KOMPAS.com – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M. Hanif Dhakiri meminta semua pihak mendukung investasi sumber daya manusia ( SDM) di Indonesia yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sebab, Indonesia membutuhkan banyak SDM kompeten agar dapat bersaing dengan negara-negara lain.
Kondisi angkatan kerja yang masih didominasi lulusan SD-SMP menjadi tantangan yang harus dijawab bersama oleh stakeholder ketenagakerjaan termasuk Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB).
"Tentu pemerintah memerlukan dukungan dari industri dan serikat pekerja agar SDM Indonesia memiliki keterampilan yang memadai dan sesuai kebutuhan pasar kerja" ujar Menaker Hanif dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Senin (26/11/2018).
Hanif mengatakan itu saat memberikan sambutan pada acara Leaders Meeting of ASEAN Trade Union Council di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (24/11/2018).
Menaker mencontohkan, di beberapa negara investasi SDM tidak hanya dikelola oleh pemerintah saja. Di negara-negara Eropa, 70 persen investasi SDM dipegang oleh industri.
Sedangkan di Amerika Serikat, kementerian yang membidangi ketenagerjaan tidak memiliki satu pun vocational training center (pusat pelatihan vokasi). Selain dikelola oleh industri, vocational training center di Amerika Serikat dikelola oleh SP/SB.
Baca juga: Hadapi Persaingan Global, Pemerintah akan Tingkatkan Pendidikan Vokasi
Berkaca dari negara-negara tersebut, Hanif mengatakan, sebaiknya pemerintah fokus pada persoalan regulasi. Sebab, saat ini mayoritas pelatihan vokasi di Indonesia masih dikelola oleh pemerintah melalui pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK).
"Oleh karena itu, pemerintah terus menggenjot pendidikan dan pelatihan vokasi agar mereka ini dapat punya skill yang memadai. Mempunyai skill yang bisa berubah dan skill yang bisa meningkatkan level pekerjaannya," lanjut Hanif.
Selain pelatihan vokasi, Kementerian Ketenagakerjaan ( Kemnaker) juga menggenjot percepatan peningkatan skill SDM melalui pemagangan yang melibatkan dunia industri.
Tahun ini, program pemagangan telah berhasil melibatkan 170 ribu peserta. Ditargetkan, tahun 2019 akan meningkat hingga 400 ribu peserta.
"Ini sebagai salah satu cara cepat untuk masifikasi dari SDM kita yang kompeten dan berkualitas tinggi sehingga mampu bersaing dengan pekerja dari negara lain," ujarnya.
Hanif mengungkpakan, saat ini pasar kerja global sudah terintegrasi. Dengan memiliki keterampilan yang memadai, tenaga kerja Indonesia dapat memilih pekerjaan di dalam negeri maupun di luar negeri.
"Dan orang punya kebebasan untuk bekerja di dalam negeri atau luar negeri. Yang terpenting adalah pemerintah memastikan masyarakat agar memiliki keterampilan," tutupnya.
Sebagai informasi, acara Leaders Meeting of ASEAN Trade Union Council merupakan rangkaian dari agenda Bali Informal Meeting and Strengthening Trade Union Solidarity in ASEAN.
Baca juga: Hadapi Era Digital, Kemnaker Punya 3 Strategi Kuatkan SDM Indonesia
Agenda tersebut diselenggarakan oleh ASEAN Trade Union Council (ATUC) dan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI). Agenda ini bertujuan untuk meningkatkan solidaritas pekerja, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Turut hadir dalam agenda tersebut Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea. Dia berharap, dengan adanya agenda ini dapat terjalin kerja sama SP/SB di ASEAN dalam bidang pendidikan, pertukaran informasi dan lainnya.
"Saya berharap pertemuan ini menghasilkan kepentingan. Keputusan-keputusan penting untuk meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan buruh ASEAN," pungkasnya.
Selain dihadiri Presiden KSPSI, agenda juga diikuti oleh delegasi konfederasi serikat pekerja se-ASEAN, Dirjen PHI dan Jamsos Kemnaker Haiyani Rumondang, Direktur Persyaratan Kerja Kemnaker S. Djunaedah, Direktur ILO Jakarta Michiko Miyamoto, dan Presiden ATUC Abdul Halim Mansor.