KOMPAS.com – Beberapa penelitian United Nations Children's Fund (UNICEF) pada 2018 menunjukkan, usia lahir sampai 8 tahun menjadi pondasi pembentukan berbagai kemampuan dasar anak, seperti motorik, kognitif, dan sosial emosional.
Developing Child, Harvard, juga menyatakan, pada usia dini otak berkembang sangat pesat karena terjadi pembentukan jutaan koneksi saraf.
Lalu pada 2015, The Programme for International Student Assessment (PISA) dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menyatakan, dalam jangka panjang, anak yang mengikuti pendidikan anak usia dini ( PAUD) bisa mencapai nilai 57 poin. Lebih tinggi dari rata-rata nilai anak internasional, yaitu 42 poin.
Menanggapi hal tersebut, Indonesia pun berkomitmen menyediakan layanan PAUD untuk membantu anak-anak tumbuh berkembang secara holistik dan siap bersekolah.
Baca juga: Pemprov DKI Akan Terbitkan Regulasi Dorong Anak Sekolah di PAUD
Namun, pada masa pandemi Covid-19 ini, terdapat beberapa miskonsepsi terkait PAUD yang beredar di masyarakat.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Dan Pendidikan Menengah (PAUD dan Dikdasmen) dalam keterangan tertulisnya Rabu (12/8/2020) menjelaskan dua miskonsepsi tersebut.
Pertama, PAUD dianggap bukan suatu kebutuhan. Kedua, satuan PAUD dikira baru akan beroperasi pada November 2020.
Padahal, satuan PAUD sudah beroperasi pada tahun ajaran baru yaitu Juli. Hanya saja demi kesehatan dan keselamatan semua pihak, pembelajaran belum dilakukan secara tatap muka langsung.
"Miskonspesi tersebut pun menyebabkan beberapa orangtua merasa tidak perlu mendaftarkan anaknya ke satuan PAUD," tulis Ditjen PAUD dan Dikdasmen.
Baca juga: Yuk, Koleksi Buku Digital Gratis untuk Anak PAUD dari Kemendikbud
Kondisi tersebut berpotensi membuat masa emas anak tidak termanfaatkan secara optimal, meningkatkan kesenjangan capaian perkembangan anak dari keluarga mampu dan kurang mampu, serta hilangnya kesempatan bagi anak untuk mendapat stimulasi yang diperlukan.
Di sisi lain, jika hal tersebut terus berlangsung, ratusan satuan PAUD milik masyarakat terancam tutup dan ribuan guru PAUD kehilangan penghasilan.
Untuk mengatasi masalah tersebut dan menunjang pembelajaran satuan PAUD selama masa pandemi Covid-19, pemerintah pun menyiapkan paket belajar yang bisa dilakukan dari rumah dengan pendampingan guru.
Pada paket pembelajaran tersebut, orangtua diharapkan dapat mengajak dan memandu anak melakukan kegiatan sehari-hari guna mengasah aspek kognitif, motorik, bahasa, sosio-emosional, dan kecakapan hidup.
Baca juga: Kemampuan Pemecahan Masalah pada Anak PAUD Bisa Dikembangkan, Ini Tipsnya
Orangtua juga diharapkan dapat mengajak anak beraktivitas secara mandiri atau bersama-sama, berdasarkan sumber belajar yang tersedia dalam bentuk daring atau luring sesuai kondisi dan pilihan keluarga.
Nantinya, kegiatan tersebut akan dievaluasi menggunakan lembar pemantauan, agar guru dan orangtua mengetahui learning progression yang perlu dilalui.
Di samping itu, pembelajaran pada satuan PAUD juga dapat dilakukan secara daring melalui tatap muka virtual dan learning management system, kombinasi melalui luring dan kunjungan rumah jika memungkinkan, serta distribusi (drop-off) melalui media cetak dan kunjungan rumah jika memungkinkan.
Informasi lebih lanjut terkait pembelajaran PAUD selama masa pandemi Covid-19, dapat dilihat pada laman bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id dan anggunpaud.kemdikbud.go.id.