PURBALINGGA, KOMPAS.com - Dahulu, petani bawang merah enggan menanam saat musim hujan.
Mereka enggan bila produksi nantinya tak sebanyak musim kemarau. Bahkan, sebagian petani enggan menanam karena takut gagal panen, seperti yang dialami petani bawang di Kabupaten Purbalingga.
Padahal kebutuhan bawang merah sebagai bumbu masak tak bisa ditunda. Setiap hari, bawang merah dibutuhkan sebagai barang konsumsi.
Akibatnya, kelangkaan bawang merah pun kerap terjadi. Harga bawang merah pun terkerek luar biasa.
Baca juga: Indonesia Kembali Ekspor Bawang Merah ke Singapura
Berbeda dengan dulu, petani bawang merah sekarang tak gentar menanam meski curah hujan tinggi.
Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat mendampingi dan membina petani bawang merah dengan berkunjung ke sentra pengembangan maupun sentra penumbuhan bawang merah,
Para petani pun dikenalkan metode sungkup plastik atau rain shelter yang bisa diterapkan saat curah hujan tinggi.
Manfaat
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Ditjen Hortikultura, Kementerian Pertanian Anton Prihasto mengatakan, sungkup plastik berfungsi mengatasi penyakit fusarium supaya tidak kena jamur, mampu menekan biaya tenaga kerja saat perawatan tanaman di musim hujan, dan biaya sanitasi lebih murah dan ekonomis.
Manfaat lainnya yakni mendukung penerapan budi daya ramah lingkungan karena mengurangi penggunaan pestisida di lapangan, memastikan keberhasilan panen saat musim hujan, kelembaban terjaga, pupuk di lahan tidak mudah hilang akibat hujan, serta budi daya akan menjadi lebih ekonomis dan efisien.
“ Inovasi ini juga mampu mengurangi biaya produksi, mudah diterapkan dan sangat efisien, serta hasil produksi dengan sungkup jauh lebih tinggi dari tanpa sungkup saat produksi relatif stabil antar-musim dan serta harga jualnya lebih bagus saat off season," kata Anton.
Petani Purbalingga mencoba inovasi
Saat curah hujan tinggi, tanaman bawang berpotensi terjangkiti penyakit layu yang disebabkan oleh jamur fusarium, atau yang biasa disebut petani Purbalingga sebagai Penyakit Inul.
Kelompok tani Bangkit Lestari pun mencoba menanam bawang merah varietas Bima Brebes dengan menggunakan sungkup plastik.
Dengan sungkup plastik, produksi yang dihasilkan oleh kelompok tani mencapai 10 sampai 12 ton/hektar.
Selain menggunakan sungkup plastik, kelompok ini juga menggunakan lampu (Light trip) untuk pengendalian OPT.
Efisiensi
Bambang menambahkan, metode sungkup plastik untuk lahan seluas 1.400 meter persegi hanya membutuhkan dana Rp 2.000.000.
Tak cuma itu, sungkup plastik bisa digunakan sampai 2-3 kali musim tanam. Sungkup ini dipasang pada saat setelah tanam benih, pada umur lebih kurang 35 HST (saat pembesaran umbi).
Pada siang hari, sungkup perlu dibuka sedikit agar tanaman dapat menerima sinar matahari langsung dan maksimal.
Penggunaan metode sungkup plastik ini juga dapat menghemat petani dalam pembuatan guludan, karena guludan tersebut dapat digunakan sampai 4 kali tanam.
Penerapan metode rain shelter itu menjadi bukti bahwa Petani Indonesia mampu untuk mengadopsi teknologi dan mencoba diterapkan ke lahan budi dayanya.
Dengan metode itu, petani bawang mampu meningkatkan hasil produksinya tanpa terkendala curah hujan yang tinggi