KOMPAS.com - Kementerian Pertanian menyiapkan dua program untuk menjawab tantangan kemarau tahun ini. "Kami yakin dapat mengantisipasi potensi kekeringan yang melanda wilayah di Indonesia saat ini," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sebagaimana rilis yang diterima Kompas.com pada Selasa (29/8/2017).
Menteri Amran menambahkan program yang disiapkan adalah jangka panjang dan pendek. Sementara, kemarau biasanya terjadi pada Juli hingga September setiap tahunnya. "Tiga tahun belakangan kami sudah melakukan berbagai upaya," tutur Amran.
Lebih lanjut, Amran memerinci. Pada jangka pendek, pihaknya membuat sumur pantek dan melakukan pompanisasi air sungai di wilayah potensial. Hal lain yang dilakukan adalah penyediaan benih unggul tahan kekeringan, pongaturan pola tanam, meminimalisasikan risiko kekeringan, penyediaan asuransi usaha tani, dan menggenjot pertanaman di lahan rawa, lebak, serta pasang surut.
Sedangkan, realisasi program jangka panjang melalui perbaikan irigasi, bantuan alat-alat dan mesin pertanian (alsintan), pembangunan embung, pengembangan tata air mikro di lahan rawa dan pasang-surut, serta bantuan benih tahan kekeringan untuk mengantisipasi potensi kekeringan dan menghindari penurunan hasil produksi petani.
Air
Pada bagian berikutnya, untuk penyediaan air irigasi secara berkelanjutan, Kementan juga turut bekerja sama dengan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) dalam pembangunan embung di seluruh Indonesia. Pada 2017 pemerintah menargetkan akan membangun minimal 11.000 embung dari total 30.000 embung dengan jangkauan 1,5 juta ha hingga 2 juta ha. Bahkan, untuk mendukung ketersediaan air pada lahan pertanian, kata Amran, pihaknya telah menyiapkan puluhan ribu pompa air untuk pengairan sawah seluruh Indonesia
“Sumber air ini nantinya dapat meningkatkan jumlah produksi lahan 2 kali lipat, artinya nanti pada bulan November, Desember, Januari tidak ada paceklik, “ jelas Mentan saat berada di Kompleks Istana Negara, Senin (28/8/2017).
Pengaturan pola tanam dengan sistem percepatan tanam juga dilakukan melalui optimalisasi penggunaan alat mesin pertanian yang dibagikan secara gratis oleh Mentan. Sehingga kemarau akan dapat dilewati karena stok pangan yang telah tercukupi.
Secara terpisah Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Tanaman Pangan, Yanuardi mengatakan Kementan telah mengantisipasi musim kemarau melalui beberapa upaya di antaranya menyebarluaskan informasi Prakiraan Iklim Musim Kemarau Tahun 2017 dan peningkatan kewaspadaan terhadap kekeringan kepada seluruh gubernur dan dinas provinsi terkait, melakukan budidaya pertanaman sesuai iklim dan kondisi setempat melakukan penanaman menggunakan varietas padi tahan/toleran kekeringan dan berumur, melakukan budidaya tanaman hemat air/SRI, serta melakukan pemantauan langsung secara intensif.
Menurut data Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan, Kementan, tercatat luas kekeringan pada pertanaman padi Musim Kemarau 2017 (periode April – Agustus) hanya 5.379 ha. "Jumlah ini hanya 0,11 persen dari total keseluruhan areal tanam pada periode yang sama 4.869.051 ha" papar Yanuardi
Terakhir, upaya lain terkait antisipasi musim kemarau, Kementan mulai tahun 2016 memberikan jaminan asuransi terhadap petani melalui Program Asuransi Usaha Tani (AUT). Jika terjadi gagal panen atau puso baik akibat serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), banjir maupun kekeringan, petani mendapatkan ganti rugi Rp 6 juta per hektar.