KOMPAS.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, pihaknya akan terus mendorong dan memastikan ekosistem teknologi pendidikan yang diluncurkan agar dapat terus digunakan.
Selain itu, lanjut dia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) akan terus mendorong lahirnya inovasi ekosistem teknologi, baik dalam pembelajaran maupun administrasi pendidikan.
“Saya berharap platform-platform yang telah dibuat dapat menghasilkan begitu banyak karya, inovasi, dan kepercayaan diri pada dosen, guru, murid, dan mahasiswa di seluruh Indonesia untuk berani tampil, berani mencoba hal baru, berani gagal. Hanya dengan cara itu kita bisa berani sukses,” imbuhnya seperti yang dimuat dalam laman kemdikbud.go.id, Kamis (11/8/2022).
Pernyataan tersebut disampaikan Nadiem dalam acara dialog bersama penerima manfaat Ekosistem Teknologi Kemendikbud Ristek dengan tema “Transformasi dan Inovasi di Sektor Pendidikan Melalui Teknologi” pada peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-27 Tahun 2022, di Kantor Kemendikbud Ristek, Jakarta, Rabu (10/8/2022).
Pada momentum Hakteknas kali ini, Kemendikbud Ristek mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bergabung dalam gerakan transformasi pendidikan nasional melalui Merdeka Belajar.
Baca juga: Kemendikbud Ristek: Program Organisasi Penggerak Dorong Transformasi Pendidikan
Seperti diketahui, selama 20 tahun terakhir, Indonesia mengalami krisis pembelajaran. Hal ini dibuktikan dari hasil tes Programme for International Student Assessment (PISA) yang menunjukkan literasi, numerasi, dan sains peserta didik di Indonesia tidak ada peningkatan signifikan.
Di samping itu, 70 persen siswa usia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum untuk literasi dan numerasi.
Merujuk data-data tersebut, Kemendikbud Ristek merancang dan meluncurkan ekosistem teknologi pendidikan sebagai akselerator dari transformasi pendidikan nasional.
Setelah berhasil diluncurkan, Nadiem mengaku terharu atas capaian transformasi digital Kemendikbud Ristek dalam menyediakan platform yang bermanfaat bagi ekosistem pendidikan di Indonesia.
"Saya melihatnya itu merinding, karena tiga tahun yang lalu kami mencanangkan ide untuk benar-benar mendigitalisasi aktivitas kami di Kemendikbud. Pada saat itu, saya sama sekali tidak mengetahui apakah hal sebesar ini bisa terjadi atau tidak, tapi kami berkomitmen. Ternyata hasilnya terlihat sekali," imbuhnya.
Baca juga: Unkris dan Usahid Sepakat Sinergikan Merdeka Belajar Kampus Merdeka
Pada kesempatan itu, Nadiem mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengguna platform teknologi yang telah diluncurkan Kemendikbud Ristek melalui Merdeka Belajar.
“Terima kasih untuk lebih dari 1,2 juta pendidik sudah mengakses dan saling berbagi materi di platform Merdeka Mengajar, sebuah kanal bagi guru-guru untuk belajar, mengajar, dan berkarya serta mendukung implementasi Kurikulum Merdeka,” jelasnya.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga berterima kasih kepada 3,2 juta pendidik dan dinas pendidikan (disdik) di seluruh Indonesia yang telah mengakses berbagai platform teknologi dengan akun belajar.id.
Tak hanya pendidik, ucapan terima kasih juga diberikan Nadiem kepada 714.000 mahasiswa, 2.600 perguruan tinggi, 2.700 mitra industri, dan 43.000 praktisi yang telah berkolaborasi untuk mewujudkan terobosan Belajar Kampus Merdeka.
Lebih dari itu, ia juga berterima kasih kepada para pelopor yang telah percaya dan mulai memanfaatkan setiap ekosistem teknologi yang dibangun Kemendikbud Ristek.
