KOMPAS.com - Bandar Udara Tebelian yang berada di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat siap dioperasikan. Bandara ini akan menggantikan Bandar Udara Susilo yang tidak bisa dikembangkan lagi.
Bandara Tebelian mempunyai landasan pacu yang berukuran panjang 1.660 meter dan lebar 30 meter, lebih panjang dibandingkan Bandara Susilo yang landasan pacunya sepanjang 1300 meter dan lebar 30 meter. Dengan demikian, Bandara Tebelian bisa melayani operasional pesawat sekelas ATR 72 dengan lebih maksimal, baik untuk penumpang maupun kargo.
Dengan lebih banyaknya pesawat yang bisa masuk ke bandara baru yang lebih besar ini bakal meningkatkan arus penumpang dan barang ke Sintang, Melawi, Sekadau, dan Putussibau. Pemerintah berharap perekonomian Sintang dan sekitarnya bakal lebih berkembang. Dengan begitu, kesejahteraan masyarakat juga meningkat.
Keberadaan bandara Tebelian untuk mendukung pertahanan dan keamanan negara karena letaknya yang berbatasan dengan Serawak di Malaysia. Bandara ini juga akan membuka keterisolasian masyarakat daerah.
(Baca: Sistem Online, Bandara dan Maskapai Makin Gampang Laporan)
Bandara Tebelian juga diharapkan bisa menjadi embarkasi haji antara, yang dapat digunakan umat muslim dari daerah Sintang dan sekitarnya menuju embarkasi haji terdekat yaitu Balikpapan atau Banjarmasin.
Dirjen Perhubungan Udara, Agus Santoso, mengatakan perkembangan angkutan udara di wilayah Sintang cukup menggembirakan. Tren pertumbuhan penumpang sekitar 35,13 persen per tahun sehingga menjadikannya sebagai salah satu wilayah dengan pertumbuhan angkutan udara tinggi di Indonesia.
“Waktu masih dilayani oleh Bandara Susilo pada 2017, jumlah penumpangnya sudah mencapai 96.063 orang. Padahal, pada 2012 lalu jumlah penumpangnya baru 26.000. Jadi peningkatannya lebih dari 250 persen. Suatu hal yang luar biasa,” kata Agus dalam siaran pers, Minggu (8/4/2018).
Tingginya pertumbuhan jumlah penumpang disikapi pemerintah Kabupaten Sintang bekerja sama dengan Ditjen Perhubungan Udara memindahkan Bandara Susilo ke Bandara Tebelian. Pemindahan itu karena Bandara Susilo yang berada di tengah pemukiman penduduk tak bisa lagi dikembangkan.
Landas pacu Bandara Susilo tidak bisa diperpanjang karena sudah tidak ada lahan lagi. Di ujung landas pacu juga terdapat akses jalan kendaraan masyarakat dan aliran sungai.
"Ini merupakan salah satu persembahan kami selaku otoritas penerbangan nasional kepada bangsa dan negara Indonesia, dengan mewujudkan Nawacita dari Pemerintahan Presiden Joko Widodo,” ujarnya.
Sintang yang merupakan kabupaten terbesar kedua di Kalimantan Barat setelah Ketapang, menyimpan potensi perekonomian yang sangat besar, utamanya dari perkebunan dan pariwisata. Sekretaris Daerah Kabupaten Sintang, Yoshepha Hasnah, mengatakan saat ini terdapat 48 perkebunan kelapa sawit dengan jumlah karyawan sekitar 600 orang di tiap perusahaan.
Sintang juga mempunyai sejumlah destinasi wisata yang potensial, seperti Hutan Wisata Baning yang terletak ditengah-tengah Kota Sintang, kawasan wisata Bukit Kelam, museum Dara Juanti yang dulunya adalah Istana Kerajaan Sintang, serta museum Kapuas Raya yang berisi beraneka benda sejarah dan hasil kerajinan masyarakat Kalimantan sebelah Barat.
Menurut Kepala Bandara Susilo Ketut Gunarsa, maskapai yang telah beroperasi di Bandara Susilo yaitu Garuda Indonesia, Nam Air, dan Wings Air dengan rute penerbangan Pontianak-Sintang PP satu hari sekali. Selain itu, Susi Air terbang empat kali dalam seminggu dengan rute penerbangan Ketapang-Sintang PP.
“Ada beberapa maskapai yang ingin menambah frekuensi penerbangan, tapi sementara ini saya tahan dulu karena daya dukung Bandara Susilo tidak bisa memenuhinya. Nanti, kalau sudah pindah ke Bandara Tebelian, baru bisa ada penambahan frekuensi,” ujarnya.
Bandara Tebelian dibangun di lahan seluas 144,07 hektar. Dengan lahan yang cukup luas, badara masih bisa dikembangkan di masa depan. Utamanya, ia melanjutkan, untuk perpanjangan landasan pacu sehingga bisa melayani penerbangan pesawat jet yang lebih besar.