KOMPAS.com – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim berpesan kepada semua peserta program “Bangkit 2021” untuk berani mencoba hal-hal baru.
“Ketika teman-teman sudah keluar dari program Bangkit, sadari itu dan sebarkan kemampuan dan kemauan untuk mengambil risiko, mencoba hal-hal baru, banyak bertanya, banyak mencoba, dan banyak berkarya,” pesan Nadiem dalam agenda kelulusan Bangkit 2021 yang digelar virtual melalui kanal YouTube Google Indonesia dan Ditjen Dikti, Kamis (15/7/2021).
Ia menuturkan, Bangkit 2021 yang diselenggarakan Google merupakan program yang sesuai dan selaras dengan spirit “ Kampus Merdeka” dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ( Kemendikbud Ristek).
“Bangkit ini merupakan salah satu bentuk kolaborasi program di Kampus Merdeka yang membuat kita semua bangga karena jumlahnya sangat besar dan para lulusan yang hebat-hebat. Saya sudah sering berbicara dengan mereka semua,” kata Nadiem.
Baca juga: Nadiem Tegaskan Fokus Utama Riset Kementeriannya Ada di Universitas
Menurut dia, adanya program Bangkit itu juga diharapkan dapat menjangkau lebih banyak peserta dari luar Jawa, sehingga solusi-solusi berbasis teknologi bagi masyarakat bisa tercipta.
“Semoga inovasi berbasis teknologi ini nantinya dapat memberikan lompatan besar dan menjadikan Indonesia sebagai pemain global tangguh pada masa depan,” harapnya.
Lebih lanjut, Nadiem mengucapkan selamat kepada para peserta yang lulus. Ia berpesan kepada semua peserta untuk menyampaikan gerakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka di kampus masing-masing.
Sebagai informasi, pada Kamis (15/7/2021), Google resmi meluluskan 2.250 mahasiswa dari 250 universitas yang mengikuti program “Bangkit 2021”. Semua peserta lulus setelah menyelesaikan 700 kursus yang berlangsung selama enam bulan.
Baca juga: Tantangan Terbesar dalam Hidup Nadiem Makarim...
Khusus tahun ini, para peserta menyelesaikan materi kursus satu semester atau setara dengan 20 sistem kredit semester (SKS).
Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf mengungkapkan, syarat untuk bisa lolos dari program Bangkit tidaklah mudah.
Sebab, program tersebut memiliki kurikulum menantang dan disertai dengan banyak tugas yang mendorong para mahasiswa untuk mengimplementasikan kemampuan baru mereka.
“Kami sangat bangga kepada semua siswa program ini, karena 30 persen peserta adalah perempuan dan 70 persen dari keseluruhan peserta berasal dari kota-kota kecil di daerah dan wilayah pedesaan se-Indonesia,” terang Randy melalui keterangan persnya, dikutip Kompas.com, Kamis.
Baca juga: Menteri Nadiem: RI Butuh Pemimpin yang Berani Ambil Risiko
Randy berujar, pihaknya merasa sangat bangga dengan pencapaian tersebut. Ia bahkan merasa bahwa dukungan dan dorongan Kemendikbud Ristek sangat membantu pelaksanaan program tersebut.
Untuk diketahui, Google merancang program Bangkit untuk mempersiapkan para mahasiswa dengan keterampilan dan sertifikasi teknologi yang sangat dibutuhkan saat ini.
Para mahasiswa itu dinilai telah lolos menyelesaikan kurikulum ketat dalam bidang machine learning, cloud computing, dan pengembangan seluler Android.
Dalam program tersebut, Google bekerja sama dengan pemerintah dan universitas untuk mengembangkan kurikulum Bangkit dan berkolaborasi lewat program Kampus Merdeka.
