KOMPAS.com -Saat ini, masyarakat di Eropa sedang gemar mengonsumsi karbohidrat non gluten terutama organik, salah satunya ketan hitam.
Perkembangan tren tersebut kemudian membuka peluang Indonesia untuk mengekspor komoditas ketan hitam.
"Selama ini memang pasar Eropa mulai berminat ke produk organik," ungkap Lewi ekportir dari PT Profil Mitra Abadi, Lewi, seperti dalam keterangan tertulinya, Jumat (20/9/2019).
Karena itu, Lewi juga ingin mengembangkan olahan ketan hitam Indonesia menjadi produk ekspor.
"Ini menarik sekali, rengginang ini bisa jadi crackers yang sehat dan non gluten. Akan lebih baik dibandingkan olahan tepung," jelasnya,
Baca juga: Mengenal Filosofi Ketan Hitam
Hal senada disampaikan eksportir perberasan dari PT Sejati Makmur, Cecep. Tidak hanya di Eropa, menurutnya, pangsa pasar beras ketan hitam organik Indonesia masih terbuka luas di banyak negara.
Karena itu, pengembangan budidaya beras tersebut memiliki potensi besar untuk kebutuhan ekspor.
Cecep mengungkapkan pada bulan September ini perusahaannya telah mengekspor 22,5 ton ke Singapura. Adapun targetnya tahun ini bisa sampai 200 ton seperti halnya tahun-tahun sebelumnya.
"Selama ini saya ambil dari Cipinang harganya Rp 21.000 per kg, baru kami packing kemasannya," ungkap Cecep yang rutin mengekspor beras ketan hitam sejak 2011 ke Singapura.
Cecep sendiri mengatakan itu saat kunjungan kerja Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi di Desa Cipeujeuh, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, Jumat (20/9/2019)
Lebih lanjut, Cecep mengatakan, Beras Ketan Hitam di Bandung, terkenal terbaik karena wanginya, meski dari segi bentuknya memang lebih kecil. Sementara itu, yang bulirnya lebih besar adalah produksi dari Garut.
Namun pihaknya kadang melakukan mix antara Garut sama Bandung, karena memang pasar luar sukanya yang bulirnya mengkilap dan besar .
"Untuk mendukung hal tersebut, di Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) setidaknya harus ada color sorter yang bisa menyaring warna dan polisher untuk mengkilapkan," ujar dia.
Dalam kesempatan tersebut, Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi menyebutkan Kementan saat ini sebagai jembatan antara petani dan eksportir berusaha memperpendek rantai pemasaran.
Baca juga: Mentan: Ekspor Pertanian Bulan Juli Capai Rp 1,1 Triliun
Oleh sebab itu, Suwandi meminta petani bermitra dan diperluas pasarnya.
"Harga ketan hitam sudah tinggi dan bagus, tinggal benahi profesionalitas kelompoktaninya," sebutnya.
Masih di tempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Hendi Jatnika menyambut baik apa yang diinginkan para eksportir.
Bahkan ia berencana mengembangkan beras khusus, seperti beras organik, beras hitam, beras merah, basmati dan japonica.
"Mitra sudah datang, tinggal bagaimana memperpendek jalur pemasaran," katanya.
Perlu diketahui, luas pertanaman beras ketan hitam dengan varietas lokal di Kabupaten Bandung ada sekitar 840 hektar (ha) dengan produktivitas rata-rata 5,5 ton hingga 7 ton per ha.
Sementara itu, harga saat ini sekitar Rp 8.000 gabah kering panen dan harga berasnya Rp 20.000 per kilogram (kg).