KOMPAS.com - Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim) berhasil meluncurkan kapal kayu tradisional dengan teknologi modern di laut lepas.
Keberhasilan tersebut didapat berkat dukungan dari program SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan Dukungan (SMK PK SPD).
Program tersebut merupakan salah satu program unggulan dalam Merdeka Belajar edisi vokasi yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Untuk diketahui, SMKN 3 Buduran menjadi salah satu dari 373 SMK di seluruh Indonesia yang menerima bantuan program SMK PK SPD 2022. Program ini bertujuan untuk menciptakan keselarasan antara dunia pendidikan dan industri, serta keterserapan siswa.
Para pelajar SMKN 3 Buduran sendiri tidak hanya diajarkan mendesain, tetapi juga merancang kapal di kelas sebagai wujud nyata dalam menekuni bidang perkapalan.
Baca juga: 7 Prospek Kerja Jurusan Teknik Perkapalan, Lulusan Banyak Dibutuhkan
Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Kiki Yuliati mengatakan, pihaknya ingin memberikan pengalaman belajar secara lebih nyata bagi para siswa melalui program pembangunan revitalisasi kapal.
“Dari pengalaman itu akan lahir banyak sumber daya manusia (SDM) unggul. Dengan SDM unggul akan mampu membangun dan mengembangkan teknologi kapal kayu atau tradisional yang masih banyak diperlukan oleh para nelayan di Indonesia,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (25/3/2023).
Pembangunan revitalisasi kapal merupakan salah satu tujuan dari program Revitalisasi Jalur Rempah yang diinisiasi Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan dengan menggandeng Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek.
Selain revitalisasi kapal tradisional, Revitalisasi Jalur Rempah berfokus pada penanaman kembali berbagai jenis rempah dan mengaktifkan kembali pelabuhan-pelabuhan bersejarah.
Baca juga: Air Laut Surut, Penyeberangan di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi Sempat Terkendala
Sebagai salah satu pembuat kapal, siswa SMKN 3 Buduran Nur Afifah tak bisa menyembunyikan rasa haru dan bangga saat menyaksikan kapal dengan nama “Putri Mayang Madu” itu bisa melaut di Perairan Lamongan, Jatim.
Siswa kelas 12 Jurusan Interior Kapal ini mengaku tidak menyangka bisa menuangkan ilmu yang dipelajari bisa diwujudkan secara nyata.
“Sama sekali tidak menyangka bahwa akhirnya kami semua bisa menuangkan semua ilmu yang kami pelajari selama ini dalam proyek (revitalisasi kapal tradisional) yang nyata di kapal ijon-ijon (jenis) ini,” kata gadis yang akrab disapa Ifa di Dermaga Pelabuhan Penumpang, Paciran, Lamongan, Jatim, Senin (13/3/2023).
Untuk diketahui, kapal ijon-ijon merupakan perahu khas Lamongan, tepatnya Desa Kandangsemangkon, Kecamatan Paciran dengan proses pembuatannya diperoleh secara turun-temurun.
Baca juga: Kronologi Perahu Tambang Tenggelam di Kali Surabaya, Penumpang Lihat Geladak Bocor
Selain menjadi perahu tradisional khas Desa Kandangsemangkon, kapal ijon-ijon memiliki nilai historis tinggi. Kapal ini berperan penting dalam membantu evakuasi para korban Kapal Van Der Wijck yang tenggelam di Perairan Lamongan pada 1936.
Ifa mengungkapkan, Kapal Putri Mayang Madu merupakan proyek bersama dengan 31 siswa SMKN 3 Buduran di bawah bimbingan guru dan para mentor yang ahli di bidang masing-masing.
Lebih lanjut, ia menyampaikan, kapal tersebut dibuat melalui project based learning (PBL) di bawah bimbingan dari mitra industri, yakni PT Tunas Maritim Global dan Rosyid Collage.
“Tujuan saya mengikuti proyek kapal ijon-ijon ini, utamanya untuk menambah pengalaman dalam membuat kapal secara nyata, khususnya kapal kayu. Ternyata, apa yang saya dapatkan lebih dari sekedar pengalaman. Semuanya sangat berkesan,” kata Ifa.
Baca juga: Founder Kampung Inggris MM: Kompetensi dan Pengalaman Jadi Pendukung Kemampuan Bahasa Inggris
Pada kesempatan yang sama, Kepala SMKN 3 Buduran Eko Budi Agus Supriatna mengatakan, sekolahnya memang lebih dahulu dikenal sebagai Sekolah Teknik Menengah (STM) Perkapalan Sidoarjo sebelum menjadi SMKN 3 Buduran.
