BANTEN, KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Perhubungan Udara siap mengawal pembangunan Terminal 4 Bandara Soekarno-Hatta yang akan dimulai pada 2020.
Tahun ini, jumlah penumpang yang melalui Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta sudah mencapai 63 juta penumpang.
Pada 2025, jumlah itu diperkirakan melonjak hingga 100 juta orang. Pemerintah perlu menyiapkan fasilitas pendukung agar lonjakan penumpang bisa diakomodasi.
Saat ini, rancangan terminal baru ini sedang dikerjakan. Presiden Joko Widodo memastikan Terminal 4 berlokasi di bekas lapangan golf Suwarna yang berada dalam kawasan bandara.
(Baca: Jokowi Perintahkan Bangun Terminal 4 Bandara Soetta, Anggarannya Rp 14 Triliun)
Kepastian itu disampaikan Jokowi saat mengontrol dan memberikan arahan langsung untuk kelancaran arus balik lebaran di Terminal 1 C Bandara Soekarno Hatta pada Kamis (21/6/2018).
“Jadi apa yang sudah dicanangkan Presiden sangat tepat. Kami sebagai regulator penerbangan nasional akan melaksanakannya dengan serius," ujar Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso melalui pernyataan tertulis, Jumat (22/6/2018).
Dua proyek
Agus memaparkan saat ini terdapat dua proyek yang sedang dikerjakan di Bandara Soekarno-Hatta.
Pertama, pembangunan landasan pacu ( runway) ke-3 sepanjang 3.000 meter dan east cross serta parallel taxi way sepanjang 3.160 meter.
Pembangunan landasan pacu baru itu sudah dimulai pada Maret 2018 tapi masih terkendala pembebasan tanah.
Pembangunan runway ke-3 Bandara Soekarno-Hatta diperkirakan dapat meningkatkan kapasitas bandara sehingga bisa menampung jumlah penumpang yang selalu naik dari waktu ke waktu.
"Dengan adanya east cross ini nantinya akan bisa meningkatkan jumlah movement pada peak hour, sehingga jumlah penerbangan per jamnya juga bisa meningkat dari 81 menjadi 112 penerbangan per jam," kata dia.
Jokowi tinjau Bandara Soekarno-Hatta
Joko Widodo yang pada Kamis (21/6/2018) kemarin tepat berulang tahun ke 57 tahun, tetap energik dan meninjau serta mengarahkan langsung pembangunan landasan ancang (taxiway) dan landasan pacu (runway) yang ke-3 di bandara tersebut.
“Bandara Soekarno-Hatta adalah bandara paling sibuk dan ramai di Indonesia. Di sisi lain, pertumbuhan penerbangan udara mencapai 9 persen per tahun. Ini pertumbuhan yang cepat sekali. Jadi kita akan terus bangun bandara baru, terminal-terminal baru, termasuk yang kita bangun adalah Bandara Soekarno-Hatta ini," ujar Jokowi.
Saat ini, pesawat perlu menunggu atau mengantre sekitar 20-30 menit setiap hendak lepas landas (take off) di Bandara Soekarno-Hatta.
Presiden menilai perlu ada upaya untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah membangun east-cross taxiway dan runway di bandara.
"Pembebasan (lahan) sudah selesai 70 persen. Konstruksi sudah dimulai prosesnya. Kami harapkan paralel taxiway selesai pada akhir Desember 2018. Lalu, runway ke-3 sebelah utara akan selesai Juni 2019. Semua itu bagian dari persiapan kita untuk menghadapi lonjakan jumlah penumpang dan untuk meningkatkan pelayanan pada penumpang udara," kata Jokowi.
Selain bekerja di bandara, Presiden Joko Widodo juga menyempatkan diri untuk menyapa dan bersalaman dengan para penumpang dan masyarakat yang berada di bandara tersebut.
Dalam kesempatan kunjungan ini Presiden didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso, dan Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin.
Perwujudan Nawa Cita
Seperti diketahui Presiden Joko Widodo dengan Nawa Cita ke-3 yaitu membangun dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa, di antaranya diimplementasikan dengan membangun bandar udara di pinggiran seperti Bandara Miangas, Maratua, Tambelian yang merupakan pinggiran batas dengan negara lain.
Selain pinggiran juga ada prioritas lainya sebagaimana ditetapkan dalam Nawa Cita ke-7 yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
Sektor yang sangat strategis salah satunya adalah sektor transportasi udara dengan bandara dan maskapai penerbangannya.
Bandara merupakan pintu gerbang dan simpul kegiatan dengan aksesibilitas tinggi yang berpotensi terhadap pertumbuhan wilayah, ekonomi, industri, dan perdagangan yang lebih luas.