KOMPAS.com - Direktur Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian ( Kementan), Bambang Sugiharto menegaskan produksi jagung dalam negeri di tahun 2018 melebihi kebutuhan sehingga surplus.
“Dasar hitungan surplus jagung cukup hitung dari neraca perdagangan ekspor-impor,” demikian tegas Bambang di Jakarta, dalam keterangan terulis yang Kompas.com terima, Jumat (9/11/2018).
Dia menjelaskan hitungan surplus jagung yakni sejak Januari-September 2018 Indonesia sudah ekspor jagung 372 ribu ton dikurangi rencana impor 100 ribu ton, jadi 2018 surplus 272 ribu ton.
Ditambah lagi dengan menghemat stop impor selama ini sekitar 3,5 juta ton pertahun setara Rp 10 triliun, maka total surplus menjadi 3,77 juta ton setahun.
Atas dasar hitungan itu, Bambang pun menjelaskan sebenarnya impor jagung tidak diperlukan karena sudah surplus beras.
Baca juga: Jagung Surplus tetapi Tetap Impor, Ini Kata Mentan
Kondisi yang sama juga terjadi pada impor beras. Menurut dia dengan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan surplus beras 2,8 juta ton pada 2018 maka seharusnya tidak perlu impor beras.
Hal yang sama dikatakan pula Direktur Utama (Dirut) Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso. Menurut ia Indonesia tidak perlu impor beras karena Bulog memiliki stok beras di gudang 2,7 juta ton.
“Sampai hari ini kami harus menyewa gudang, Bulog akan sulit mencari gudang untuk menampung beras impor masuk, bahkan bisa jadi tahun depan kita malah ekspor,” sebutnya Buwas saat melakukan kunjungan ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) bersama Menteri Pertanian Andi Amran, Kamis (8/11/2018).