KOMPAS.com - Menjelang bulan Ramadhan, petani cabai keriting di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta panen raya.
Produksi cabai keriting di Kulon Progro mencapai 15 ton hingga 17 ton per hektar.
Produktivitas cabai di Kulon Progo tergolong sangat tinggi dibandingkan rata-rata produksi nasional yang hanya 10 ton per hektar.
“Supaya produktivitas terjaga, kelompok petani ke depannya bisa menerapkan konsep ramah lingkungan,” kata Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian, Prihasto, dalam siaran tertulis, Sabtu (12/5/2018).
(Baca: Mentan Klaim Stok Pangan Aman Buat Ramadhan, Kalau Bisa Harga Turun)
Selama ini, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) mengawal pertanaman di lapangan hingga cabai keriting di lahan seluas 350 hektar tersebut panen.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, selalu menekankan ketersediaan aneka cabai dan bawang merah harus aman dan stabil menjelang puasa dan selama bulan ramadan 1439 Hijriah.
Lahan berpasir jadi lahan produktif
Sebelum ditanami cabai keriting, lahan itu hanyalah hamparan lahan berpasir yang membentang luas.
Bagai disulap, lahan berpasir itu pun berubah menjadi lahan cabai keriting dengan pengairan memadai.
Untuk mengairi lahan tersebut, dibuatlah sumur pantek dengan sistem irigasi selang. Pemberian pupuk kandang 30 ton hingga 40 ton per hektar menjadikan lahan itu sangat subur.
“Hasilnya tingkat produktivitas rata-ratanya 15 ton sampai 17 ton per hektar. Ini sungguh luar biasa,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kulonprogo, Bambang Tri Budi Harsono, mengatakan cabai merupakan salah satu komoditas andalan di situ.
Pada 2017, luas tanam cabai yakni 1.939 hektare dan cabai yang dihasilkan sebesar 20.184 ton. Tahun ini, target luas tanam seluas 2.050 hektar dengan target produksi 18.543 ton.
“Kulon Progo berperan strategis menjadi penyangga wilayah Yogyakarta sekaligus menjadi penyangga wilayah Jabodetabek, khususnya komoditas sayuran aneka cabai,” ujarnya.
(Baca: Harga Beras Turun Berkat Panen Raya, Inflasi April 0,1 Persen)
Anggota Komisi Pertanian DPR RI, Titik Soeharto, mengapresiasi kinerja Kementan dalam menjaga ketersediaan dan produksi cabai dengan sistem pengaturan manajemen tanam.
Dengan strategi itu, produksi cabai pada saat ini melimpah.
Ia pun menilai, kesiapan pertanaman di lapangan untuk pemenuhan kebutuhan menyambut ramadan dan Idul Fitri 1439 Hijriah amat baik.
“Para petani cabai di Bugel, Panjatan, ini bisa mendapat keuntungan kurang lebih Rp 125 juta/ hektar dengan produksi rata rata 10 ton/hektar dengan harga Rp 20.000/kilogram. Ini luar biasa,” katanya.
“Keberhasilan Kulon Progo dapat direplikasi karena telah mengoptimalkan lahan pasir dengan sistem pengairan sumur pantek dan sumur dangkal,” katanya.
Ketua Ketua Kelompok Tani Gisik Pranaji, Sukarman, mengatakan sentra utama cabai di Kabupaten Kulon Progo tersebar di beberapa kecamatan.
Pihaknya bersama kelompok tani binaan mengatur manajemen tanam secara ketat. Pertanaman cabai dilakukan setiap bulan sehingga pasokan bisa terjaga sepanjang tahun.
Ia memprediksi, produksi cabai merah keriting pada Mei 2018 mencapai 45 ton dengan produksi rata rata 8-10 ton/hari.
"Selama ini tujuan pasar dari kelompok tani binaan sebagian besar masuk ke Pasar Induk Kramat Jati, Palembang, dan Jambi,” ujarnya.
Ada pun harga di tingkat petani saat ini cukup menjanjikan, yakni Rp 20.000 hingga 21.000 per kilogram. Dengan begitu, kelompok tani terpicu untuk terus menambah luas tanam.
“Kelompok kami siap memasok dan mengamankan wilayah Jabodetabek menjelang puasa dan Idul Fitri 1439 Hijriah,” katanya.