KOMPAS.com — Kesuksesan pemerintah Indonesia dalam Presidensi Group of Twenty (G20) membawa tiga isu prioritas, yaitu infrastruktur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi.
Isu mengenai transisi energi sangat relevan karena tantangan dunia menghadapi dampak krisis iklim.
Apalagi, Pemerintah Indonesia saat ini menargetkan pengurangan 41 persen jejak karbon pada 2030, dan target Net Zero Emission (NZE) 2060.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim dalam berbagai kesempatan konsisten menyuarakan pentingnya pendidikan untuk dapat menjawab tantangan krisis iklim.
“Untuk menghadapi tantangan dunia terbesar saat ini, yaitu perubahan iklim, kita memerlukan gotong royong dari para ilmuwan, insinyur, aktivis, dan masih banyak pihak untuk bersama bergerak menjemput bola dan mencari solusi dengan cepat," tutur Nadiem, dikutip dari keterangan persnya, Selasa (6/12/2022).
Baca juga: Ciptakan Ruang Belajar yang Aman, Ini Upaya Kemendikbudristek dalam Memerdekakan Pendidikan
Ia melanjutkan, dalam skema kebijakan Merdeka Belajar, pendidikan vokasi merupakan prioritas kami untuk bisa menjawab kebutuhan zaman, termasuk di dalamnya mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul yang mampu menciptakan solusi akan krisis iklim.
"Misalnya, dalam inovasi kendaraan listrik, kami menilai hal ini prioritas. Oleh karena itu, skema kebijakan kami di pendidikan vokasi dirancang untuk dapat mendorong inovasi-inovasi penciptaan teknologi terkait baik dari hulu hingga hilirisasi produk," paparnya.
Sejalan dengan imbauan Mendikbudristek, inovasi-inovasi nyata karya anak bangsa untuk menangani krisis iklim semakin terakselerasi cepat.
Berbagai upaya nyata muncul pemerintah bersama berbagai insan pendidikan, mulai dari tingkat SMK hingga perguruan tinggi vokasi.
Semuanya dilakukan untuk mendukung upaya penanganan krisis iklim berkelanjutan dengan prinsip green economy.
Baca juga: Lewat KIP Kuliah Merdeka, Kemendikbudristek Wujudkan Impian Generasi Muda Indonesia
Pembelajaran di pendidikan vokasi telah dan terus ditransformasi sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), salah satunya melalui pelibatan peran industri yang semakin masif.
Prosesnya tidak hanya dalam penyiapan kurikulum, tetapi juga penyediaan tempat praktik kerja lapangan atau magang, pelibatan praktisi untuk mengajar, dan mengembangkan teaching factory.
Buktinya, saat ini semakin banyak kelas industri yang diselenggarakan di SMK dan perguruan tinggi vokasi.
Contohnya, sejumlah politeknik bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia KADIN) menyusun panduan rencana pembelajaran untuk magang industri selama sedikitnya satu semester.
Tujuannya agar pelaksanaan magang bisa lebih konsisten, lebih efektif, dan mudah dipahami, baik oleh industri maupun perguruan tinggi.
Baca juga: Tingkatkan Peran Generasi Muda, Kemendikbudristek Gelar Acara Puncak Bulan Bahasa dan Sastra 2022
Pendidikan vokasi baik SMK dan perguruan tinggi juga terus mempersiapkan SDM terampil di sektor industri kendaran listrik atau EV dan energi terbarukan lainnya.
Untuk menjawab kebutuhan industri saat ini, ada empat Program Sarjana Terapan (D4) Spesialisasi 1 Tahun Energi Terbarukan pada empat politeknik di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknolog ( Kemendikbudristek).
Institusi pendidikan itu adalah Politeknik Negeri Bali, Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Manado, Politeknik Negeri Ujung Pandang, dan PEM Akamigas di bawah Kementerian ESDM.
Selain itu, pendidikan tinggi vokasi juga dapat mengembangkan program studi yang secara penuh spesifik mengenai energi baru terbarukan, yakni Sarjana Terapan (D4) Teknik Energi terbarukan di Politeknik Negeri Jember yang didirikan sejak tahun 2008.
Kemudian ada Program Magister Terapan Program Studi Teknik Energi Terbarukan yang berdiri sejak 2016 di Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.
Baca juga: Kolaborasi Unicharm dengan Kemendikbudristek, Ciptakan Budaya Hidup Sehat dan Bersih
Pembelajaran seperti ini mengasah keterampilan siswa dan mahasiswa vokasi dan meningkatkan kebekerjaan mereka.
Dalam hal pengembangan energi panas bumi, perguruan tinggi juga terlibat intensif mulai dari prospecting, planning, design, hingga pengoperasian.
Politeknik juga mengembangkan kerja sama dengan industri dalam mengembangkan pembangkit listrik tenaga bayu (angin) dan surya untuk daerah terpencil dari Politeknik Negeri Malang (Polinema).
Selanjutnya, pompa air tanah solar wind system (SWS) kerja sama Politeknik Negeri Cilacap dengan PT Pertamina.
Ada juga kerja sama solar home system (SHS), PLTS off-grid, on-grid, dan hybrid antara Politeknik Negeri Ujung Pandang dengan PT PLN Nusantara Power melalui program Matching Fund Vokasi.
Baca juga: Berupa Hak Pakai, Sertifikat Tanah Candi Borobudur Diserahkan ke Kemendikbudristek
Penyiapan SDM kompeten bidang EV juga dilakukan pada tingkat SMK. Kontribusi SMK ini tidak lepas dari pengembangan konsentrasi keahlian yang terus disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan kekinian termasuk untuk mendukung kebutuhan industri EV.
