Bandara Kertajati Potensial Dongkrak Perekonomian Jawa Barat

Kompas.com - 05/04/2018, 14:57 WIB
Kurniasih Budi

Penulis


KOMPAS.com - Bandara Internasional Kertajati di Majalengka Jawa Barat yang akan beroperasi pada pertengahan tahun ini akan menjadi bandar udara di Indonesia yang didukung intermoda, yaitu udara yang didukung oleh darat, laut, dan kereta api.

Berkaitan dengan intermoda, letak Bandara Kertajati sangat strategis karena dekat dengan Pelabuhan Patimban yang tengah dibangun. Akses masyarakat Jakarta ke bandara dengan moda transportasi darat akan dimudahkan dengan adanya Tol Cipali (Cikopo-Palimanan). Selain itu, Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) yang tengah dibangun bakal mempermudah akses masyarakat Bandung.

Moda transportasi lain yang bisa digunakan masyarakat adalah kereta api. Saat ini, jalur rel kereta dari bandara yang terkoneksi langsung dengan jalur utama kereta api di Pulau Jawa tengah dibangun.

Dirjen Perhubungan Udara, Agus Santoso, mengatakan, konektivitas intermoda diharapkan mampu memperlancar arus barang dan penumpang. Dengan demikian, masyarakat pengguna bandara kian nyaman mengakses bandara.

(Baca: Indonesia Optimistis Lulus Evaluasi Sektor Penerbangan dari Uni Eropa)

Kelancaran arus penumpang dan barang, ia melanjutkan, akan berpengaruh positif pada kesejahteraan masyarakat dan perekonomian nasional.

"Presiden Joko Widodo berulang kali mengatakan bahwa untuk meningkatkan perekonomian yang paling penting adalah  konektivitas, konektivitas, dan konektivitas. Perekonomian akan tumbuh dan meningkat jika konektivitas transportasinya lancar dengan berbagai moda," kata Agus Santoso saat mendampingi Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, meninjau kawasan Bandara Kertajati di Majalengka, Rabu (4/4/2018).

Potensi industri di Jawa Barat dinilai sangat luar biasa. Di antaranya Kabupaten Bandung merupakan pusat industri tekstil dan teknologi modern. Sementara itu, keberadaan bandara bakal mempermudah akses masyarakat di Cirebon dan Sumedang. Hal itu akan meningkat dan dapat memacu pertumbuhan ekonominya.

Pemerintah pusat, melalui Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, berkontribusi dalam membangun sisi udara seperti runway, taxiway, dan apron, GSE road.

(Baca juga: Mudik Lebaran Bandara Kertajati Bisa Layani 5 Penerbangan Domestik)

Dana yang dialokasikan untuk pembangunan tersebut mencapai Rp 1 triliun. Anggaran pembangunan bandara juga dikucurkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, melalui PT Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB), dengan membangun sisi daratnya.

"Jadi keberadaan bandara ini merupakan salah satu perwujudan rasa cinta pemerintahan Presiden Joko Widodo kepada masyarakat Jawa Barat," ujarnya.

Bandara Kertajati mulai dibangun pada 2014 dengan pembangunan runway sepanjang 2.500 meter x 60 meter dan paralel taxiway sepanjang 2.750 meter x 25 meter yang sudah selesai dibangun pada akhir 2017. Dengan ukuran runway tersebut, nantinya bandara ini akan mampu melayani operasional pesawat A330.

Rencananya, landas pacu dipanjangkan hingga 3.200 meter x 60 meter sehingga bisa melayani operasional pesawat sipil terbesar di dunia seperti Airbus A380, Boeing B 747, maupun B 777. Bandara ini juga mempunyai apron seluas 397.890 meter persegi yang dapat menampung 10 parking stand pesawat jet narrow body.

Dirjen Perhubungan Udara, Agus Santoso, mendampingi Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, saat meninjau Bandara Kertajati di Majalengka, Rabu (4/4/2018).Dok. Humas Ditjen Hubud Dirjen Perhubungan Udara, Agus Santoso, mendampingi Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, saat meninjau Bandara Kertajati di Majalengka, Rabu (4/4/2018).

Ada pun, sisi darat yaitu terminal penumpang saat ini sedang dibangun oleh PT BIJB dan sudah mencapai 95 persen. Ia berharap pembangunan terminal yang bisa menampung 5,6 juta penumpang per tahun itu rampung akhir Mei dan bisa beroperasi.

Selain untuk penumpang dan kargo, Bandara Kertajati juga akan menjadi embarkasi haji untuk masyarakat Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah. Di kompleks bandara juga akan dikembangkan sebagai aerotropolis. Kawasan industri penerbangan seperti industri pembuatan pesawat, industri perawatan dan perbaikan pesawat (Maintenance Repair and Overhaul/ MRO), dan beberapa industri lain yang terkait bakal dibangun.


Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com