Sekolah tersebut, kata dia, sudah pernah menghasilkan beberapa produk kapal dari fiber ataupun aluminium dengan ukuran yang relatif kecil.
“Kapal Putri Mayang Madu ini adalah kapal kayu pertama kami dan sekaligus membuktikan bahwa SMK bisa. Ketika SMK diberi kepercayaan mereka bisa,” kata Eko bersemangat.
Selain siswa dan siswi SMKN 3 Buduran, lanjut dia, pembuatan kapal juga melibatkan siswa SMK Sunan Drajat Lamongan.
Eko menjelaskan, peserta didik SMK Negeri 3 Buduran dari Kompetensi Keahlian Interior Kapal dan Desain Rancang Bangun Kapal telah mendesain ulang dan membangun kembali kapal tradisional.
Revitalisasi kapal tersebut, kata dia, dilakukan dengan pendampingan dari Rosyid College Maritime and Arts dan PT Tunas Maritim Global.
“Awalnya, kami diberi tantangan dari Dirjen Kebudayaan yang memang sedang ada kegiatan Revitalisasi Jalur Rempah. Salah satu tujuannya adalah membangun kapal kayu tradisional yang memang mulai punah,” imbuh Eko.
Sebagai salah satu sekolah vokasi di bidang perkapalan, ia menyebutkan, SMKN 3 Buduran akhirnya ditunjuk untuk mengerjakan proyek revitalisasi kapal tradisional jenis ijon-ijon.
Melalui Direktorat SMK, sebut Eko, SMKN 3 Buduran kemudian mendapat bantuan program melalui program SMK PK SPD.
"SMKN 3 Buduran akhirnya menggandeng PT Tunas Maritim Global yang memang memiliki pengalaman dalam pembuatan kapal kayu,” katanya.
Baca juga: TNI AL Koordinasi dengan Kemhan soal Kerja Sama Pembuatan Kapal Selam dengan Korsel
Untuk desain kapal, Eko menjelaskan, SMKN 3 Buduran menggandeng Rosyid College of Arts and Maritime Studies sebagai konsultan.
“Dari situ, para siswa kemudian akan menggambar kapal tersebut dalam kertas kerja dan menghitung spesifikasi kapal. (Kegiatan ini) tentu (dilakukan) dengan bimbingan dari mitra kami,” ujar Eko.
Lebih lanjut Eko mengatakan, proses pembuatan kapal secara keseluruhan dikerjakan dengan cara simultan di bengkel Interior Kapal SMK Negeri 3 Buduran dan di galangan kapal rakyat Desa Kandangsemangkon.
Ia menuturkan, pembuatan rumah kemudi dan gading-gading kapal dilakukan di bengkel sekolah.
“Sementara itu, proses assembling sampai dengan finishing dilakukan di Kandangsemangkon,” tutur Eko.
Baca juga: Ledakan Galangan Kapal di Batam Disebut Terjadi karena Kesalahan Pekerja
Ia menjelaskan, galangan kapal rakyat dipilih sebagai salah satu tempat produksi agar para siswa dapat berinteraksi langsung dengan para perajin kapal kayu tradisional di Desa Kandangsemangkon.
Selain itu, sebut Eko, para siswa juga bisa mengamati bagaimana masyarakat membuat kapal tradisional sembari membuat kapal.
“Jadi, ada proses transfer ilmu dan transfer teknologi antara siswa dan juga masyarakat. Interaksi ini akan memperkaya kemampuan hard skills dan soft skills,” kata Eko.
Melalui proyek kapal tersebut, ia meyakini, para siswa siswi dapat mengimplementasikan ilmu yang didapat di bangku sekolah ke dalam proyek nyata.
“Misalnya, siswa Jurusan Teknik Mesin, mereka membuat langsung elektrifikasi di kapal termasuk kebutuhan komunikasi kapal dan memasang solar panel,” jelas Eko.
Baca juga: Pakai Solar Panel di Tower BTS-nya, Mitratel Hemat Biaya Operasi 15-20 Persen
Sementara itu, lanjut dia, para siswa Jurusan Desain Rancang Bangun Kapal yang terlibat dalam proses perancangan kapal berperan untuk menghitung berbagai ukuran kapal yang diproduksi.
Dari kegiatan revitalisasi kapal ijon-ijon itu, kata Eko, SMKN 3 Buduran berencana untuk mengembangkan proyek ini menjadi teaching factory.
“Tapi mungkin (akan dikembangkan) untuk kapal ukuran kecil atau kapal-kapal keperluan pariwisata,” imbuhnya.