KOMPAS.com — Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer Gerungan atau Noel mengundang sejumlah pengusaha tekstil untuk membahas tantangan ketenagakerjaan, khususnya di industri garmen yang selalu berubah secara dinamis.
Ia mengingatkan para pengusaha untuk mengantisipasi dan memitigasi potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri tekstil yang belakangan terjadi.
"Ekosistem industri tekstil dan garmen nasional selalu dinamis. Namun, banyaknya tantangan ketenagakerjaan dan adanya PHK bukan berarti harus ditanggapi dengan pesimistis," ujarnya melalui siaran pers, Selasa (18/3/2025).
Pernyataan tersebut disampaikan Noel saat membuka focus group discussion (FGD) bertajuk "Strategi Peningkatan Kompetensi dan Produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pasca-PHK di Bidang Industri Tekstil" di Jakarta, Senin (17/3/2025).
Baca juga: Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Meningkat Pesat, Kuartal I-2025 Catat Investasi Rp 304,43 Miliar
Menurutnya, jika tren PHK di industri tekstil dibiarkan tanpa intervensi serius, Indonesia tidak hanya akan kehilangan sektor industri strategis, tetapi juga menghadapi dampak sosial dan ekonomi yang merugikan.
"Oleh karena itu, kita tidak boleh tinggal diam. Kita harus mengambil langkah-langkah strategis untuk membantu tenaga kerja yang terkena PHK agar mereka dapat kembali bekerja atau memulai usaha baru," ujar Noel.
Pada kesempatan itu, Noel menjelaskan beberapa strategi solusi jangka pendek, seperti pelatihan dan reskilling, penyediaan lapangan kerja baru, pendampingan dan akses permodalan bagi wirausaha, perlindungan sosial bagi pekerja, serta kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan serikat pekerja.
Baca juga: Dua Miliar Perempuan Tak Punya Akses Perlindungan Sosial
Selain memastikan hak-hak pekerja yang terkena PHK tetap terpenuhi, Noel juga menekankan pentingnya merumuskan solusi jangka panjang untuk mengatasi dampak PHK di industri tekstil.
"Kita perlu menyiapkan pekerjaan baru bagi karyawan yang kehilangan pekerjaan, memberikan keterampilan memadai bagi mereka yang ingin berwirausaha, dan sebagainya," tambahnya.
Sejalan dengan Noel, Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (Dirjen Binalavotas) Kementerian Ketenagakerjaan ( Kemenaker) Agung Nur Rohmad menegaskan, strategi konkret diperlukan untuk meningkatkan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja pasca-PHK.
Baca juga: Dedi Mulyadi Larang Study Tour, Pengusaha Bus Prediksi Picu Gelombang PHK
Hal tersebut, kata dia, penting agar mereka dapat kembali bersaing di dunia kerja atau beralih ke sektor lain yang lebih prospektif.
"Melalui FGD yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan ini, kami membahas langkah-langkah strategis dalam meningkatkan keterampilan dan peluang kerja bagi sumber daya manusia (SDM) yang terdampak PHK di industri tekstil," tutur Agung.