Orangtua Akui Manfaat Tes Masuk SD Tanpa Calistung dan MPLS 

Kompas.com - 26/08/2023, 09:03 WIB
Inang Sh ,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menggaungkan gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan dengan melarang untuk menjadikan tes baca, tulis, dan hitung (calistung) sebagai syarat utama seorang anak dapat diterima di SD/MI.
DOK. Humas Kemendikbud Ristek Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menggaungkan gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan dengan melarang untuk menjadikan tes baca, tulis, dan hitung (calistung) sebagai syarat utama seorang anak dapat diterima di SD/MI.

KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) berupaya membuat transisi pendidikan anak usia dini (PAUD) ke sekolah dasar (SD) lebih menyenangkan. 

Salah satu upaya itu dilakukan melalui gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan dengan melarang menjadikan tes baca, tulis, dan hitung (calistung) sebagai syarat utama seorang anak dapat diterima di SD/MI.

Seperti diketahui, calistung selama ini menjadi momok tersendiri bagi orangtua ketika anak memasuki jenjang SD. 

Keberadaan syarat berhasil tes calistung dalam penerimaan di jenjang SD membuat orangtua mengupayakan segala cara agar si anak mampu calistung dengan cepat. 

Akibatnya, beragam miskonsepsi terkait calistung muncul di tengah masyarakat, mulai dari satuan PAUD yang mengupayakan agar anak menguasai calistung dengan cepat hingga orangtua yang memaksa anak-anak mengikuti berbagai kursus. 

Baca juga: Nadiem Makarim: PPDB SD Ada Tes Calistung Itu Keterlaluan

Padahal, bagi seorang anak usia dini, bermain adalah belajar. Tak banyak orangtua mengetahui bahwa calistung bukan satu-satunya merupakan kemampuan fondasi yang harus dikuasai seorang anak untuk membantu tumbuh-kembangnya. 

Dyah Resti Kurniasari merupakan salah satu dari sekian banyak orangtua yang baru mengetahui bahwa tes calistung tidak wajib diadakan sekolah dalam penerimaan peserta didik baru ( PPDB) untuk SD. 

Ia mengetahui informasi tersebut dalam peluncuran Merdeka Belajar Episode Ke-24 bertajuk “Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan”. 

“Anak saya latar belakangnya tidak melakukan TK offline (full online), hanya bertemu guru seminggu dua kali lewat Zoom. Sebetulnya agak khawatir (saat PPDB) karena tidak pernah melalui kelas rutin bertemu dengan banyak orang,” katanya dalam siaran pers, Sabtu (26/8/2023).

Manfaat MPLS

Kecemasan Dyah terkait minim pertemuan tatap muka anak dengan sekolah berubah menjadi kebahagiaan saat anaknya lulus PPDB di sekolah yang dituju. 

Baca juga: Tes Calistung Dihapus untuk Masuk SD, Kemendikbud: Agar Anak Tak Stres

Sebab, sekolah itu tidak menggelar tes calistung saat penerimaan dan selama dua minggu pertama masuk sekolah, terdapat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

Program itu membuat anak mengenal sekolah dan sekolah lebih mengenal peserta didik baru, sebagaimana diimbau pemerintah melalui gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.

“Anak saya bercerita bahwa SD sama menyenangkan seperti di TK. Saat MPLS, guru juga menerapkan hal seperti itu. Di dua minggu pertama, anak saya benar-benar senang dan merasa nyaman berada di SD,” terangnya.

Dyah bertambah bahagia ketika SD tempat anaknya bersekolah turut memperhatikan masalah kematangan emosional anak.

Hal tersebut juga menjadi bagian dari kemampuan fondasi yang harus diberikan pada anak pada masa transisi dari PAUD ke SD kelas awal. 

Baca juga: 7 Prinsip MPLS, Salah Satunya Tidak Ada Lagi Perpeloncoan

Dyah mengatakan, sekolah mengundang pendongeng dengan boneka yang bercerita mengenai kisah seorang ayah yang mencari nafkah untuk anak bisa sekolah. 

Menurutnya, tema dongeng tersebut diberikan agar anak berpikir sendiri bahwa orangtua bekerja keras untuk anak bisa sekolah. 

“Itu sangat membekas sekali untuk anak saya. Ternyata, anak SD sudah bisa memiliki kematangan emosional. MPLS itu yang menjadi gongnya sehingga anak saya menjadi senang,” ujarnya.

Pada proses MPLS, Dyah juga merasakan bahwa sekolah berupaya membangun kolaborasi untuk bersama-sama menjadikan masa transisi sekolah menjadi mengasyikkan. 

