KOMPAS.com - Saat ini, sejumlah petani di Brebes, Jawa Tengah memanen bawang merah. Rata-rata lahan yang dipanen luasnya mencapai 9 ribu hektar (ha). Luas panen yang begitu besar ini rupanya turut menekan harga di tingkat petani.
Meski begitu, Sekjen Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), Ikhwan, mengatakan harga bawang di tingkat petani Brebes saat ini berangsur naik, bahkan mencapai Rp 10.000 per kilogram (kg). Padahal harga awal hanya berkisar di Rp 8.000 per kg.
"Sesampainya di Pasar Induk Kramat Jati bisa mencapai Rp 13.000 per kg. Ini kan sesuatu yang positif. Makanya kami yakin harga akan terus membaik, karena tren saat ini sudah kelihatan baik," kata Ikhwan, Rabu (13/2/2019), seperti dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima.
Secara singkat, pola tanam bawang merah di Brebes ditanam dengan menggunakan pola biasa, yakni 2 hingga 3 kali dalam setahun atau hanya sekali bergantian dengan padi.
Baca juga: Indonesia Kembali Ekspor Bawang Merah ke Singapura
Namun, kata Ikhwan, petani Brebes bukan petani ikut-ikutan yang muncul jika ada bantuan APBN atau saat harga tinggi baru kemudian ikut menanam.
"Harga naik maupun turun, untung atau rugi para petani di sini tetap bertanam. Mereka bahkan berani ekspansi ke daerah lain seperti Pemalang, Kendal dan Majalengka," katanya.
Tidak hanya itu, lanjut Ikhwan, petani juga tetap berani tanam saat musim hujan. Jadi, naik turun harga itu sudah biasa, karena hal ini tidak hanya terjadi di bawang merah.
Sementara itu, Ketua Petani Champion Bawang Merah Indonesia, Juwari menyarankan para pedagang besar agar mau membeli bawang merah secara langsung dari petani lokal. Namun, sebaiknya mereka menyimpan terlebih dulu di gudang-gudang penyimpanan.
"Artinya kerja sama dengan industri pengolahan perlu ditingkatkan. Kemudian saya juga mohon agar Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dapat membantu menyerap bawang merah petani dan menyimpannya di controlled atmosphere storage (CAS)," katanya.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Moh. Ismail Wahab menambahkan, budidaya bawang merah sampai saat ini masih menguntungkan. Menurutnya, Animo petani untuk tanam bawang merah masih sangat tinggi di berbagai daerah di Indonesia termasuk di Brebes.
"Ini artinya tanam bawang merah masih menguntungkan selama bisa diatur pola tanam dan diperbaiki tata cara budidayanya. Efisiensi produksi dengan membuat pupuk organik dan pestisida hayati sendiri akan lebih irit dan tentunya ramah lingkungan," katanya.
Baca juga: Ini Cara Petani Bawang Merah Tetap Produktif saat Musim Hujan
Salah satunya dengan memperlancar distribusi logistik, menambah sarana budidaya hingga gudang-gudang penyimpanan yang tersebar di sentra-sentra produksi.
Untuk diketahui, sebagai komoditas non substitutif, bawang merah memiliki andil dalam inflasi nasional. Sebelum tahun 2017, harga bawang merah hampir selalu fluktuatif terutama menjelang Hari Raya Besar Keagamaan dan Tahun Baru.
Namun dalam kurun 2 tahun terakhir ini harganya lebih stabil dan masyarakat menikmati harga yang wajar.
Brebes sendiri selama ini dikenal sebagai sentra terbesar bawang merah di Indonesia. Daerah ini memberikan andil hingga 30 persen dari total produksi nasional yang mencapai 1,4 juta ton lebih.
Petani Brebes juga sangat terkenal ulet dan sangat "minded" dengan bawang merah. Keuletan dan ketangguhan petani Brebes telah diakui banyak pihak.
"Dalam kondisi apapun, mereka tetap menanam bawang merah sebagai penopang ekonomi rumah tangganya. Boleh dibilang, Bawang Merah telah mandarah daging sebagai komoditas andalan petani Brebes," pungkas Ismail Wahab.