Baca juga: Produsen Ban Ini Pamer Teknologi dan Inovasi Baru
“Sebanyak 364.000 sekolah telah memanfaatkan terobosan teknologi Kemendikbud Ristek untuk menghadirkan transformasi pembelajaran yang menyeluruh bagi peserta didik,” kata Nadiem.
Ia menjelaskan, pada platform Rapor Pendidikan, lebih dari 100.000 satuan pendidikan telah mengidentifikasi capaian hasil belajar peserta didik hingga iklim keamanan sekolah.
Begitu pula, penggunaan platform Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (ARKAS) dan Sistem Informasi Pengadaan di Sekolah (SIPLah) juga telah digunakan lebih dari 200.000 satuan pendidikan untuk mengelola anggaran dan pengadaan yang transparan.
“Aplikasi ini membantu sekolah-sekolah di Indonesia melakukan penganggaran, pengadaan, dan pelaporan dana pendidikan secara efisien dan akuntabel,” tutur Nadiem.
Dalam implementasinya, kata dia, banyak pihak yang diajak berusaha keras beradaptasi dan keluar dari zona nyaman untuk berubah.
Baca juga: Doni Sukses Berbisnis Madu setelah Tinggalkan Zona Nyaman sebagai Pegawai Bank
“Ini adalah sebuah langkah berani para pelopor kemajuan teknologi dalam dunia pendidikan, para penggerak Merdeka Belajar,” ungkapnya.
Melihat kesungguhan tersebut, Nadiem memberikan apresiasi tinggi. Ia menilai teknologi telah membantu menggerakkan langkah bersama untuk mengakselerasi transformasi pendidikan.
Meski demikian, Nadiem menyadari bahwa masih banyak yang harus disempurnakan.
Salah satunya transformasi pendidikan yang tidak mudah diputarbalikkan. Oleh karena itu, diperlukan gotong royong dan kolaborasi semua pihak untuk menghadirkan lompatan kemajuan.
“Ini awal dari perjalanan yang sangat panjang menuju pembelajaran yang jauh lebih relevan, pembelajaran yang jauh lebih merdeka, dan pembelajaran yang jauh lebih menyenangkan untuk semua pelajar di Indonesia,” jelas Nadiem.
Baca juga: Percepat Transformasi Digital, Perbankan Butuh Solusi TI Terkini
Keberhasilan dari transformasi digital Kemendikbud Ristek sendiri mendapat respons positif dari para pengguna.
Respons pertama disampaikan oleh Kepala Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS) Gabungan Kota Jayapura, Sandra Grace Titihalawa.
Sandra yang juga menjadi salah satu narasumber pada dialog bersama penerima manfaat Ekosistem Teknologi Kemendikbud Ristek mengaku, ada banyak manfaat dari ekosistem teknologi pendidikan di sekolahnya. Pertama, yaitu platform Merdeka Mengajar.
Menurutnya, keberadaan platform Merdeka Mengajar membuat para guru di sekolahnya tidak perlu lagi meninggalkan anak didik mereka ketika mengikuti pelatihan.
“Dengan adanya fitur belajar mandiri dalam platform Merdeka Mengajar, guru tidak lagi meninggalkan kelas. Mereka juga mencari waktu kosong untuk meningkatkan pemahaman terkait dengan apa itu Kurikulum Merdeka,” ucap Sandra.
Baca juga: Kurikulum Merdeka dan Perlunya Persiapan Sekolah
Platform kedua, lanjut dia, adalah Rapor Pendidikan yang dapat menjelaskan karakteristik sekolah.
“Kami bisa melihat level sekolah, ada di mana anak-anak kami, sehingga dari Rapor Pendidikan ini kami coba membedah. Kemudian kami menyusun program supaya anak-anak dapat meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi dan juga meningkatkan karakter,” tutur Sandra.
Ketiga, lanjut dia, penggunaan platform Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (ARKAS).
