Puncak Konsumsi Berlalu, Harga Pangan Kembali Normal

Kompas.com - 03/08/2018, 15:12 WIB
Kurniasih Budi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian (Kementan) Ketut Kariyasa mengatakan, sejumlah komoditas pangan menahan deflasi karena ketersediaan stoknya terjaga.

"Ini menunjukkan hasil dari upaya Kementan menjaga ketersediaan stok sejumlah pangan, sehingga kestabilan harga terjaga dan inflasi pun terkendali," ujar Kariyasa dalam pernyataan tertulis, Jumat (3/8/2018).

Setelah Lebaran Idul Fitri harga telur ayam sempat tinggi hingga menembus Rp 30.000/kilogram. Disusul harga daging ayam hingga mencapai Rp 40.000/kilogram. Kementan kemudian melakukan operasi pasar (OP) sebagai upaya stabilisasi harga.

"19 Juli Menteri Pertanian Amran Sulaiman melepas 100 ton telur dalam OP telur ayam murah. Dijual seharga Rp 19.500/kilogram. Kemudian 28 Juli lalu Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan juga menggelar OP daging ayam beku. Keduanya sukses menurunkan harga," kata Kariyasa.

Baca juga: Komoditas Pertanian Berkontribusi Kecil terhadap Inflasi Juli 2018

Bahkan pada Rabu (1/8/2018), Menteri Amran melepas 5.600 ton bawang merah untuk diekspor PT Revi Makmur Sentosa dan PT Aman Buana Putera ke beberapa negara seperti Thailand, Malaysia, Singapura, dan Vietnam.

Sukses komoditas bawang merah menembus pasar internasional, khususnya Asia Tenggara, dimulai sejak Kementan menggenjot produksi.

Pada 2014, Indonesia masih impor 74.903 ton bawang merah, lalu turun drastis pada 2015 menjadi 17.428 ton. Adapun pada 2016 pemerintah telah menutup keran impor bawang merah.

"Sejak 2017 Indonesia berhasil membalikkan keadaan dengan mulai mengekspor bawang merah ke beberapa negara tetangga. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) angka ekspor bawang merah nasional pada 2017 mencapai 7.750 ton atau naik 93,5 persen dibandingkan pada 2016 yang hanya 736 ton,” ujar Kariyasa.

Inflasi 

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan tingkat inflasi pada Juli 2018 sebesar 0,28 persen secara bulanan (month to month) atau 3,18 persen persen secara tahunan (year on year).

Secara tahun kalender (Januari-Juli 2018), inflasi sebesar 2,18 persen. Inflasi ini menurun dibandingkan posisi bulan lalu sebesar 0,59 persen.

Menurut Kepala BPS Suhariyanto, inflasi yang terkendali ini disebabkan harga barang kembali normal.

“Ini biasa karena puncak konsumsi kita berada di Ramadan dan Lebaran. Jadi Lebaran sudah usai dan harga kembali normal,” kata Suhariyanto.

Baca juga: Inflasi Inti Tinggi, Ini Kata Menko Darmin

Kenaikan inflasi secara bulanan, menurut Suhariyanto, dipicu oleh peningkatan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan sebagian besar indeks kelompok pengeluaran.

Ia menyebut telur ayam ras menjadi komoditas penyumbang terbesar inflasi Juli 2018, disusul oleh daging ayam ras dan bensin.

"Itu komoditas yang mendorong inflasi dari bahan makanan. Namun, bahan makanan juga ada yang mengalami deflasi seperti bawang merah 0,05 persen, cabai merah 0,02 persen, daging sapi dan ikan segar juga menahan inflasi dan menyumbang deflasi masing-masing 0,01 persen," kata Suhariyanto.

 

Terkini Lainnya
Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan
Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Kementan
DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

Kementan
Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kementan
Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Kementan
Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Kementan
Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Kementan
Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Kementan
Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Kementan
Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Kementan
Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Kementan
Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Kementan
Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Kementan
Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Kementan
Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Kementan
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com