Baca juga: Kampus Mengajar, Satu Mahasiswa Undip Bertemu Jokowi dan Nadiem
Adapun tingkat kelulusan tahun 2021 dinilai memiliki kesulitan 80 persen lebih tinggi dibandingkan tingkat kelulusan pada 2020. Saat itu, program Bangkit hanya diikuti 300 peserta saja.
Pada pelaksanaan Bangkit tahun ini, pihak Google menggandeng sejumlah mitra, yakni Gojek, Traveloka, Tokopedia, dan 14 partner universitas. Bangkit bahkan menerima lebih dari 40.000 pendaftaran dari 3.000 lokasi.
Education Program Lead Google wilayah Asia-Pasifik William Florance mengatakan, kurikulum yang diberikan pada 2021 dinilai lebih “menuntut” ketimbang tahun lalu.
“Ini merupakan bukti betapa mahasiswa Indonesia punya motivasi yang sangat tinggi ketika diberi kesempatan untuk maju ke tingkat yang lebih tinggi,” ucap William.
Baca juga: Seleksi Guru PPPK 2021, Nadiem: Kita Butuh 1 Juta Guru ASN di Sekolah Negeri
Dalam program Bangkit, peserta wajib mengerjakan tugas akhir kelompok yang terkait dengan salah satu prioritas strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial.
Ia menerangkan, 483 tim peserta diminta untuk mengerjakan berbagai proyek yang berguna untuk masyarakat, seperti membantu kalangan tunarungu, meningkatkan kualitas perawatan di rumah, hingga perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak.
Panel juri yang berasal dari bidang akademis, teknologi, dan bisnis nantinya akan menyeleksi 15 tim teratas dan berhak menerima 5.000 dollar Amerika Serikat (AS) dari Google.
Apabila lolos penilaian dari Kemendikbud Ristek, mereka bisa kembali mendapatkan 5.000 dollar AS untuk menyelesaikan proyek.
Baca juga: Nadiem: Kita Kekurangan Jumlah Pengajar dalam Jumlah Cukup Besar
William berujar, meski harus memilih satu dari tiga jalur pembelajaran teknis, para siswa tetap harus mendorong diri untuk keluar dari zona nyaman.
“Mereka mempelajari berbagai keterampilan yang menunjang karier, seperti kepemimpinan persuasif, berpikir kreatif, manajemen waktu, komunikasi, dan kerja sama,” sambungnya.
Selanjutnya, para lulusan program Bangkit akan menjalani bursa kerja virtual selama satu bulan. Bursa ini rencananya akan dimulai pada Senin (26/7/2021).
Para penyedia lapangan kerja yang tergabung dalam Konsorsium Perekrutan Bangkit, seperti Wings Group, Bank BTPN, Fazz Financial, Kalbe Farma, Tokopedia, Gojek, Ruangguru, dan lainnya, akan memprioritaskan para lulusan baru ke ratusan lowongan pekerjaan dan kesempatan magang.
Baca juga: Nadiem: Indonesia Perlu Lebih dari 2,2 Juta Guru
Penting diketahui, sejak 2020, telah ada 2.469 siswa lulus dari program Bangkit. Rencananya, Google akan kembali membuka pendaftaran peserta untuk Bangkit 2022 yang dimulai pada akhir 2021.
Direktur Center of Independent Learning Universitas Indonesia (UI) F Astha Ekadiyanto mengungkapkan bahwa tim dari Google beserta partner yang bekerja sama telah berusaha dengan baik memberikan pengalaman belajar ekstensif untuk peserta.
“Mereka juga memantau progres dan melakukan penyesuaian seiring masukan yang diterima,” tuturnya.
Astha mengaku, dirinya terkesan dengan berbagai proyek tugas akhir yang berhasil diwujudkan dalam waktu sangat singkat.
“Berbagai proyek tersebut mencerminkan kerja sama tim dan komitmen setiap peserta,” ujarnya.
Baca juga: Setelah Jadi CEO Go-Jek, Nadiem Bercita-cita Menarik Orang Asing Belajar di Indonesia