DENPASAR, KOMPAS.com - Puncak pergerakan penumpang di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali terjadi pada H+2 Lebaran dengan 78.500 penumpang dalam sehari.
Berbeda dengan bandara yang berada di kawasan Jogya, Solo, Surabaya, maupun Semarang yang mengalami puncak arus mudik pada H-6 Lebaran, Bali justru kebanjiran penumpang usai hari raya Idul Fitri.
“Karena penumpang yang datang bukan untuk Lebaran tapi untuk liburan setelah Lebaran,” kata Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso melalui pernyataan tertulis, Senin (25/6/2018).
Walaupun volume penumpang besar namun pergerakan penumpang tetap lancar tanpa ada kendala yang berarti.
(Baca: Puncak Arus Balik Kedua Terjadi pada Hari Minggu)
Menurut dia, kelancaran itu berkat kesiapan fasilitas dari OBU IV selaku Otoritas Bandara, PT Angkasa Pura I selaku pengelola bandara yang dibantu TNI dan Polri dan tim kesehatan.
“Mudah-mudahan sampai habis liburan nanti akan tetap lancar. Saya selaku Dirjen Perhubungan Udara mengucapkan banyak terimakasih kepada para stakeholder yang telah bekerja dengan baik sesuai SOP yang sudah ditetapkan," kata dia.
Demikian pula, imbuh Agus, saat arus balik libur Lebaran di Bandara Ngurah Rai Denpasar, Bali berjalan lancar, selamat, dan aman.
"Saya kembali memantau tempat-tempat yang banyak menerbangkan penumpang mudik dan balik Lebaran termasuk disini yang namanya liburan Lebaran. Setelah kemarin dan tadi pagi meninjau bandara di Jogja, Solo, Surabaya, dan Semarang (Joglosumar), sekarang saya meninjau di Bali (Joglosumarli)," ujar Agus.
Selama libur Lebaran tahun ini, sisi keselamatan dan keamanan penerbangan terjaga dengan baik. Pengamanan tidak hanya dilakukan di area bandara tetapi juga di area sekitar bandara.
Sedangkan untuk keselamatan, stakeholder sudah melakukan ramp check di bandara untuk pesawat serta personil penerbangan, baik kru pesawat maupun kru bandara, mekanik dan teknisi maintenance, serta AirNav.
Sigap atasi kendala
Dengan demikian, persoalan itu tidak mengganggu operasional dan keselamatan penerbangan di Bandara Ngurah Rai.
Itulah sebabnya, pihak otoritas Ditjen Perhubungan Udara Indonesia berhak masuk ke pesawat asing dan melakukan inspeksi setiap pesawat asing yang masuk wilayah teritorial Indonesia.
Tujuan inspeksi itu, ujar Agus, meminimalkan kemungkinan yang merugikan Indonesia, seperti masalah hydraulic yang terjadi pada pesawat Singapore Airlines.
(Baca: Singapore Airlines Operasikan Rute Bali dengan Pesawat Teknologi Terbaru)
“Karena dengan nge-block-nya pesawat Singapore di runway selama 30 menit banyak pesawat yang terkena dampaknya. pesawat lain harus holding atau bahkan diverted ke bandara lain yang tentunya akan menambah cost,” ujarnya.
Ia menegaskan, regulator dan operator penerbangan sesungguhnya adalah pelayan masyarakat untuk bidang transportasi udara. Hal yang paling utama dalam pelaksanaan transportasi adalah sisi keselamatan.
"Concern kita sebagai pelayan adalah keselamatan penerbangan. Alhamdulillah keselamatan penerbangan Indonesia sekarang sudah diakui oleh dunia internasional. Baik oleh FAA Amerika, ICAO dengan standar penerbangan dunia dan Uni Eropa yang semuanya berpengaruh di dunia internasional. Regulator Indonesia sekarang diakui sudah all comply dan melakukan maintenance sesuai aturan-aturan penerbangan internasional," katanya.
Rapat Tahunan IMF-Bank Dunia
Rencananya, ribuan delegasi internasional akan menghadiri rapat tahunan itu. Dengan begitu, Bandara Ngurah Rai di Bali perlu bersiap untuk menyambut para tamu negara.
Saat ini, parking stand tambahan telah dibangun di sisi sebelah barat sebanyak 5 dan sebelah timur sebanyak 6. Dengan demikian, total parking stand tambahan ada 11.
"Kita harus memberikan fasilitas yang baik. Dengan ditambah taxiway, pesawat akan lancar keluar masuk bandara. Dari laporan yang saya dapat, semua pembangunan untuk menyambut acara IMF sudah siap dan ditargetkan selesai pembangunannya pada bulan Agustus. Semoga semua terlaksana dengan baik," ujar Agus.