KOMPAS.com - Kementrian Pertanian ( Kementan) memastikan pembangunan program-program terobosan yang dilakukan di bidang pertanian, tak hanya mampu meningkatkan ketersediaan pangan, tapi juga meningkatkan kesejahteraan petani.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Pusat Data dan Informasi Publik, Ketut Kariyasa berdasarkan data yang ada.
Produksi padi dalam negeri misalnya, meningkat dari 70,8 juta ton gabah kering giling (GKG) pada 2014 menjadi 75,4 juta ton GKG pada 2015 dan 79,4 juta ton GKG pada 2016.
Peningkatan juga terjadi pada 2017 menjadi menjadi 81,1 juta ton GKG. Pada 2018, produksi padi diperkirakan meningkat menjadi 83,0 juta ton GKG.
“Tidak hanya padi, komoditas jagung ikut meningkat. Produksi jagung pada 2015 sekitar 19,61 juta ton, naik menjadi 23,58 juta ton pada 2016, dan 28,92 juta ton pada 2017," ungkap Ketut di Jakarta, dalam siaran resmi yang Kompas.com terima,Senin (22/10/2018).
Menurut Ketut, produksi jagung tahun ini juga diperkirakan meningkat menjadi 30,06 juta ton.
BACA JUGA: Kementan Optimis Panen Jagung di Jateng Penuhi Kebutuhan Dalam Negeri
Dia menambahkan terlepas dari peningkatan produksi padi dan jagung, kesejahteraan petani terlihat dari membaiknya Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) dalam beberapa tahun terakhir.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, pada 2014 nilai NTUP hanya 106,05. Kemudian naik berturut-turut menjadi menjadi 107,44 (2015), 109,83 (2016), dan 110,03 (2017)
“Pada tahun ini, sampai pada Agustus rata-rata nilai NTUP lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan nilai NTUP tersebut dapat dipahami bahwa selama empat tahun kesejahteraan petani terus mengalami perbaikan,” ungkapnya.
Di samping peningkatan NTUP, angka penduduk miskin di perdesaan juga menurun. Pada Maret 2015 penduduk miskin di perdesaan masih sekitar 14,21 persen (17,94 juta jiwa) dan pada bulan yang sama tahun 2016 dan 2017 turun berturut-turut menjadi 14,11 persen (17,67 juta jiwa) dan 13,93 persen (17,09 juta jiwa).
Kemudian pada Maret 2018, jumlah penduduk miskin di perdesaan kembali turun menjadi 13,47 persen (15,81 juta jiwa). Dalam sejarah nasional, pencapaian jumlah penduduk miskin ini sudah di bawah 2 digit atau 9,82 persen.
Kata Ketut, dengan fakta-fakta tersebut tidak bisa dipungkuri bahwa kesejahteraan petani sudah semakin membaik.
BACA JUGA: Kementan Klaim Produksi dan Kesejahteraan Petani Terus Meningkat
Tak cuma itu, Ketut mengungkapkan, indek gini rasio pun ikut menurun. Indek gini rasio mencerminkan pemerataan pendapatan di perdesaan membaik. Dengan kata lain ketimpangan pendapatan antar rumah tangga di perdesaan semakin rendah.
“Pada 2015, indek gini rasio di perdesaan sebesar 0,334 dan pada 2016 dan 2017 turun masing-masing menjadi 0,327 dan 0,320. Pada 2018, memang sedikit menaik sebesar 0,004 poin menjadi 0,324,” ungkapnya.
Lebih lanjut Ketut mengatakan, angka pemerataan pendapatan di desa lebih baik dari pada masyarakat perkotaan yang nilainya masih sekitar 0,40.
“Terbukti bahwa keberhasilan kemajuan bidang pertanian telah berdampak baik terhadap meningkatnya kesejahteraan petani sebagai pelaku utama dalam pembangunan pertanian,” pungkasnya.