KOMPAS.com – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Anwar Sanusi memaparkan, dampak positif dan negatif dari perubahan cara kerja secara online selama pandemi Covid-19 merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Hal tersebut disampaikan Anwar dalam web seminar ( webinar) bertajuk “Berdamai dengan Pandemi: Be Happy, Be Healthy, Keep Productivity” yang digelar Kemenaker melalui Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Ketenagakerjaan pada Senin (19/7/2021).
Anwar mengatakan, bekerja secara online memiliki sejumlah dampak positif, salah satunya memungkinkan untuk berkumpul dalam satu forum yang sama untuk membahas hal yang sama secara real time.
Kemudian keuntungan lain dari bekerja secara online, kata Anwar, adalah meningkatkan pelayanan fungsi ketenagakerjaan.
Baca juga: Faisal Basri: Menteri WFH Malah Nonton Serial Film
Pasalnya, pelayanan secara online lebih terjangkau dan mampu memperluas sasaran pelayanan.
Namun, selain sisi positif ada juga sisi negatif dari bekerja secara online, terutama bagi kesehatan fisik dan psikis pekerja.
Anwar menyebutkan, efek negatif pada kesehatan fisik meliputi nyeri akibat terlalu lama duduk dan gangguan penglihatan atau iritasi mata akibat terlalu lama menatap layar komputer, laptop, atau handphone.
Selain itu, kesehatan psikis atau kesehatan mental juga terpengaruh oleh perubahan cara kerja pascapandemi tersebut.
Menurut Anwar, seseorang menjadi lebih sensitif, cepat marah, sering merasa letih dan lesu ketika bekerja secara online.
Baca juga: Pakar Unair Jelaskan Toxic Productivity, Pemicu Stres Selama WFH
“Hal ini tentunya dapat menghambat pelayanan ketenagakerjaan yang harus kita berikan kepada masyarakat yang membutuhkan,” kata Anwar, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com pada Selasa (20/7/2021).
Lebih parahnya lagi, lanjut dia, dampak negatif pada kesehatan fisik dan psikis bisa membuat pelayanan ketenagakerjaan tidak terselenggara dengan baik.
Anwar mengatakan, ia tak ingin para pegawai di lingkungan Kemenaker mengalami gangguan akibat dampak negatif dari bekerja secara online.
Menurutnya, efek-efek negatif seperti itu dapat menjadi penyakit apabila tidak ditanggulangi sejak dini. Hal ini pun akan berdampak buruk di kemudian hari.
“Kita dituntut untuk tidak hanya mampu bekerja secara produktif, tetapi juga dapat bekerja secara inovatif, khususnya dalam rangka memberikan pelayanan fungsi-fungsi ketenagakerjaan kepada masyarakat,” ujar Anwar.
Baca juga: Hari Belanja Online ASEAN Kembali Digelar, Ini Cara Mendaftar bagi Penjual
Ia pun menyadari, tuntutan untuk terus bekerja secara produktif di masa pandemi ini tidak mudah untuk dicapai.
Penghambat produktivitas tersebut meliputi tidak adanya kesiapan dalam perencanaan kerja, sarana prasarana, maupun pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung kelancaran pekerjaan.
“Adaptasi kebiasaan baru menuntut kita untuk siap menggunakan teknologi informasi di tengah perkembangan disrupsi industri yang dikenal dengan revolusi industri 4.0,” kata Anwar.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Pusat Pengembangan SDM Ketenagakerjaan Kemenaker Helmiaty Basri mengatakan, pihaknya menginisiasi webinar untuk meningkatkan kinerja, inovasi, informasi kebugaran jasmani, serta mengelola emosi pegawai.
Baca juga: WFH 100 Persen, LAN Gunakan Aplikasi Intranet untuk Pantau Pegawai
Webinar yang menghadirkan Praktisi Kesehatan Lula Kamal dan Psikolog Tika Bisono tersebut diikuti oleh 1.164 peserta dari 33 provinsi di Indonesia.
Adapun tujuan dari webinar tersebut adalah menjaga kinerja, kebugaran, dan pengelolaan emosi para aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Kemenaker.
Helmiaty ingin semua pegawai Kemenaker tetap sehat dan bahagia.
“Untuk mencapai tujuan tersebut, materi webinar ada dua pokok bahasan, yaitu tetap bugar saat pandemi dan menjaga kesehatan saat sering online meeting (Zoom),” jelasnya.