Sandra menuturkan, selama ini sekolahnya memerlukan kertas yang banyak untuk membuat laporan.
“Melalui ARKAS, kami sangat terbantu karena hanya menginput di platform ini kemudian pelaporannya dan bukti fisiknya disimpan di sekolah. Itu yang sangat membantu pekerjaan kami secara efektif tidak membutuhkan banyak waktu dalam proses manajemen sekolah,” ujarnya gembira.
Baca juga: Siswa Bully Guru di Jakut, Sudin Pendidikan Minta Pembenahan Manajemen Sekolah
Senada dengan Sandra, Guru Penggerak angkatan II yang bertugas di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 7 Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Nasmur Muhammad Tahir Kohar juga menceritakan manfaat Platform Merdeka Mengajar.
Ia mengaku, pihaknya dapat belajar secara mandiri bagaimana mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di sekolah masing-masing.
“Di situlah kami belajar bagaimana menarik tujuan dari capaian pembelajaran sampai bagaimana membuat modul dan merevisi sebuah modul,” tutur Nasmur.
Ia mengungkapkan bahwa platform Merdeka Mengajar memiliki makna tersendiri, yaitu belajar dan berbagi. Menurut Nasmur, dua kata tersebut sangat bermakna bagi pihaknya.
Respons positif lainnya datang dari Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Muhammad Nur Yuniarto yang telah melakukan inovasi berupa Motor Listrik Gesit.
Baca juga: Ada Desainer Italjet di Balik Motor Listrik Alva
Sebelum adanya platform Kedaireka, Dosen Teknik Mesin ini menuturkan bahwa ia dan rekan-rekan inovator di perguruan tinggi kesulitan mencari pendanaan dan melakukan promosi hasil karya inovasinya.
“Untuk mendapatkan partner itu sulitnya setengah mati, sehingga kami harus jualan nih door to door, sampai tidak ada yang mau melirik. Dengan adanya Kedaireka kami mencoba menyambutnya,” ungkap Nur Yuniarto yang kini berhasil memproduksi dan menggunakan Motor Listrik Gesit secara masif.
Sementara itu, Siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Raden Umar Said (RUS) Kudus Kailila Talita mengungkapkan, platform kolaborasi yang dikembangkan Kemendikbud Ristek memberikan ruang siswa untuk berinovasi dan berkreasi.
Melalui project kolaborasi Vokasiland, ia mengaku bisa belajar banyak hal baru, termasuk soft skill dalam berkomunikasi.
Pasalnya, Kailila harus berkolaborasi di tengah pandemi dengan mahasiswa Politeknik Negeri Batam dan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.
Baca juga: Tips Memilih Tempat Magang ala Ditjen Vokasi
"Jadi, di sekolah saya itu ada berbagai macam karya seperti film, animasi, dan games. Salah satu contoh dari games itu project Mahakarya vokasi kami yang merupakan kolaborasi dari kampus vokasi yang lain," ungkapnya yang merupakan salah satu ilustrator Vokasiland.
Dari respons para pengguna ekosistem teknologi pendidikan, Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Kapusdatin) M Hasan Chabibie mengungkapkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memegang peranan penting dalam transformasi pendidikan nasional.
“(Hal ini) Sesuai dengan arahan langsung dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk dapat memanfaatkan teknologi dalam memecahkan masalah krisis pendidikan yang ada,” ujarnya pada sesi pemaparan tiga pilar puncak peringatan Hakteknas ke-27.
Dari pembuatan platform-platform yang sudah ada pada ekosistem teknologi pendidikan saat ini, Hasan berharap seluruh pemangku kepentingan di dunia pendidikan Indonesia dapat melakukan lompatan kemajuan secara bersama-sama.
Adapun platform-platform yang sudah ada pada ekosistem teknologi pendidikan di Indonesia saat ini adalah Merdeka Mengajar, Rapor Pendidikan, ARKAS, SIPLah, Tanya BOS, Akun Belajar.id dan Kampus Merdeka.