Komunikasi mengenai perkembangan anak di sekolah terus diinformasikan guru pada orangtua, termasuk mengenai berbagai keperluan yang harus dilengkapi untuk proses belajar-mengajar di sekolah.

Baca juga: Kemendikbud: Sekolah Harus Jadi Tempat yang Aman dan Nyaman bagi Siswa

“Kami punya grup WA tersendiri untuk komunikasi dengan guru. Selama MPLS, diinformasikan untuk pakaian apa yang digunakan karena tidak diwajibkan untuk menggunakan pakaian seragam baru,” karanya. 

Dyah menyebutkan, informasi mengenai anak yang tiba-tiba menangis juga dikabarkan sehingga ada keterikatan emosional antara guru dan orangtua.

Signifikansi MPLS

Sebagaimana masa MPLS diterapkan di SD tempat anak Dyah bersekolah, penerapan masa perkenalan bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama juga menjadi perhatian SDN 2 Percontohan Blangkejeren di Kabupaten Gayo Lues, Aceh.

Salah satu guru di SDN 2 Percontohan Blangkejeren, Fitria Ratnawati, mengatakan, MPLS yang berlangsung dua minggu berdampak sangat baik bagi murid karena mereka tahu tentang kondisi sekolah secara keseluruhan. 

Menurutnya, MPLS sangat penting karena satuan sekolah dapat memfasilitasi anak serta orangtua untuk berkenalan dengan lingkungan belajarnya.

Baca juga: Kemendikbud Terbitkan Peraturan Baru, Dorong Inklusivitas di Sekolah

Dengan demikian, peserta didik baru dapat merasa nyaman dalam kegiatan belajar, sebagaimana target dari gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.

Selain itu, kata Fitria, MPLS juga menjadi kesempatan baginya untuk menjalin silaturahmi dengan orangtua murid. 

“Bersilaturahmi dan bersinergi dengan orangtua membuat kami tahu apa yang akan kami berikan kepada murid-murid yang masih dalam masa transisi,” katanya.

Guru kelas 1 itu menyebutkan, pada masa MPLS, sekolah ingin menghadirkan kesan terbaik bagi murid sehingga mereka merasa SD sama menyenangkan dengan PAUD. 

Salah satu yang dilakukan sekolah adalah mengubah ruang kelas tanpa kursi sehingga penataannya menyerupai ruang kelas PAUD.

“Kami juga mengajak anak-anak untuk dapat bercerita, tidak hanya dengan guru kelas 1, tetapi semua guru agar murid merasakan bahwa SD sama menyenangkan dengan PAUD,” terangnya.

Baca juga: Penggabungan PTS, Kemendikbud: Agar Aset Besar dan Mutu Jadi Tinggi

Transisi yang menyenangkan

Sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim meluncurkan program Merdeka Belajar Episode Ke-24 bertajuk “Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan” pada Selasa (28/3/2023). 

Nadiem mengungkapkan, Transisi Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan merupakan sebuah gerakan bersama dengan tiga target perubahan yang harus dilakukan.

Target perubahan pertama adalah menghilangkan tes calistung dari proses PPDB pada SD/MI/sederajat. 

Perubahan itu dilakukan karena setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan layanan pendidikan dasar. Hal ini juga mengingat bahwa pendidikan dasar adalah hak setiap anak, terlepas ia sudah menguasai calistung atau belum. 

Selain itu, proses untuk menguasai calistung tidak instan sehingga lumrah jika kemampuan ini baru muncul saat anak di SD. 

Baca juga: Bukan Calistung, 6 Kemampuan Fondasi ini Lebih Penting Dimiliki Anak Sebelum Masuk SD

“Sangat tidak adil mensyaratkan anak harus bisa calistung untuk mendapatkan hak layanan dasarnya,” katanya. 

Target kedua adalah penerapan masa perkenalan bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama.

Agenda itu mengharapkan satuan PAUD dan SD/MI/sederajat dapat memfasilitasi anak serta orangtua untuk berkenalan dengan lingkungan belajarnya. Dengan demikian, peserta didik baru dapat merasa nyaman dalam kegiatan belajar. 

Target ketiga adalah penerapan pembelajaran untuk membangun enam kemampuan fondasi anak di satuan pendidikan di PAUD dan SD/MI/sederajat.

Keenam fondfasi itu adalah mengenal nilai agama dan budi pekerti; keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi; kematangan emosi untuk kegiatan di lingkungan belajar; kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar seperti kepemilikan dasar literasi dan numerasi; pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri untuk berpartisipasi di lingkungan belajar secara mandiri; serta pemaknaan terhadap belajar yang positif.

Praktik baik terkait transisi PAUD ke SD juga telah diimplementasikan ekosistem pendidikan di berbagai daerah di Indonesia. 

