KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ( Kemendikbudristek) gencar mendorong kolaborasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kompetensi pada lulusan sekolah menengah kejuruan ( SMK).
Bahkan, upaya tersebut menjadi salah satu agenda besar dalam transformasi pendidikan vokasi yang berada di bawah program Merdeka Belajar.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi Kiki Yuliati mengatakan, kolaborasi dari para pemangku kepentingan jadi kunci penting untuk mewujudkan transformasi dalam pengembangan lulusan SMK.
Oleh karena itu, Kemendikbudristek siap membuka peluang kerja sama untuk pelatihan guru vokasi dengan berbagai pihak, salah satunya dengan perusahaan asal Belgia, Interuniversity Microelectronics Centre (IMEC).
Pelatihan tersebut merupakan upaya Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi guru-guru vokasi di Indonesia.
Selain IMEC, Kemendikbudristek juga menjajaki kerja sama dengan kamar dagang Jerman.
“Khusus industri, Kemendikbudristek telah melakukan kerja sama lintas kementerian untuk memetakan kebutuhan apa saja yang diperlukan saat ini dan di masa depan. Peta itulah yang akan menjadi panduan bagi Kemendikbudristek untuk menyusun kebijakan yang berdampak pada sumber daya manusia ( SDM) sesuai yang dibutuhkan,” ujar Kiki dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (21/4/2023).
Hal tersebut Kiki sampaikan pada kegiatan konferensi pada event Hannover Messe 2023, Jerman, pada Kamis (20/4/2021). Acara ini hadir dengan tema “Investasi Sumber Daya Manusia untuk Daya Saing Industri”.
Kemendikbudristek, lanjut Kiki, tengah berupaya untuk menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan industri. Dengan begitu, keterserapan tenaga kerja diharapkan bisa mencapai level tertinggi.
Adapun untuk memaksimalkan upaya tersebut, Kemendikbudristek telah membagi upaya transformasi ke dalam sejumlah kategori, mulai dari ekosistem, tenaga pendidik, pedagogi, kurikulum, hingga sistem evaluasi dalam pembelajaran.
“Kami mengutamakan pendidikan yang berbasis pada siswa, yakni dengan memberikan pendidikan menyenangkan. Ada pula program beasiswa, mulai dari beasiswa industri, magang, dan teaching factory di sekolah serta kampus yang dibangun dengan industri,” kata Kiki.
Baca juga: Kemendikbudristek Berkomitmen Dukung Peta Jalan Hilirisasi Inovasi Tanah Air
Kiki menambahkan, terdapat tiga nilai utama dalam sistem pendidikan vokasi saat ini.
Pertama, upaya pendidikan vokasi dalam menyiapkan lulusan sekaligus warga negara yang baik dan cintai Tanah Air.
Kedua, upaya peningkatan nilai ekonomi, yaitu tentang bagaimana lulusan SMK bisa sejalan dengan kebutuhan industri.
Ketiga, nilai sosial yang mana siswa perlu memahami bahwa keberadaan mereka di masyarakat harus membawa manfaat.
Sementara itu, Deputi bidang Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kementerian Koordinator bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) Rudy Salahuddin menjelaskan bahwa implementasi dalam membangun SDM tidaklah instan.
Meski begitu, Pemerintah Indonesia saat ini tetap menyiapkan pasar SDM dengan bantuan sistem informasi.
“Jadi, kita tahu bidang apa yang memerlukan SDM kritikal atau lapangan kerja apa yang dibutuhkan 10 tahun ke depan. Ada 30 pekerjaan baru yang harus disiapkan pemerintah untuk mengimbangi teknologi,” jelas Rudy.
Di sisi lain, Manajer Dukungan Teknis Pra-Penjualan IMEC Belgia Luc Lavaeren menuturkan, salah satu bidang industri yang saat ini membutuhkan banyak tenaga kerja adalah semikonduktor.
Ia pun mengaku sepakat dengan Kiki perihal pentingnya kolaborasi dalam memajukan sektor pendidikan.
“Kolaborasi pemerintah dan industri di bidang pendidikan adalah kunci sukses. Namun, sebaiknya kolaborasi dilakukan dengan lebih dari satu universitas, terutama pada bidang semikonduktor. Kalau hanya dengan satu perguruan tinggi, tidak akan cukup,” tutur Luc.