BANJARNEGARA, KOMPAS.com - Salak merupakan komoditas asli Indonesia dan mempunyai prospek yang cukup baik untuk pasar lokal maupun luar negeri.
Pada 2017, luas panen salak adalah 22.514 hektar dengan volume produksi 953.845 ton dengan rata produktivitas 21,8 kilogram per pohon.
Daerah sentra produksi salak antara lain di Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, dan Sumatera Utara. Salak Pondoh dari Sleman dan Magelang sangat terkenal baik di pasar lokal dan ekspor
Selain itu, Kabupaten Banjarnegara termasuk sentra produksi salak di Jawa Tengah dengan area luas panen 8.888 hektar.
Baca juga: Salak Pondok Asal Sleman Tembus Pasar Selandia Baru
Tidak kurang dari 30.000 kepala keluarga (KK) menggantungkan hidup dari salak, untuk biaya hidup serta pendidikan anak-anaknya.
Dalam upaya peningkatan produksi baik kualitas maupun kuantitas, serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yaitu lalat buah yang berdampak menurunnya pendapatan petani diatasi dengan gerak cepat, serentak, dan intensif.
Sosialisasi penanganan lalat buah
Beberapa teknologi pengendalian lalat buah yang sederhana dan mudah diterapkan oleh petani antara lain pemerangkapan dengan zat penarik/atraktan, sanitasi buah busuk oleh lalat buah, kemudian pemusnahan.
Baca juga: Lalat Buah Bikin Ekspor Mangga Tak Manis Lagi
Adapun pemusnahan lalat buah bisa dengan cara mengubur, membakar, membungkus, dan merebus (4M).
Selain itu, pengendalian lalat buah dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami yang ada dan konservasi musuh alami dengan menanam refugia sebagai tempat hidup parasitoid serta melakukan sanitasi kebun secara intensif.
Kementan memberikan bantuan sarana pengendalian lalat buah sebagai stimulan bagi petani dalam pelaksanaan pengendalian lalat buah di lahan usaha taninya.
“Mari kita bersama sama kembalikan kuantitas dan kualitas produksi salak Banjarnegara sehingga ekspor naik dan kesejahteraan petani salak meningkat,” kata dia.
Salak standar ekspor
Kepala UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah Catur Wahyudi mengatakan, jajaran petugas perlindungan tanaman khususnya dari Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura (LPHPTPH) Banyumas siap mengawal dan mendampingi secara teknis pelaksanaan pengendalian lalat buah secara luas di lapangan.
“Kami siap merespon dan bekerja dengan cepat membantu petani agar salaknya tidak diserang lalat. Kami akan optimalkan segala potensi, sehingga produk salak tetap berkualitas standar ekspor,” ujar dia.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Banjarnegara Totok mengatakan, buah salak sebagai ikon Kabupaten Banjarnegara.
Oleh karenanya, Dinas Pertanian sangat serius dalam upaya meningkatkan produksi, kualitas, dan nilai tambah dari komoditas salak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Banjarnegara.
Baca juga: Ubah Komposisi Ekspor Indonesia!
“Tentunya hal ini akan disinergikan kegiatannya instansi terkait dan Badan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah,” kata dia.
Potensi pasar salak Banjarnegara sangat besar untuk memenuhi pasar lokal.
Sebagai informasi, perusahaan ekspedisi Setia Kawan melakukan pengiriman buah salak Banjarnegara antara lain ke Pasar Cikopo, Cibitung, Kramat Jati, Tanah Tinggi, Angke, Rau Serang, dan Cilegon dengan jumlah pengiriman rata-rata per hari 50 truk pada musim panen raya dan 20 truk pada off season.
Selain memenuhi kebutuhan pasar lokal, produk salak Banjarnegara juga telah menembus pasar luar negeri melalui eksportir di Sleman, Yogyakarta dan Magelang, Jawa Tengah.