JEMBER, KOMPAS.com - Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengajak mahasiswa untuk mewujudkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia.
Amran menekankan peran mahasiswa sebagai generasi muda dalam memajukan pertanian berbasis teknologi sehingga Indonesia menjadi lumbung pangan dunia.
Pada kuliah umum ini, Amran menceritakan pengalamannya selama menjadi bagian Kabinet Kerja sejak 2014. Salah satunya, mengenai terobosan yang dilakukan dan capaiannya.
Saat menjadi menteri, Amran merombak regulasi terkait pengadaan. Soalnya, mekanisme tender membuat bantuan sarana produksi kepada petani menjadi mubazir.
"Anggaran keluar Januari, empat bulan tender. Selesai panen, baru traktor jalan (diterima petani)," ujarnya saat memberikan Kuliah Umum "Indonesia Menuju Lumbung Pangan Dunia 2045" di Kampus Universitas Jember, Jawa Timur, Rabu (23/5/2018).
Hal tersebut, mendorongnya menemui Presiden Joko Widodo dan meminta regulasi pengadaan barang/jasa diubah. Sebab, ucapnya kepada Presiden, "Tikus tidak pernah katakan, tunggu dulu, pemerintah lagi tender."
Untuk itu, Amran mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK). Tujuannya, penyimpangan dapat dihindari dan anggaran tak diselewengkan. Alhasil, Kementerian Pertanian berhasil memperoleh penghargaan anti-gratifikasi.
Terobosan lain yang ia lakukan yakni meningkatkan alokasi anggaran untuk petani langsung. Konsekuensinya, anggaran seminar, peresmian, pengadaan, dan uang perjalanan dinas alokasinya dicabut.
"Dulu, alokasi alsintan untuk petani 35 persen. Sekarang 85 persen," katanya.
"Kemudian deregulasi. Dulu izin pertanian tiga bulan, bahkan ada dua tahun, tiga tahun. Kami buat Satu Padu. Dalam satu jam selesai, bahkan cukup dari rumah," imbuhnya.
Selanjutnya, Kementerian Pertanian memaksimalkan lahan menganggur, seperti tadah hujan. Tujuannya, meningkatkan produksi dalam negeri serta merealisasikan visi Lumbung Pangan Dunia 2045.
Kementerian Pertanian juga mengembangkan pertanian di daerah-daerah perbatasan sebagai lumbung pangan yaitu di Lingga, Belu, Malaka, Merauke, dan Entikong.
Adanya lumbung pangan di perbatasan mempermudah ekspor pangan, khususnya ke negeri jiran. Harga pangan juga mulai stabil.
"Sebelum Jokowi-JK, harga beras Rp 50.000 hingga Rp 80.000 di Merauke. Hari ini Rp 8.000," ujarnya.
Amran mengungkapkan, banyak capaian terukir buah dari terobosan tersebut. Misalnya, berhasil menutup keran impor beras dan jagung. Bahkan, sudah diekspor ke berbagai negara, termasuk bawang merah.
"Dalam sejarah pertanian 72 tahun, kita tembus ekspor ayam ke Jepang," katanya.
Rektor Universitas Jember, Mohammad Hasan, berharap Kementerian Pertanian konsisten melakukan modernisasi pertanian, memaksimalkan lahan suboptimal, dan upaya-upaya lainnya.
Apalagi, pangan bakal menjadi persoalan besar saat pemerintah tak bisa memenuhi kebutuhan penduduknya.
"Masalah pangan tidak lepas dari masalah kependudukan," ujarnya.