JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pertanian memastikan produksi daging (karkas) ayam ras broiler (ayam pedaging) pada 2018 aman, bahkan surplus.
"Berdasarkan data ketersediaan dan kebutuhan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahwa kondisi daging ayam nasional pada 2018 masih mengalami surplus dengan potensi kelebihan produksi sebanyak 331.035 ton dengan rataan per bulan sebanyak 27.586 ton," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) I Ketut Diarmita saat konferensi pers Hasil Audit Grand Paraant Stock (GPS) Ayam Ras 2018 di kantor Direktorat Jenderal PKH, Kamis (30/8/2018) lalu.
I Ketut menyebutkan, realisasi produksi ayam umur sehari/Day Old Chicken Final Stock (DOC FS) broiler pada Januari hingga Juni 2018 serta potensi produksi Juli hingga Desember 2018 (dari stok GPS broiler yang masuk ke Indonesia pada 2016, 2017 dan 2018) adalah sebanyak 3.156.732.462 ekor dengan rata-rata per bulan sebanyak 263.061.042 ekor.
Baca juga: Kementan Lakukan Operasi Pasar Daging Ayam Beku
Sementara itu, potensi produksi karkas pada 2018 berdasarkan realisasi produksi DOC periode Januari hingga Juni 2018 serta potensi Juli hingga Desember 2018 sebanyak 3.382.311 ton, dengan rata-rata per bulan sebanyak 27.586 ton.
Sementara itu, proyeksi kebutuhan karkas pada 2018 sebanyak 3.051.276 ton, dengan rata-rata kebutuhan per bulan sebanyak 254.273 ton.
Audit tim indepanden
Data produksi tersebut diperkuat dengan hasil audit terhadap GPS ayam ras broiler oleh Tim Audit Populasi Ayam Ras yang dilaksanakan pada 18 Mei-20 Juli 2018.
Hasil verifikasi terhadap SAR (Self Assesment Report) ke lokasi telah diperoleh data populasi di 14 perusahaan pembibitan disimpulkan bahwa GPS D– Line sebanyak 799.158.
“Hasil audit ini dilaksanakan oleh tim independen yang beranggotakan dari akademisi dan praktisi. Sehingga diharapkan tidak ada lagi yang meragukan validitasnya,” ujar I Ketut.
Ketua Tim Audit Populasi GPS Ayam Ras Broiler Dr. Drh. Trioso Purnawarman, M.Si memaparkan bahwa audit dilaksanakan pada seluruh perusahaan pembibitan GPS ayam ras broiler.
Baca juga: Pemerintah Atur Penjualan Ayam Ras, Kinerja Emiten Ini Menarik
Adapun 14 perusahaan yang telah diaudit yaitu:
1. PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
2. PT. Japfa Comfeed Indonesia
3. PT. Bibit Indonesia
4. Cheil Jedang-Patriot Intan Abadi (CJ-PIA)
5. PT. Wonokoyo Jaya Corporindo
6. PT. Taat Indah Bersinar
7. PT. Hybro Indonesia
8. PT. Expravet Nasuba
9. PT. Cibadak Indah Sari Farm
10. CV Missouri
11. PT. Reza Perkasa
12. PT. Karya Indah Pertiwi
13. PT. Satwa Borneo Jaya
14. PT. Berdikari (Persero).
Wilayah audit
Dari perusahaan-perusahaan tersebut, total jumlah Farm GPS sebanyak 37 unit dengan kandang yang terisi sebanyak 237 unit dari total kandang sebanyak 289 unit atau 82 persen.
Sebaran audit tersebut dilakukan di 7 provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat serta strain (galur) GPS ayam ras broiler yang ada di Indonesia yaitu Cobb, Ross, Indian River, dan Hubbard.
Adapun mekanisme pelaksanaan audit GPS ayam ras broiler dibagi atas 2 tahap yaitu:
1. Desk Review yakni dengan mengisi form/borang self assessment report (SAR).
2. Outside Review yakni dengan melakukan verifikasi dan observasi di lapangan terhadap populasi GPS ayam ras broiler, manajemen pemeliharaan, penetasan dan kesehatan, serta biosekuriti.
Kemudian, tim melakukan evaluasi valuasi dan rekomendasi hasil audit secara kompehensif.
"Verifikasi dan observasi jumlah populasi GPS ayam ras broiler ini berdasarkan laporan harian kandang (LHK) dan laporan mingguan. Lalu jumlah peralatan berupa feeder dan drinker space, nest box dan lampu, serta jumlah GPS ayam ras broiler pada saat vaksinasi terakhir yang dihitung satu per satu sesuai dengan dosis vaksin," kata Trioso.
Dorong ekspor
Data yang telah terkonfirmasi hasil audit tersebut jelas menyatakan tren produksi dan permintaan menunjukkan bahwa produksi daging ayam di Indonesia sudah surplus, bahkan telah ekspor ke beberapa negara.
Hal ini terlihat dari tren rata-rata pertumbuhan produksi daging ayam ras selama periode 2012 hingga 2017 sebesar 8,13 persen dan tren pertumbuhan kebutuhan sebesar 6,00 persen.
I Ketut mengatakan, saat ini Indonesia telah melakukan ekspor daging ayam olahan ke Jepang, Myanmar, PNG, dan Timor Leste.
Kontribusi volume ekspor pada 2017 untuk sub-sektor peternakan merupakan yang terbesar pada kelompok hasil ternak, yakni sebesar 64,07 persen. Salah satunya yang berasal dari daging ayam.
Baca juga: Indonesia Tidak Akan Impor Daging Ayam dari Brasil
"Secara khusus, ekspor daging ayam tahun 2017 mencapai sebesar 325 ton, meningkat 1.800 persen dibandingkan tahun sebelumnya," kata I Ketut.
Ia optimistis, pasar Indonesia masih terbuka lebar jika semua pihak mau bersinergi meningkatkan kuantitas, kualitas, dan daya saing produksi ayam.
"Pasarnya pun masih besar, terutama jika bicara Timur Tengah dan negara-negara mayoritas muslim untuk produk bersertifikasi halal," kata dia.
Sejumlah kebijakan Kementerian Pertanian telah mendorong peningkatan kualitas produk peternakan yang akan diekspor, di antaranya penerapan praktik peternakan yang baik, prinsip-prinsip kesejahteraan hewan, serta sistem kompartemen bebas penyakit Avian Influenza (AI), dan sertifikasi veteriner.