KOMPAS.com - Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi salah satu wilayah percontohan program pengembangan perbenihan tanaman pangan berbasis korporasi. Melalui program tersebut, NTB mampu menghasilkan 6.000 ton benih padi bersertifikat.
Varietas yang dihasilkan adalah Inpari 30, Inpari 32, Inpari 33 dan Situbagendit di areal seluas 1.500 hektar (ha), yang terdiri dari 1.300 ha padi sawah dan 200 ha padi gogo.
Salah satu kelompok yang melaksanakan program tersebut adalah Kelompok Penangkar Benih (KPB) Lestari Desa Monjok, Kecamatan Selaparang, Mataram, NTB.
Pada 2018 lalu, KPB ini mampu menghasilkan benih padi sawah varietas Inpari 32 sebanyak 101,6 ton di areal seluas 50 ha.
Baca juga: Tingkatkan Indeks Pertanaman, Kementan Bangun 2.358 Irigasi Perpompaan
Menurut Ketua KPB Lestari Sahnim, keuntungan dari program tersebut adalah kapasitas meningkat, meringankan biaya produksi, serta kepastian pemasaran hasil produksi benih.
"Melalui kegiatan ini kami berharap penyediaan benih bersertifikasi di wilayah sendiri mampu menjadikan petani lebih mandiri," ucap Sahnim dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Rabu (19/6/2019).
Dia mengaku, anggota KPB yang diketuainya merasa sangat diuntungkan dengan adanya program tersebut. Sebab, dalam kegiatan itu, produsen benih diatur untuk bertanggung jawab menjamin benih yang terkumpul dari penangkaran mitranya.
"Dengan adanya kerja sama, salah satunya dengan PT Pertani, anggota KPB Kamo merasa sangat diuntungkan karena disamping mampu menyediakan kebutuhan benih untuk kelompok mereka sendiri juga dapat dijual ke PT Pertani," terang Sahnim.
Kementerian Pertanian ( Kementan) memang tengah mencanangkan pengembangan perbenihan tanaman pangan berbasis korporasi. Fokus utamanya adalah kegiatan produksi benih padi bersertifikat.
Program ini merupakan upaya untuk menjawab tantangan peningkatan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat, yang memenuhi sasaran 6 tepat, yakni varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi, dan harga.
Menurut Direktur Perbenihan Tanaman Pangan Takdir Mulyadi, pengembangan perbenihan berbasis korporasi tersebut adalah bentuk pengembangan dari nawacita desa mandiri benih yang pernah dicanangkan pemerintah. Tujuannya agar petani dapat memenuhi kebutuhan benih sendiri.
Selain itu, menurut dia, program itu tidak hanya sebatas memberikan bantuan kepada kelompok tani. Lebih jauh, pemerintah juga memberikan pendampingan secara aktif serta membuka peluang kemitraan antara petani dengan swasta.
"Dengan skala ekonomi yang luas, tentunya akan memberikan manfaat yang lebih," terang Takdir.