuk bertani.
Satu per satu masalah stok produksi komoditas akan terus diselesaikan Kementan hingga swasembada tercapai.
"Saya sudah minta jajaran Kementan jangan gagal fokus. Bekerja dan berkaryalah untuk negeri. Sepenuh hati untuk petani dan rakyat Indonesia yang butuh makan setiap hari," ungkapnya.
Sebagai informasi, sejak memimpin Kementerian Pertanian (Kementan) pada Oktober 2014, Amran telah membuktikan mampu memberantas mafia pangan atas kerja sama dan komunikasi yang intensif dengan satgas pangan.
Setiap terpantau harga mengalami kenaikan, Amran bersama satgas pangan segera turun memeriksa kondisi harga di pasar dan mencari penyebabnya.
"Tesisnya, mafia pangan itu sulit diberantas dan saya anti tesisnya. Sudah 700 lebih praktik mafia pangan diungkap bersama satgas pangan," lanjut Amran.
Komitmen Amran dalam memberantas mafia pangan mendapatkan apresiasi dari pengamat politik ekonomi Ichsanuddin Noorsy.
“Sulit menemukan pejabat yang berani jujur dalam segala hal. Sebelum penentuan jabatan harusnya ada audit posisi. Sayangnya, tak satu pun institusi yang mampu menjawabnya,” ulasnya.
Baca juga: Pemerintah Lindungi Petani dan Konsumen dari Mafia Pangan
Di tangan Amran, pertanian Indonesia kembali menggeliat. Data Kementan menyebutkan inflasi pangan terus mengalami penurunan. Dari angka 10,56 persen pada 2014 menjadi 1,26 persen pada akhir 2018.
Ichsanuddin menyebutkan, Amran masih layak mendapat kesempatan melanjutkan keberhasilannya di kabinet saat ini.
Hanya saja, tantangannya akan semakin besar. Banyak pihak yang tak nyaman dengan kebijakan memihak para petani.
“Saya menyebutkan tantangan pertanian kedepan adalah pertarungan Amran melawan para mafia pangan,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas) menyebut gudang Bulog sudah hampir penuh. Selama ini, Bulog terus memaksimalkan penyerapan beras dari petani.
"Kapasitas gudang kita 2,6 juta ton, sekarang sudah mencapai 2,3 juta ton. Tinggal 300 ribu ton lagi penuh, tidak bisa menyerap lagi. Tinggal nunggu busuk karena tidak disalurkan," kata Buwas saat mengunjungi Sukoharjo, Jumat (21/6/2019).
Oleh karena itu, Bulog menyayangkan masih ada oknum-oknum yang justru mengimpor beras.
Masuknya beras impor dikhawatirkan akan menyebabkan stok beras Bulog semakin sulit disalurkan. Apalagi, Bulog tak lagi dilibatkan dalam penyaluran Bantuan Pangan Nontunai (BPNT).
Kondisi ini dikhawatirkan membuat Bulog rugi besar. Apalagi Bulog selama ini menyerap hasil panen petani dengan menggunakan hutang dari perbankan dan Bulog dibebani bunga setinggi bunga komersial.