KOMPAS.com - Seiring dengan meningkatnya komitmen global terhadap pencapaian Net Zero Emission (NZE) 2060, Indonesia turut bergerak cepat dalam mengadopsi teknologi kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Oleh karenanya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ( Kemendikbud Ristek) mendukung dana padanan inovasi dunia usaha melalui program Kerja Sama Dunia Usaha dan Kreasi Reka ( Kadeireka).
Program Matching Fund Kedaireka bertujuan untuk mendorong kerja sama riset antara perguruan tinggi dan industri. Tujuan utamanya adalah mempercepat pengembangan produk-produk riset agar bisa langsung digunakan masyarakat dan meningkatkan daya saing negara.
Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Plt Dirjen Diksi) Kemendikbud Ristek Tatang Muttaqin menjelaskan dampak dana padanan dan Kedaireka terhadap pembelajaran di kampus vokasi.
“Tiga tahun pelaksanaan program Dana Padanan (matching fund) telah mendorong ekosistem kolaborasi antara perguruan tinggi vokasi dan industri,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (18/10/2024).
Dia mengatakan, ribuan mahasiswa telah merasakan dampak program tersebut. Mereka belajar dan dibimbing langsung ribuan profesional yang ikut terlibat dalam program Kadeireka setiap tahun.
Baca juga: Studi Sebut Pemilik Kendaraan Listrik Punya Jejak Karbon Lebih Besar
“Dengan langkah-langkah strategis dan kerja keras, pendidikan vokasi dapat menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan,” jelasnya.
Hal itu diakui Dadet Pramadihanto, dosen Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) yang merupakan penerima manfaat program Dana Padanan 2023.
Dengan dukungan program Dana Padanan 2023, PENS berkolaborasi dengan PT VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR) mengembangkan komponen dan perangkat lunak (software) kendaraan listrik.
Program itu dilaksanakan Center for Research and Innovation on Advanced Transportation Electrification (CReATE) guna mendukung kemandirian teknologi inti kendaraan listrik nasional.
Dadet yang sekaligus kepala pusat riset CReATE mengatakan, proses menuju kemandirian teknologi kendaraan listrik nasional tidaklah mudah.
“Untuk sampai membuat sebuah electric vehicle itu butuh proses panjang. Namun, semuanya bertujuan untuk kemandirian Indonesia,” katanya.
Baca juga: Luhut Resmikan Investasi LFP di Kendal untuk Kendaraan Listrik
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah kesiapan manufaktur dalam memproduksi komponen kendaraan listrik secara massal di dalam negeri.
Hingga saat ini, Indonesia belum memiliki produsen yang mampu memproduksi motor listrik skala besar.
Meski demikian, dari sisi inovasi teknologi, Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang signifikan.
Dadet optimistis, kolaborasi antara kampus vokasi dan industri akan mempercepat kemajuan teknologi kendaraan listrik di Indonesia.
Hal itu seperti yang dilakukan dengan VKTR dengan dukungan Dana Padanan yang digulirkan Kemendikbud Ristek.
Sejak bekerja sama pada 2021, PENS dan VKTR telah berhasil mematenkan 14 inovasi yang siap dikembangkan lebih lanjut.
"Jika dilihat dari negara industri lainnya, kita masih ketinggalan karena mereka sudah lama melakukan riset. Namun, dibandingkan negara-negara yang selevel dengan Indonesia, kita tidak kalah,” katanya.
Baca juga: Penyaluran Pembiayaan Kendaraan Listrik Tembus Rp 29,07 Triliun per Agustus 2024
Percepatan elektrifikasi kendaraan listrik di Indonesia merupakan langkah penting dalam mewujudkan kemandirian teknologi sekaligus mencapai target lingkungan yang lebih baik.
Inovasi yang dihasilkan PENS dan VKTR, mulai dari sepeda motor listrik hingga sistem manajemen bus apron listrik, menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk bersaing di industri kendaraan listrik global.
Meskipun masih menghadapi tantangan, kolaborasi yang kuat dan dukungan dari berbagai pihak akan membawa Indonesia menuju era baru transportasi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Saat ini, banyak komponen kendaraan listrik, baik dalam bentuk sepeda motor maupun bus apron listrik, masih diimpor dalam bentuk completely built-up (CBU) maupun completely knocked down (CKD).
Selain itu, pengembangan inovasi lokal yang dapat meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan memenuhi kebutuhan pasar domestik dapat mengatasi ketergantungan impor.
Baca juga: Studi: Kendaraan Listrik Dapat Hemat Biaya Kesehatan Hingga USD 188 Miliar
Kemitraan PENS dan VKTR didukung pendanaan sebesar Rp 2,73 miliar dari program Dana Padanan Kedaireka dari total nilai inovasi lebih dari Rp 7 miliar.
Kolaborasi itu menghasilkan berbagai inovasi yang memiliki potensi besar dalam memperkuat ekosistem kendaraan listrik nasional.
Melalui penelitian yang intensif, PENS dan VKTR berhasil mengembangkan beberapa inovasi teknologi, termasuk swing arm dan komponen pendukung dengan kompatibilitas tinggi untuk konversi sepeda motor roda dua berbasis in-wheel drive.
Salah satu inovasi yang paling menonjol adalah Motor Fluks Aksial Tiga Fase dengan satu rotor dan dua stator. Alat ini merupakan teknologi motor listrik yang menawarkan efisiensi daya lebih tinggi.
Selain itu, kolaborasi itu juga mengembangkan Sistem Manajemen Armada Bus Cerdas. Sistem ini dirancang untuk meningkatkan pengelolaan dan operasi bus apron listrik di bandara.
Inovasi yang dihasilkan dari kolaborasi PENS dengan VKTR tidak hanya berfokus pada efisiensi dan performa kendaraan listrik, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan.
Keberhasilan percepatan elektrifikasi kendaraan di Indonesia tidak hanya bergantung pada riset dan pengembangan teknologi, tetapi juga pada kolaborasi antara berbagai pihak.
Baca juga: Pembiayaan kendaraan Listrik Capai Rp 29 Triliun Hingga Agustus 2024
Dalam hal ini, kemitraan PENS dengan VKTR menunjukkan sinergi antara akademisi dan industri dapat menghasilkan inovasi yang berdampak besar.
Program Dana Padanan dan Kedaireka yang diluncurkan sejak 2020 melalui Merdeka Belajar episode ke-6 semakin menunjukkan dampak positif.
Kini, kolaborasi riset antara perguruan tinggi dan industri meningkat tajam.
Jumlah proposal penelitian yang diterima perguruan tinggi dari perusahaan naik dari 1.200 pada 2021 menjadi 5.600 pada 2023.
Pendanaan penelitian pun meningkat hingga 420 persen. Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan peringkat Indonesia dalam Global Innovation Index (GII) dari posisi 87 pada 2021 ke-61 pada 2024.
Dengan adopsi teknologi kendaraan listrik, emisi karbon dapat ditekan, yang sejalan dengan upaya global dan nasional untuk mencapai target NZE pada 2060.
Dengan adanya dukungan dari pemerintah, industri, dan lembaga riset, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain penting dalam industri kendaraan listrik global.
Baca juga: Infrastruktur Masih Jadi Tantangan Kendaraan Listrik di Indonesia
Harapan besar tertuju pada inovasi-inovasi yang dihasilkan berbagai perguruan tinggi dengan mitra industri, seperti PENS dan VKTR.
Keduanya tidak hanya berkontribusi terhadap pembangunan industri kendaraan listrik, tetapi juga terhadap upaya mencapai target keberlanjutan lingkungan.