KOMPAS.com – Indonesia masuk ke dalam Guinness World Records (GWR) karena berhasil memecahkan rekor dunia melalui pergelaran angklung terbesar yang diadakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Sabtu (5/8/2023). Pergelaran ini diikuti oleh sebanyak 15.110 peserta.
Pada kesempatan tersebut, para peserta yang hadir untuk memecahkan rekor dunia itu membawakan dua buah lagu, yakni “Berkibarlah Benderaku” dan “Wind of Change”.
Prestasi itu pun membuat Indonesia mematahkan rekornya sendiri. Sebelumnya, rekor dunia untuk kategori tersebut tercipta di Monumen Washington, Amerika Serikat (AS), pada Juli 2011 yang melibatkan 5.182 peserta.
Ketua Panitia Acara Tri Tito Karnavian sekaligus Ketua Umum Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) mengatakan, pergelaran tersebut bertujuan untuk melestarikan alat musik angklung sekaligus mendukung para seniman yang sempat terdampak pandemi Covid-19.
“Pergelaran angklung ini merupakan prakarsa langsung dari Ibu Negara Iriana Joko Widodo (Jokowi). Upaya ini bukanlah hal yang mudah, tapi pihak yang terlibat sudah berjuang dengan baik. Keberhasilan hari ini adalah hadiah untuk ulang tahun Republik Indonesia (RI) ke-78”, ujar Tri dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (6/8/2023).
Senada dengan Tri, salah satu panitia, Franka Makarim, menjelaskan bahwa dibutuhkan persiapan yang matang agar para peserta mampu menyuguhkan harmoni yang merdu.
Adapun untuk mendukung kelancaran pergelaran tersebut, para panitia dan peserta telah mempersiapkan diri sejak Oktober 2022.
“Para peserta dari berbagai kalangan juga disiplin dan kompak untuk melalui tiga bulan proses pelatihan. Hari ini, kita dapat menyaksikan buah dari proses panjang yang telah dilalui dan berhasil memecahkan rekor dunia GWR,” jelas Franka.
Sebagai informasi, peserta pergelaran angklung terbesar di dunia itu berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pengurus OASE KIM, murid sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah kedinasan, perwakilan kementerian/lembaga, hingga para anggota Ibu Dharma Wanita Persatuan dan Tim Penggerak PKK.
Salah seorang peserta yang merupakan praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Renaldi, mengisahkan dirinya harus berlatih selama berbulan-bulan agar dapat meraih rekor GWR.
Sementara itu, peserta lainnya, yakni Dian yang berasal dari Dharma Wanita Persatuan mengungkapkan perasaan senang dan bangga setelah berhasil memecahkan rekor dunia.
“ Rekor GWR ini merupakan pengalaman berharga. Saya senang menjadi bagian dari pergelaran angklung terbesar di dunia,” kata Dian.
Keberhasilan Indonesia itu pun mendapat apresiasi dari penilai resmi GWR, Sonia Ushirogochi.
Menurutnya, Indonesia mampu menyuguhkan pergelaran dengan harmoni dari instrumen musik angklung yang indah. Prestasi ini berhasil diraih melalui hasil kerja tim yang luar biasa.
“Per bulan lalu, Indonesia memiliki 124 GWR dan Jakarta punya 13 rekor. Saya pastikan bahwa dengan 15.110 peserta, Indonesia telah mencapai pemecahan rekor,” ucap Sonia.
Untuk diketahui, proses penilaian GWR berlangsung selama satu jam. Selama penilaian, peserta yang menunggu hasil tersebut disuguhi oleh hiburan dari pemenang Indonesian Idol 2023 Salma, Saung Angklung Udjo, dan Kahitna.
pergelaran angklung terbesar dari Indonesia itu turut dihadiri oleh Presiden Jokowi, Wakil Presiden Ma’ruf Amin, serta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim.
Keberhasilan Indonesia dalam mencatat sebagai negara yang berhasil menyelenggarakan pergelaran angklung terbesar dunia tak lepas dari peran Kemendikbudristek.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbud Ristek Ahmad Mahendra mengatakan, dukungan tersebut dilakukan dengan memfasilitasi sebanyak 20.060 unit angklung kepada 381 kelompok angklung. Tiap kelompok ini memiliki anggota sebanyak 40 orang.
“Kami menggandeng Saung Angklung Udjo (SAU) sebagai mitra. Kemendikbudritek juga turut menyusun konsep musikalitas, video konduktor, dan pelatihan angklung bagi seluruh peserta. Selain dilatih langsung oleh tim SAU, kami juga melibatkan 182 orang supervisor untuk mendampingi pelatihan mandiri tiap kelompok. Supervisor ini terdiri dari guru seni musik dan seniman angklung,” jelas Mahendra.
Sementara itu, Direktur SMA Kemendikbudristek Winner Jihad mengungkapkan bahwa Kemendikbudristek telah bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta, Jawa Barat (Jabar), dan Banten untuk mengumpulkan 1.000 peserta yang berasal dari 25 sekolah.
“Keterlibatan siswa SMA merupakan upaya untuk mengenalkan dan menumbuhkan kecintaan angklung ke generasi muda. Sebab, banyak nilai baik yang dapat dipelajari dari alat musik ini, seperti kolaborasi, disiplin, dan kesabaran," imbuh Winner.
Kolaborasi dari berbagai pihak yang terlibat, tambah Winner, merupakan semangat positif dalam pengelolaan warisan budaya Indonesia.
“Angklung memang telah diakui UNESCO sejak 16 November 2010, tapi keberlangsungan alat musik asli Indonesia yang telah mendunia ini adalah tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia,” katanya.
Di sisi lain, Ketua SAU Taufik Udjo meyakini bahwa perjuangan bersama Kemendikbudristek dapat menjadi pemicu untuk melekatkan budaya pada generasi bangsa sekaligus menginspirasi dunia dalam menghadapi tantangan global.