JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) mengandalkan varietas Inpago 9 untuk menggenjot produktivitas padi di lahan kering.
Upaya ini erat kaitannya dengan peningkatan produksi padi nasional. Per 2016, capaiannya adalah 79,35 juta ton. Setahun berikutnya, pada 2017, capaiannya ada di posisi 81.07 juta ton.
Lantas, target pada 2018 dipatok pada posisi 81,2 juta ton.
Inpago 9 adalah varietas unggul baru (VUB) untuk ekosisitem sawah di lahan kering. Inpago adalah kepanjangan Inbrida Padi Gogo.
“Saat ini, sekitar 90 persen produksi padi dihasilkan di lahan sawah. Padahal pemanfaatan lahan kering untuk budidaya padi memiliki potensi yang masih sangat besar. Padi gogo bisa ditanam secara tumpang sari dengan tanaman pangan lain, seperti singkong dan jagung, ataupun dengan tanaman tahunan seperti jati, kelapa dan karet,” tutur Kepala BBP Padi Ismail Wahab.
Produktivitas
Catatan Ismail Wahab menunjukkan berdasarkan areal tanam produksi benih klas SS di lahan sawah Kebun Percobaan Pusakanegara, Subang, Jawa Barat, produktivitas varietas Inpago 9 mencapai 8 – 9 ton per hektare.
”Potensi yang dimiliki varietas ini sangat menjanjikan karena varietas padi gogo lainnya hanya memiliki produktivitas rata-rata di bawah 6-7 ton per hektare,” ungkap Ismail.
Varietas inpago 9 dianjurkan untuk ditanam di lahan subur wilayah Jawa dan lahan podsolik merah kuning (PMK) seperti di wilayah Lampung.
Pada panen yang dilakukan di Desa Banjareo dan Desa Puliharjo, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen awal tahun ini, petani mengaku terkesan dengan performa Inpago 9.
Petani bahkan optimistis target produktivitas 10 ton per hektare dapat tercapai.
"Inpago 9 memiliki ketahanan yang baik terhadap penyakit blas. Selama ini, penyakit blas merupakan momok yang menakutkan bagi petani padi ladang kering,” ucap Ismail.
Untuk melengkapi pengembangan varietas Inpago 9 maupun varietas padi gogo lainnya, Kementan juga menyiapkan paket teknologi Larikan Gogo (Largo) Super. Teknologi Largo Super adalah teknologi yang menjadikan jarak tanam menghasilkan fotosintesa optimal.
Selain itu, petani juga dikenalkan dengan penggunaan alat tanam tebar benih langsung dan pemberian pupuk hayati berupa pupuk berbasis mikroba non patogenik yang berfungsi meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah.
Dalam paket ini pula, petani dianjurkan untuk menggunakan bioprotektor untuk mengendalikan hama pada pertanaman padi.
Ismail mengharapkan pengembangan varietas Inpago 9 yang dibarengi penerapan paket teknologi Largo Super dapat mendongkrak produksi padi di lahan kering. “
Dengan pengembangan varietas inpago dan paket teknologinya, kami harapkan produksi padi di lahan kering dapat meningkat sehingga secara keseluruhan produksi padi nasional pun bisa ditingkatkan,” pungkasnya.