Baca juga: Dukung Kampus Merdeka, UT Optimalkan Rekognisi Pembelajaran Lampau
Untuk diketahui, ekosistem teknologi pendidikan di Indonesia per Agustus 2022 sudah menjangkau 364.000 satuan pendidikan di 514 kabupaten dan kota.
Satuan pendidikan itu terbagi pada 435.000 sekolah dasar (SD), SMP, SMA, SMK, dan pendidikan anak usia dini (PAUD). Kemudian, menjangkau 2,7 juta lebih guru dari 3,7 juta pendidik, 724.000 mahasiswa.
Ekosistem teknologi pendidikan juga menjangkau 2.655 perguruan tinggi dan vokasi dari total 3.115 seluruh Indonesia. Hal ini termasuk 2.700 lebih mitra industri, 84.000 lebih penyedia barang dan jasa, serta 35 juta total peserta didik.
Dalam pengembangan berbagai platform tersebut, Kemendikbud Ristek bekerja sama dengan GovTech Edu yang merupakan mitra strategis untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih baik.
Chief Technology Officer (CTO) GovTech Edu Ibrahim Arief mengatakan bahwa Platform Merdeka Mengajar memberikan berbagai manfaat.
Baca juga: Cerita Para Guru Gunakan Platform Merdeka Mengajar Kurikulum Merdeka
Pertama, kata dia, membantu guru dalam mengajar sesuai kemampuan murid. Kedua, mengakses materi pelatihan mandiri kapan pun di mana pun.
Ketiga, membantu guru menginspirasi rekan sejawat dan terkoneksi ke banyak komunitas guru di seluruh Indonesia.
“Setelah enam bulan dirilis, aplikasi platform ini telah diunduh sebanyak 1,6 juta lebih pengguna,” tutur Ibrahim bangga.
Sebanyak 312.000 lebih guru, lanjut dia, telah mengunduh perangkat ajar. Lebih dari 51.000 lebih Bukti Karya telah dibagikan kepada 1.000 komunitas guru di seluruh Indonesia. Kurang lebih total konten tersedia di dalam platform Merdeka Mengajar adalah 55.000
“Pencapaian tersebut tentunya bukanlah hasil akhir, karena platform ini akan terus dikembangkan secara berkelanjutan,” imbuh Ibrahim.
Baca juga: Daftar Film dan Serial yang Tayang di Platform Streaming Selama Agustus
Untuk program keberlanjutan, Kemendikbud Ristek sendiri terus mendorong kerja sama antara kampus dengan industri melalui platform Kedaireka.
Platform Kedaireka mempertemukan civitas akademik perguruan tinggi dari berbagai kampus di Indonesia dengan industri, lembaga nonpemerintah, dan institusi internasional.
Ketua Kedaireka Mahir Bayasut mengatakan, pihaknya juga berupaya meningkatkan inovasi di jenjang pendidikan tinggi dan pendidikan vokasi.
“Upaya ini dilakukan karena adanya peningkatan yang signifikan dari 2021 ke 2022. Jumlah perguruan tinggi yang menggunakan platform Kedaireka meningkat tiga kali, yaitu sebanyak 509 perguruan tinggi, 27.184 dosen, dan 143.683 mahasiswa,” tuturnya.
Selain itu, lanjut Mahir, Kemendikbud Ristek pada 2022 telah berhasil menggulirkan total matching fund (dana padanan) sebesar Rp 5,4 triliun dan total dana kontribusi mitra atau Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) sebesar Rp 5,7 triliun.
Baca juga: Terima Anugerah DUDI Awards 2021, Trakindo Berkomitmen Dukung Pendidikan Vokasi
“Total dana kolaborasi di Kedaireka mencapai sebesar Rp 11,2 triliun,” imbuhnya.