Baca juga: Tes Calistung Masuk SD Dihapus, Pakar Unesa: Wujudkan Joyful Learning

Saat ini, sebanyak 501 dari 514 dinas pendidikan kabupaten dan kota telah menerbitkan surat edaran mendukung Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan. 

Selain itu, sebanyak 6.273 satuan pendidikan PAUD, 52.987 satuan pendidikan SD, 9.979 guru PAUD, dan 168.987 guru SD telah melakukan aksi nyata gerakan tersebut.

Gerakan itu sudah tersedia di Platform Merdeka Mengajar (PMM) pada awal tahun ajaran baru dan sepanjang tahun ajaran, serta berbagai praktik lain. 

Terkini Lainnya
Komitmen Kemendikbudristek dalam Transformasi Digital Pendidikan
Komitmen Kemendikbudristek dalam Transformasi Digital Pendidikan
Kemdikbud
Tingkatkan Pendidikan Berkualitas di Indonesia, Kemendikbudristek Jamin Kesejahteraan dan Kompetensi Guru
Tingkatkan Pendidikan Berkualitas di Indonesia, Kemendikbudristek Jamin Kesejahteraan dan Kompetensi Guru
Kemdikbud
Platform Digital, Inisiatif Kemendikbudristek Percepat Transformasi Pendidikan 
Platform Digital, Inisiatif Kemendikbudristek Percepat Transformasi Pendidikan 
Kemdikbud
Kalsel Jadi Bukti Transformasi SDM Pendidikan lewat Gerakan Merdeka Belajar
Kalsel Jadi Bukti Transformasi SDM Pendidikan lewat Gerakan Merdeka Belajar
Kemdikbud
Apresiasi Komitmen Pemda Mentransformasi Pendidikan, Kemendikbudristek Beri Anugerah Merdeka Belajar 2024
Apresiasi Komitmen Pemda Mentransformasi Pendidikan, Kemendikbudristek Beri Anugerah Merdeka Belajar 2024
Kemdikbud
Kemendikbudristek Kembali Salurkan Bantuan Pemerintah demi Penguatan Komunitas Sastra
Kemendikbudristek Kembali Salurkan Bantuan Pemerintah demi Penguatan Komunitas Sastra
Kemdikbud
Kurasi Talenta dan SIMT, Solusi Kemendikbudristek Dukung Karier Belajar Siswa
Kurasi Talenta dan SIMT, Solusi Kemendikbudristek Dukung Karier Belajar Siswa
Kemdikbud
Kemendikbudristek Sampaikan Pesan Penting untuk Alumni Program Beasiswa Darmasiswa
Kemendikbudristek Sampaikan Pesan Penting untuk Alumni Program Beasiswa Darmasiswa
Kemdikbud
AUG 2024 Digelar di Jatim, Diikuti 392 Atlet Mahasiswa Se-Indonesia
AUG 2024 Digelar di Jatim, Diikuti 392 Atlet Mahasiswa Se-Indonesia
Kemdikbud
Kemendikbud Ristek Gelar Lokakarya Membaca dan Bercerita bersama Ibu Negara di NTB
Kemendikbud Ristek Gelar Lokakarya Membaca dan Bercerita bersama Ibu Negara di NTB
Kemdikbud
Gelar Kampus Merdeka Fair 2024, Kemendikbud Ristek Upayakan Penguatan Gerakan MBKM Mandiri
Gelar Kampus Merdeka Fair 2024, Kemendikbud Ristek Upayakan Penguatan Gerakan MBKM Mandiri
Kemdikbud
Sajikan Budaya Kopi Nusantara di YoC 2023, Kemendikbudristek: Kopi Indonesia Sarat Nilai Tradisi
Sajikan Budaya Kopi Nusantara di YoC 2023, Kemendikbudristek: Kopi Indonesia Sarat Nilai Tradisi
Kemdikbud
Implementasi UU 24 Tahun 2009 Terwujud, Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi UNESCO
Implementasi UU 24 Tahun 2009 Terwujud, Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi UNESCO
Kemdikbud
Kemendikbudristek Optimistis 1 Juta Guru Honorer Diangkat Jadi ASN PPPK pada 2024
Kemendikbudristek Optimistis 1 Juta Guru Honorer Diangkat Jadi ASN PPPK pada 2024
Kemdikbud
Salurkan PIP kepada 17 Juta Siswa Selama 2022, Kemendikbudristek Pastikan Tepat Sasaran
Salurkan PIP kepada 17 Juta Siswa Selama 2022, Kemendikbudristek Pastikan Tepat Sasaran
Kemdikbud
Bagikan artikel ini melalui
Oke