KOMPAS.com - Anak sapi atau pedet-pedet hasil dari Inseminasi Buatan (IB) yang digratiskan kepada para peternak melalui Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) kini telah menuai hasil.
Upsus Siwab merupakan inisiatif Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang dicanangkan sejak Oktober 2016 agar terjadi loncatan populasi anakan sapi. Hasilnya kini telah membuahkan hasil nyata.
Dari data yang sudah masuk dalam sistem SIKHNAS (Sistem Informasi Kesehatan Hewan Terintegrasi), kinerja nasional Upsus Siwab tercatat telah mencapai angka yang menggembirakan.
Angka kelahiran sejak pelaksanaan Upsus Siwab tahun 2017 hingga Jumat (23/10/2018) sudah lahir 2.314.065 ekor dari indukan sapi milik peternak.
Enam bulan ke depan, diprediksi pedet yang lahir akan dapat mencapai 3,5 juta ekor lebih. Ini artinya telah terjadi loncatan populasi luar biasa melalui program Upsus Siwab.
BACA JUGA: Home Ekonomi Rilis Kementan Dongkrak Populasi Sapi Dalam Negeri
Selain untuk mempercepat peningkatan populasi sapi di dalam negeri, Upsus Siwab juga mampu meningkatkan kualitas sumber daya genetik ternak sapi.
Berdasarkan perhitungan analisa ekonomi, jika harga anak sapi lepas sapih rata-rata sebesar Rp 8 juta, maka bila hasil Upsus Siwab 2017 – 2018 menghasilkan 2.314.065 ekor akan memperoleh nilai ekonomis sebesar Rp 18,51 triliun.
Perkiraan nilai yang mencapai Rp 18,51 triliun tentu sangat fantastis karena ada kenaikan nilai tambah pada peternak sebesar Rp. 17,1 triliun. Mengingat investasi program Uspsus Siwab 2017 – 2018 hanya sebesar Rp 1,41 triliun.
Pada acara Kontes Ternak dan Panen Pedet di Sidoarjo pada Senin (28/10/2018) nanti direncanakan Presiden Joko Widodo akan datang.
Ia akan memberikan apresiasi kinerja terhadap Petugas Inseminator, Petugas Pemeriksa Kebuntingan (PKb), dan Dokter Hewan berprestasi, serta Pelayanan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan Upsus Siwab.
“Mereka adalah ujung tombak keberhasilan di lapangan, tanpa kerja keras dari mereka program ini tidak akan berhasil,” ungkap Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita dalam siaran tertulis yang Kompas.com terima.