KOMPAS.com - Empat alat simulator ekskavator yang merupakan alat mesin pertanian ( alsintan) program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) hilang dicuri.
Peristiwa pencurian tersebut terjadi di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Kalimanan Selatan (Kalsel).
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian ( Kementan) Sarwo Edhy mengungkapkan, alat simulator yang dicuri dari ekskavator tersebut harganya sekitar Rp 220 juta per unit. Jika 4 unit yang hilang, maka kerugian negara mencapai Rp 880 juta.
“Hampir Rp 1 miliar. Pencurinya paham betul kalau alat itu harganya mahal," ungkap Sarwo di Bandar Lampung, seperti dalam keterangan tertulisnya.
Sarwo menambahkan, akibat kejadian tersebut program Serasi menjadi terhambat.
"Sementara yang paling rugi justru daerah itu sendiri karena ekskavator mangkrak dan program tidak berjalan,” tambahnya.
Terkait peristiwa tersebut, Kementan meminta pemeritah daerah (Pemda) serius menjaga alsintan bantuan dari pemerintah pusat. Khususnya ekskavator yang diperuntukkan mempercepat pengerjaan fisik program Serasi.
Untuk menghindari aksi pencurian kembali, Sarwo Edhy meminta Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung bertanggung jawab menjaga ekskavator yang dimiliki.
“Khusus ekskavator kami memang meminta dinas provinsi yang mengelolanya, agar bisa digunakan di berbagai kabupaten. Sebab itu kami minta Dinas Provinsi serius menjaganya. Bila perlu bayar orang penjaga,” tegasnya.
Demi optimalisasi lahan rawa lebak dan pasang surut agar bisa menjadi lahan sawah produktif, pemerintah telah menggelontorkan dana untuk bantuan pengadaan alsintan, khususnya ekskavator ini.
Direktur Alsintan Ditjen PSP Kementan Andi Nur Alam Syah mengatakan, Kementan telah menyalurkan bantuan ekskavator sebanyak 69 unit.
Berdasarkan pantauan, bantuan tersebut bekerja optimal untuk pengerukan saluran irigasi yang mengalami pendangkalan, pembuatan jalan usaha tani dan optimasi lahan rawa lebak dan lahan rawa pasang surut.
“Pemantauan ini sesuai arahan menteri. Alsintan dan ekskavator harus bekerja optimal sehingga lahan rawa menjadi lahan sawah produktif,” ungkapnya.
Dengan demikian, lanjutnya, produksi pangan khususnya beras dan kesejahteraan petani meningkat. Bahkan, dari lahan rawa Indonesia bisa mencukupi pangan dunia.
Dia menyebutkan, pemberian bantuan alsintan seperti ekskavator dan traktor adalah untuk mendukung pembangunan pertanian, khususnya indeks mekanisasi dalam mempercepat pengolahan lahan, penanaman dan panen.
“Jadi, hasilnya (pemberian alsintan kepada petani) sudah ada. Manfaatnya sudah dirasakan petani,” terangnya.
Pejabat setempat akhirnya mengakui
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalsel Syamsir Rahman mengakui, memang telah terjadi pencurian alat simulator pada ekskavator di Jejangkit Muara.
“Alat itu selama ini tidak dijaga. Jadi, maling dengan leluasa bisa mengambilnya. Tapi kini alat tersebut sudah dijaga,” akunya.
Jika ekskavator mangkrak atau tidak bisa dioperasikan, maka kegiatan fisik optimasi lahan rawa terganggu. Sehingga target yang dipatok pun tidak dapat dicapai tepat waktu.
Syamsir menyebutkan, target Kalsel sekitar 257.300 ha. Dari jumlah itu, yang sudah ada calon lahan (CL) seluas 160.481 ha.
Sementara itu, yang sudah melewati Survei Investigasi Desain (SID) seluas 35.282 ha dan yang sudah selesai pengerjaan fisik seluas 8.641 ha.
“Kami terus menggenjot capaian luas areal. Dengan adanya pendamping dari pihak TNI, kami harapkan petani lebih semangat lagi,” ujarnya.
Program optimalisasi ini adalah sebagai bentuk motivasi yang diberikan negara kepada petani. Ke depannya, lahan rawa yang berhasil dioptimalisasi oleh Kementan akan diserahkan kepada masyarakat secara cuma-cuma alias gratis.