KOMPAS.com – Siswa kelas 8 SMP BIBS Cimahi M. Ariq Rizki, mengaku menyukai kegiatan belajar di rumah. Ini karena ia bisa berada dalam jangkauan orangtua, dekat dengan keluarga, dan terbantu tayangan Belajar dari Rumah (BDR) di TVRI.
Lebih lanjut, Ariq yang memfavoritkan pelajaran matematika mengaku menyukai program Mantul atau Matematika Manfaat Betul.
Sebagai informasi, untuk membantu pemulihan dan percepatan penanganan pandemi Covid-19, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud) memang menginisiasi program BDR.
Hal itu dilakukan untuk memudahkan siswa mengakses pendidikan, serta meningkatkan kemampuan literasi, numerasi, penguatan karakter, dan wawasan kebudayaan.
Baca juga: Nadiem: 94 Persen Siswa Masih Harus Belajar dari Rumah di Tahun Ajaran Baru
Tak hanya program BDR, Kemendikbud juga melakukan kebijakan lain, seperti menyediakan materi belajar cetak, mengoptimalkan pemanfaatan aplikasi Rumah Belajar, serta menyusun modul belajar sesuai kurikulum dalam kondisi khusus.
Sementara itu, untuk membantu meringankan beban sekolah selama masa pandemi, Kemendikbud memberi fleksibilitas kepada sekolah negeri dan swasta untuk memanfaatkan beberapa bantuan.
Bantuan yang dimaksud yakni Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD), dan Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan (BOP Kesetaraan).
Dengan begitu, sekolah dapat menggunakan dana operasional untuk membeli kuota data, pulsa, pembiayaan layanan pendidikan daring berbayar, alat kesehatan, serta penunjang kebersihan bagi guru dan murid.
Baca juga: Nadiem Izinkan Dana BOS Dipakai Beli Kuota Internet Siswa dan Guru
Kepala SMA Negeri 8 Bandung Suryana, mengapresiasi kebijakan tersebut. Menurutnya, saat ini sekolahnya telah memetakan kebutuhan prioritas, dan siap bertanggung jawab atas segala keputusan terkait penggunaan dana BOS.
“Dana BOS triwulan 1 sudah digunakan untuk membeli hand sanitizer dan disinfektan. Pembeliannya sesuai dengan kebutuhan sekolah, tidak berlebihan,” kata Suryana, seperti dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Sabtu (15/8/2020).
Adapun untuk mendukung perguruan tinggi menghadapi pandemi Covid-19, Kemendikbud memberi beasiswa, dan bantuan infrastruktur berupa jaringa internet atau pulsa.
Kemendikbud juga memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mencicil dan mendapat pengurangan atau penundaan pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Baca juga: Penjelasan Nadiem soal Keringanan UKT bagi Mahasiswa PTN dan PTS
Berbagai program dan kebijakan tersebut dapat terselenggara berkat pemangkasan dan realokasi anggaran yang dilakukan secara cepat.
Di antara berbagai program dan kebijakan pemulihan penanganan pandemi Covid-19, Kemendikbud tetap berusaha mewujudkan visi misi presiden dan wakil presiden.
Visi dan misi yang dimaksud, yaitu Indonesia maju berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui lima kebijakan Merdeka Belajar.
Kebijakan Merdeka Belajar bercita-cita menghadirkan pendidikan bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia, dengan beresensi pada kemerdekaan berpikir.
Salah satu bagian dari kebijakan Merdeka Belajar adalah Kampus Merdeka.
Baca juga: Mendikbud Nadiem Ajak Startup Dukung Program Kampus Merdeka
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria mengatakan, Kampus Merdeka merupakan kebijakan visioner yang akan berperan mendorong kiprah perguruan tinggi di era disrupsi.
“Dengan Kampus Merdeka, kesempatan mahasiswa untuk bersentuhan dengan realitas seperti program desa, magang, dan program lapangan lainnya semakin terbuka,” kata Arif.
Hal tersebut sesuai dengan amanat Presiden Joko Widodo pada pidato tahunannya, Jumat (14/8/2020). Pada pidato tersebut Jokowi mengatakan, kemajuan Indonesia harus berakar kuat pada ideologi Pancasila dan budaya bangsa.
Dalam hal ini, Kemendikbud tidak hanya mendorong pelestarian budaya, tetapi juga memajukannya. Caranya dengan menghidupkan interaksi antarbudaya untuk memperkaya keanekaragaman yang menyejahterakan, mencerdaskan, dan mendamaikan.