Selain program keahlian otomotif, beberapa kompetensi keahlian yang relevan dengan bidang energi terbarukan juga terus dikembangkan, antara lain teknik energi biomassa, teknik energi surya hidro dan angin, serta teknik energi terbarukan dengan total 46 SMK dan 2.745 siswa.
Selain itu, kompetensi keahlian lainnya juga terus disiapkan untuk semakin relevan dengan kebutuhan industri energi terbarukan, seperti kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan otomotif yang saat ini kontennya diarahkan untuk juga mempelajari motor listrik.
Selain itu, pembelajaran di SMK dibarengi dengan inovasi elektrifikasi transportasi melalui teaching factory.
SMK Nasional Malang mengembangkan sepeda motor listrik bernama Cassa Trail dengan sistem project based learning yang melibatkan beberapa konsentrasi keahlian di SMK tersebut.
Baca juga: Tingkatkan SDM Ekosistem Keuangan, BNI Gandeng Kemendikbudristek
Proses pembuatan sepeda motor listrik dimulai dari pembuatan kerangka sepeda motor yang dibuat jurusan teknik kendaraan ringan otomotif (TKRO).
Sedangkan untuk urusan desain dan mesin yang menjadi penggerak sepeda motor dipercayakan pada teknik dan bisnis sepeda motor (TBSM) dan teknik pemesinan (TPM).
Pendidikan vokasi hari ini terus diupayakan Kemendikbudristek untuk turut diselaraskan untuk berjalan beriringan dengan entitas bisnis.
Teranyar, Direktorat SMK menggandeng Schneider Electric menyelenggarakan Electrical Education Program & Competition (EEPC), yakni program pendidikan dan pelatihan vokasi untuk pengembangan kompetensi para calon ahli listrik Indonesia selama tiga pekan.
Program ini melatih sekitar 7.102 siswa serta guru yang berasal dari 103 SMK jurusan kelistrikan pada Oktober 2022. Timeline-nya sudah berjalan sejak 2019 lalu.
Baca juga: Buku PPKn Kelas VII Ditarik, Kemendikbudristek Langsung Lakukan Revisi
Selain pelatihan tersebut, ada pula kerja sama pengembangan SMK bidang energi terbarukan yang telah berjalan selama tiga tahun.
Program tersebut telah menyalurkan bantuan senilai total Rp 6,6 miliar untuk pengembangan bidang kelistrikan di 14 SMK bidang energi terbarukan. Dananya bersumber dari Schneider dan pemerintah Perancis.
Pendidikan vokasi mengarusutamakan transformasi pendidikan tidak hanya dari sisi persiapan lulusan yang berbekal kompetensi siap kerja dan berwirausaha, tetapi juga kompetensi berkreasi dan menghasilkan produk atau jasa unggulan yang ramah lingkungan.
Pendidikan vokasi berporos pada transformasi kemitraan industri dan satuan pendidikan untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) kompeten masa depan.
Transformasi itu dikemas dalam dua kebijakan utama, yaitu SMK Pusat Keunggulan dan Matching Fund Vokasi.
Baca juga: Kemendikbudristek Buka Lowongan Kerja Penerjemah Buku Bahasa Arab
Selain itu, Mendikbudristek terus mendorong peningkatan praktisi untuk turut aktif mengajar di SMK dan perguruan tinggi vokasi.
Program SMK Pusat Keunggulan tahun 2022 diperkuat dengan upaya pemadanan dana industri untuk memperkuat pembelajaran di SMK melalui teaching factory.
Teaching factory berhasil mendapatkan dukungan dari industri dan mampu meraih dana kolaborasi sebesar Rp1,065 triliun.
Sementara di perguruan tinggi vokasi, program Matching Fund Vokasi berhasil meraih total dana kolaborasi sebesar Rp 133,01 miliar.
Program tersebut mengalami empat kali lipat peningkatan jumlah proposal kerja sama industri dan perguruan tinggi vokasi dari tahun sebelumnya.
Sebagai contoh, dalam program Matching Fund Vokasi, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) bekerja sama dengan VKTR dari Bakrie Group mengembangkan operating system (OS) dan aplikasi untuk bus listrik dengan dana sebesar Rp2 miliar.
Baca juga: Ditjen Dikti Kemendikbudristek Buka Lowongan Magang 6 Posisi
PENS juga bergotong royong dengan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) dalam pengembangan teknologi baterainya.
Program pengembangan EV pada PENS mewadahi mahasiswa agar dapat mengerjakan proyek bersama dosen dalam skema Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Dari kegiatan itu, PENS akhirnya berhasil membuat motor listrik yang murni buatan sendiri, bahkan untuk komponen yang selama ini masih impor.
Contoh lain di tingkat SMK adalah SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi yang merupakan penerima program SMK Pusat Keunggulan.
SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi memberikan solusi kelangkaan energi dan kerusakan lingkungan akibat gas buang kendaraan.
Pihak sekolah mengembangkan mobil listrik tenaga surya yang diberi nama Suryawangsa 2 Arjuna 4.0. Mobil listrik dua penumpang itu membutuhkan waktu pengerjaan hingga 6 bulan.
Baca juga: Kemendikbudristek: Draf RUU Sisdiknas Masih Jauh dari Resmi, Berubah dari Hari ke Hari
Prosesnya melibatkan guru dan siswa serta berkolaborasi dengan Laboratorium Power System Operation and Control ITS.
Suryawangsa 2 Arjuna 4.0 telah dijajal oleh Presiden Jokowisaat menghadiri muktamar Muhammadiyah 2022 beberapa waktu lalu.